PANJIMAS.COM – Niat merupakan salah satu rukun puasa. Apabila seseorang tidak makan dan minum dari mulai Shubuh hingga Maghrib tanpa niat, maka tidak dianggap sebagai ibadah puasa. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al-Bayyinah: 5).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan setiap orang memperoleh (balasan) sesuai dengan apa yang diniatkannya” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khattab).
Kapan Niat Puasa Ramadhan?
Niat harus dilakukan sebelum terbit fajar pada setiap malam bulan Ramadhan sebelum masuk waktu Shubuh. Hal ini berdasarkan hadits Hafshah, dia berkata, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يُجِيْعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” [1]
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامُ مِنَ اللَّيْلِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa tidak niat untuk melakukan puasa pada malam harinya, maka tidak ada puasa baginya.”[2]
Dengan demikian, orang yang berpuasa tanpa niat di malam hari bulan Ramadhan, maka tidak sah puasanya.
Adapun niat tidak disyaratkan harus mengucapkannya, karena niat merupakan amalan hati dan tidak ada kaitannya dengan lisan. Hakikat niat adalah menyengaja melakukan sesuatu perbuatan demi melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan mengharapkan keridhaan-Nya.
Jadi orang yang melakukan makan sahur dengan tujuan berpuasa demi mendekatkan diri kepada Allah, berarti dia telah berniat.
Imam An-Nawawi mengatakan:
النية في جميع العبادات معتبرة بالقلب ولا يكفي فيها نطق اللسان مع غفلة القلب ولا يشترط
“Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan tidak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan,…” (Raudhah at-Thalibin, 1:84)
Dalam buku yang sama, beliau juga menegaskan:
لا يصح الصوم إلا بالنية ومحلها القلب ولا يشترط النطق بلا خلاف
“Tidak sah puasa kecuali dengan niat, dan tempatnya adalah hati. Dan tidak disyaratkan harus diucapkan, tanpa ada perselisihan ulama…” (Raudhah at-Thalibin, 1:268).
Apakah Niat Puasa Setiap hari atau Cukup Sekali Selama Ramadhan?
Dalam hal ini memang ada perbedaan pendapat, namun agar lebih tentram di hari, hendaknya mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامُ مِنَ اللَّيْلِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa tidak niat untuk melakukan puasa pada malam harinya, maka tidak ada puasa baginya.”[3]
Berdasarkan hadits tersebut, Muhammad Al Khotib berkata,
ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر، لان صوم كل يوم عبادة مستقلة لتخلل اليوم بما يناقض الصوم
“Berdasarkan hadits ini niat juga harus ada di setiap malam. Karena puasa hari yang satu dan lainnya adalah ibadah tersendiri. Jika satu hari puasa batal, maka tidak membatalkan lainnya.” (Al Iqna’, 1: 405).
Namun demikian tak perlu khawatir atau ragu-ragu, apakah kita sudah berniat puasa atau belum di malam hari bulan Ramadhan?
Modal utama niat adalah kesadaran. Ketika kita sadar dengan apa yang akan kita kerjakan, kemudian kita berkeinginan untuk mengamalkannya maka kita sudah dianggap berniat. Ketika kita sadar bahwa besok akan menjalankan puasa Ramadhan, kemudian kita bertekad besok akan berpuasa maka itu sudah dianggap berniat. Apalagi jika malam harinya kita melaksanakan qiyam Ramadhan (tarawih) dan makan sahur. Tentu ibadah semacam ini tidak mungkin dilakukan, kecuali karena adanya kesadaran bahwa esok pagi kita akan berpuasa Ramadhan.
Syaikhul Islam pernah ditanya seperti berikut:
Bagaimana penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang niat puasa Ramadhan; apakah kita harus berniat setiap hari atau tidak?
Jawaban beliau:
كُلُّ مَنْ عَلِمَ أَنَّ غَدًا مِنْ رَمَضَانَ وَهُوَ يُرِيدُ صَوْمَهُ فَقَدْ نَوَى صَوْمَهُ سَوَاءٌ تَلَفَّظَ بِالنِّيَّةِ أَوْ لَمْ يَتَلَفَّظْ . وَهَذَا فِعْلُ عَامَّةِ الْمُسْلِمِينَ كُلُّهُمْ يَنْوِي الصِّيَامَ
“Setiap orang yang tahu bahwa esok hari adalah Ramadhan dan dia ingin berpuasa, maka secara otomatis dia telah berniat berpuasa. Baik dia lafalkan niatnya maupun tidak ia ucapkan. Ini adalah perbuatan kaum muslimin secara umum; setiap muslim berniat untuk berpuasa.” (Majmu’ Fatawa, 6:79)
Demikian penjelasan singkat ini semoga bermanfaat, selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Wallahu a’lam. [AW/dbs]
__________________