PANJIMAS.COM – Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) DKI Jakarta, yang sebentar lagi akan digelar, tak luput dari perhatian kaum Muslimin.
Meskipun kajian yang disampaikan bertema tentang Akhir Zaman, pertanyaan tentang PILKADA pun muncul. Diantaranya tentang larangan memilih pemimpin kafir, sebagaimana dimuat secara gamblang di dalam Al-Qur’an.
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu). (QS. Ali Imran: 28).
Memilih pemimpin kafir sangat jelas larangannya, tetapi di sisi lain kondisi kaum Muslimin di negeri ini, bahkan di dunia pada umumnya dalam kondisi “abnormal”. Apakah PILKADA dengan memilih pemimpin Muslim -meski kita tak tahu track recordnya- bisa menjadi jalan penyelesaian yang sesungguhnya?
Sementra itu, kondisi kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia yang kini di bawah pengaruh kekuasaan orang kafir, tengah berada dalam sebuah sistem Dajjal, yang hendak membangun satu tata dunia baru.
Lantas, apa kaitan antara kondisi Akhir Zaman, PILKADA dan sistem Dajjal yang kini mempengaruhi dunia, sebelum Dajjal sesungguhnya datang?
Berikut ini jawaban Ustadz Ihsan Tanjung, dai sekaligus pemerhati Akhir Zaman. [AW]