(Panjimas.com) – Syaikh Munir Muhammad Al-Ghadban dalam Manhaj Haraki mengutip riwayat awal mula keislaman Hamzah radhiyallaahu’anhu. Dikisahkan bahwa Abu Jahal pernah melewati Rasulullah SAW lalu menyakiti dan mencelanya serta menuduh keburukan secara membabi buta terhadap agamanya. Tetapi, Rasulullah SAW tidak membalas ucapan hina Abu Jahal sedikit pun. Peristiwa ini disaksikan dan didengar oleh seorang budak wanita milik Abdullah bin Jad’an yang sedang duduk di tempatnya. Setelah usai menghina, mencela, serta menuduh kejelekan terhadap agama Rasul yang mulia, Abu Jahal pergi menuju ke salah satu kumpulan orang Quraisy di dekat Ka’bah dan duduk bersama mereka. Tidak lama kemudian Hamzah Sang Singa Allah pulang dari perburuannya, ia datang sembari menenteng anak panah dan busurnya. Ia memiliki kebiasaan setelah pulang perburuan tidak langsung ke rumahnya sebelum melakukan thawaf di Ka’bah. Setiap kali ia melakukan kebiasaan ini, ia selalu berhenti di tempat-tempat berkumpulnya orang-orang Quraisy lalu berbincang dengan mereka.
“Wahai Abu Imarah (Hamzah)” salah seorang wanita memanggil Hamzah yang sedang berjalan, “Andai engkau tahu apa yang dilakukan oleh Abul Hakam bin Hisyam terhadap anak saudaramu tadi! Muhammad duduk di sini kemudian ia disakiti, dicela dan dipermalukan dengan kasar, tetapi Muhammad diam saja sehingga Abul Hakam meninggalkannya” Budak wanita yang menyaksikan perbuatan Abu Jahal mengadu kepada Hamzah radhiyallahu’anhu.
Mendengar aduan tersebut, Hamzah naik pitam, ia bergegas menemui Abu Jahal. Kemudian ia melihat Abu Jahal sedang duduk-duduk bersama orang-orang Quraisy, Hamzah mendekatinya sembari mengangkat busur panah dan memukulkanya ke Abu Jahal dengan keras.
“Kenapa kau mencelanya?! Aku telah mengikuti agamanya, aku mengucapkan apa yang diucapkannya. Lawanlah aku jika kau sanggup!” Hamzah marah besar, menggertak Abu Jahal.
Melihat kejadian itu, orang-orang dari Bani Makhzum berdiri untuk membela Abu Jahal, tetapi Abu Jahal berkata, “Biarkanlah Abu Imarah! Demi Allah, Sesungguhnya aku baru saja mencela anak saudaranya dengan celaan yang buruk”
Namun, usai kejadian itu, siapa sangka seorang Hamzah merasakan keraguan terhadap apa yang diucapkannya kepada Abu Jahal. Simaklah penuturan Hamzah berikut yang dikutip Syaikh Al-Ghadban dari buku Mukhtasharu as-Sirah :
“Ketika kemarahanku bangkit kemudian aku katakan aku mengucapkan apa yang diucapkan beliau (Muhammad SAW), timbul rasa menyesal dalam diriku karena telah meninggalkan agama bangsa dan nenek moyangku. Kemudian aku berada dalam keraguan yang hebat sehingga aku tidak dapat tidur. Lalu aku mendatangi Ka’bah, berdoa kepada Allah agar melapangkan dadaku dan melenyapkan keraguan dalam diriku. Belum selesai aku berdoa, kebatilan pun lenyap dari diriku dan hatiku penuh dengan keyakinan. Akhirnya, aku datang kepada Rasulullah SAW mengabarkan apa yang aku alami, kemudian Rasulullah SAW berdoa memohonkan keteguhan untukku”
Hamzah Sang Singa Allah pun pernah ragu, tapi Allah menguatkan hatinya, mengokohkan keyakinannya dan melenyapkan kebatilan dalam hatinya . Hingga pada akhirnya ia menjadi syuhada, bahkan gelar penghulu para syuhada disematkan kepadanya. Keraguan seorang Hamzah mengajarkan kita agar segera bertobat dan memohon kepada Allah tatkala keraguan menghampiri hati agar Dia melenyapkannya dan menyuburkan keyakinan dalam hati kita. Allahua’lam.