PANJIMAS.COM – Sabar adalah sikap mengelola emosi untuk bertahan dalam sebuah situasi yang tak seperti keinginan, juga menahan diri dari melampiaskan rasa demi mencapai kepuasan seketika dan sementara. Ia merupakan bukti nyata kekuatan jiwa.
Kesabaran memengaruhi seseorang dalam mengambil tindakan dalam mensikapi suatu masalah atau meraih sesuatu yang ia inginkan. Semakin tinggi tingkat kesabaran yang dimiliki, semakin bijaksana seseorang dalam mengambil tindakan.
Kata sabar merupakan serapan dari Bahasa Arab. Ia berasal dari kalimah shabara ’ala: bersabar atau tabah, shabara ’an: memohon atau mencegah, shabara bihi: menanggung.
Di dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak menyebut dan sering menyeru manusia untuk bersabar. Hal ini mengisyaratkan bahwa sikap dan sifat sabar merupakan hal penting dalam kehidupan umat manusia.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157).
Serantai ayat tersebut merupakan satu dari sekian pesan penting dari Al-Khaliq kepada makhlukNya dalam menghadapi realitas kehidupan. Dia menyadarkan hamba-hambaNya bahwa kehidupan ini tak selamanya mulus, kadang atau bahkan sering kali kita dihadapkan dengan situasi-situasi sulit. Setelah itu Allah lantas memberi kita resep bagaimana menghadapinya agar beroleh kebaikan di kemudiannya. Yakni kebaikan yang luar biasa, tak terhitung oleh angka. Dalam ayat lain, Allah Ta’ala lebih menegaskan lagi betapa besarnya faedah kesabaran.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10).
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengemukakan sebuah pernyataan yang sangat motivatif dan menenteramkan. Sabda beliau,
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan ada kecuali hanya pada diri Mukmin. Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim).
Sikap dan sifat sabar juga merupakan ciri mendasar orang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengah dari keimanan. Antara sabar, ilmu, dan iman, adalah saling berkaitan. Seseorang bisa bersabar dengan sebenar-benarnya oleh karena ilmu yang dimilikinya. Yakni ilmu tentang hakikat kehidupan yang sebenarnya, tentang siapa dirinya, siapa Tuhannya, apa arti eksistensinya di dunia, dan apa sejatinya benda dan peristiwa yang di hadapkan kepadanya dan menuntut kesabarannya. Tapi ilmu tiada akan berguna, tiada akan memengaruhi suasana hati seseorang selama ia tidak mengimaninya, selama hanya menjadi pengetahuan belaka.
Iman membuat manusia sadar bahwa apa pun yang diserukan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hambaNya adalah sepaket rumusan guna menggapai apa-apa yang diinginkan dan menghadirkan kebaikan bagi si bersangkutan. Dalam beberapa ayat, Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan orang beriman bahwa sikap dan sifat sabar adalah jalan untuk memeroleh pertolonganNya. Salah satunya dalam ayat,
“Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153).
Ayat tersebut bahkan tak hanya menunjukkan cara menggapai pertolongan Allah, tetapi Dia subhanahu wa ta’ala juga menyatakan jaminan pengayoman bagi Mukmin yang mampu bersabar menghadapi realitas kehidupan. Sungguh, hal ini merupakan suatu pernyataan yang amat dalam bila kita mampu memahaminya dengan penuh penjiwaan. Sungguh, sabar adalah bekal dahsyat dalam mengarungi samudra kehidupan. Wallahu a’lam. [IB]