PANJIMAS.COM – Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Akhir Zaman, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga dan sahabat beliau serta siapa saja yang meniti jalan mereka hingga akhir zaman. Amma ba’du….
Ikhlas dalam bekerja dan beraktivitas adalah hal yang sangat urgen bagi seorang muslim, terutama aktivis dakwah dan jihad. Karena kedua hal ini adalah afdholul a’mal (amal yang paling utama) setelah iman dan memiliki resiko yang sangat besar, baik berupa cacian, celaan, pengasingan, teror maupun serangan psikis maupun fisik secara langsung.
Hanya dengan keikhlasan kita akan bisa mengatasi semua ujian dan cobaan tersebut dengan baik. Jadi, ikhlas akan membuahkan sabar dan istiqomah di dalam berislam.
Lantas, apa itu ikhlas? Di dalam Kitabut Tauhid yang ditulis oleh Dr. Shalih Fauzan pada bab syarat-syarat Laa ilaaha illallah, disebutkan: “ikhlas adalah membersihkan amal dari segala noda syirik dan kekufuran.” Jadi, orang ikhlas itu adalah orang yang bertauhid, yang ibadahnya hanya untuk Allah dan terlepas dari segala tendensi duniawi.
Indikasi orang yang ikhlas adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Fudhail bin Iyadh, yaitu : “hendaklah engkau tidak bertambah semangat ketika dipuji dan tidak lesu ketika dicela”. Ya, itulah ikhlas …
Lebih lanjut Fudhoil bin ‘Iyadh berkata:”barang siapa yang beramal karena manusia berarti dia musyrik, sedangkan siapa yang meninggalkan amal karena manusia berarti dia orang riya”.
Orang ikhlas itu kalau boleh diilustrasikan adalah seperti akar pohon. Akar pohon itu letaknya tersembunyi dalam tanah, tidak banyak manusia yang peduli atau mengaguminya. Dia terus bekerja siang dan malam demi kehidupan batang dan dedaunan tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih. Pun begitu ketika pohon itu tumbuh menjadi tanaman yang subur, kokoh dan berdaun rindang, si akar sering luput dari pujian dan penglihatan orang.
Walhasil, batang, daun, bunga dan sang buahlah yang sentiasa banjir pujian dan sanjungan. Mereka yang menikmati jerih payah si akar. Sedangkan akar tetap berada di dalam tanah, tersenyum puas melihat sang dahan yang kokoh berdiri dengan gagah, sang daun melambai lambai indah diterpa angin, sang bunga yang tersenyum indah dalam mekarnya dan sang buah yang berparas menggoda sehingga menarik mata siapapun yang melihatnya.
Begitu juga dengan ikhlas, dia tersembunyi di dalam hati dan terus berupaya memotivasi dan menggerakkan badan untuk beramal. Ditengah-tengah masyarakat Islam, dia tidak banyak dikenal orang dan luput dari perhatian mereka. Dia terus beramal demi tegaknya Islam dan terwujudnya masyarakat islami yang adil dan makmur sentosa.
Terkadang orang melihatnya dengan sebelah mata, tidak dihargai, bahkan seringnya diabaikan dan dihina serta dikucilkan. Tapi, meskipun begitu dia terus beramal dalam dakwah dan jihadnya hingga ajal menjemputnya. Masyarakat banyak menikmati jerih payahnya tanpa mereka peduli siapa yang bekerja. Sedangkan orang yang ikhlas cukup tersenyum puas melihat orang lain bisa menikmati hasil karyanya, meskipun dia diabaikan oleh komunitasnya.
Orang ikhlas juga digambarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: ” beruntunglah seorang lelaki yang sentiasa memegang tali kekang kudanya di jalan Allah, rambutnya kusut dan kakinya berdebu. Jika dia ditugaskan untuk berjaga di tapal batas, niscaya dia akan tetap berjaga di sana. Jika dia ditugaskan untuk mengatur distribusi air, niscaya dia juga tetap dengan tugasnya tersebut. Jika, dia memberikan rekomendasi, niscaya rekomendasinya tidak dianggap dan jika meminta izin, niscaya tidak diberi” (muttafaq ‘alaih). Wallahu a’lam. [AW/Abu Muncullah Al Bassam]