Oleh: Ustadz Umar Faruq Lc (Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir)
(Panjimas.com) – Shalat merupakan salah satu rukun Islam dan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang mukallaf atau sudah akil baligh, lima kali dalam sehari. Dan didalam shalat fardhu tersebut, Rasulullah SAW mengabarkan kepada umat Islam pahalanya akan dilipatgandakan jika dilakukan secara berjama’ah.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صِلاَةِ الْفَذِ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
“Dari Abdullah bin Umar RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan perbandingan 27 derajat”.
Alangkah banyaknya manfaat yang bisa kita dapatkan dalam shalat berjamaah di Masjid. Ganjaran pahalanya lebih berlimpah. Manfaat sosialnya sangat banyak, ia juga dapat menguatkan kebersamaan dan meneguhkan jalinan kekeluargaan.
Ia memberikan manfaat psikologis berupa ketenangan hati dan kepuasan yang luar biasa dan beragam manfaat lainnya. Daripada shalat sendirian, pahala shalat berjamaah dilipatgandakan menjadi 27 kali lipat.
Diriwayatkan bahwa Imam ‘Ubaidillah bin Umar al Qawariry adalah salah seorang di antara guru Imam Bukhari dan Muslim, pernah menceritakan tentang pengalamannya:
Aku hampir tidak pernah ketinggalan shalat berjama’ah. Suatu hari aku kedatangan tamu yang membuatku terlambat melakukan shalat Isya’ berjama’ah. Setelah itu aku pergi keluar mencari orang untuk menemaniku shalat berjama’ah di antara qabilah-qabilah Bashrah. Tapi sayangnya semua orang sudah shalat.
Aku berbisik di dalam hati, Rasulullah pernah bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan 27 derajat”.
Akhirnya aku pulang lagi kerumah. Sesampainya di rumahku, aku mengerjakan shalat Isya sebanyak 27 kali.
Setelah itu aku langsung tidur… Di dalam tidurku, aku bermimpi melihat diriku bersama serombongan orang yang lagi menunggang kuda. Aku juga menunggangi kuda.
Kami saling berpacu. Namun kuda-kuda mereka mampu memacu kudaku. Lalu aku memukul kuda tungganganku supaya ia menyusul mereka.
Tiba-tiba orang yang berada di akhir rombongan menoleh kepadaku dan berkata: “Jangan paksa kudamu! Engkau tidak akan bisa menyusul kami”. Akubertanya: Kenapa? Dia menjawab: Karena kami shalat Isya’ berjama’ah”. Subhanallah…
Marilah kita mengevaluasi diri kita masing-masing. Berapa shalat jama’ahkah yang sudah kita tinggalkan? Bagaimanakah kondisi kuda kita? Sudah sejauh mana kita ketinggalan dari rombongan? Ataukah kuda kita sudah sakit-sakitan dan tidak bisa lagi dibawa berlari untuk mengantar ke tempat tujuan?
Dan na’udzubillah,, kalau kita ternyata tidak punya kuda sama sekali.
Rasulullah SAW mengatakan: “Amalan yang pertama sekali dihisab nanti di akhirat adalah shalat. Barang siapa yang shalatnya beres, maka ringanlah urusan selanjutnya”.
Ibnu Khafif lagi sakit di kakinya. Saat waktu shalat datang ia mendengar suara adzan. Lalu ia meminta orang untuk mengangkatnya ke masjid supaya bisa shalat berjama’ah.
Orang-orang menyarankan kepadanya untuk tidak memaksakan diri, karena Allah sudah memberi keringanan untuk tidak berjama’ah bagi orang sakit.
Beliau menjawab: “Kalau kalian mendengar panggilan “hayya ‘alash-shalah”, dan kalian tidak melihatku di antara barisan shaf shalat, maka carilah aku di kuburan. Masya Allah… [Edt; GA]