Oleh: Ustadz Umar Faruq Lc (Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir)
(Panjimas.com) – Sejak kedatangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW), masjid mempunyai fungsi yang sangat besar bagi kaum Muslimin. Tidak sekedar sebagai tempat shalat, tapi juga sebagai tempat belajar, mengumpulkan pasukan, dan mengatur strategi perang. Maka masjid pun selalu ramai oleh para sahabat.
Sama dengan kondisi di hari itu. Di saat tersebut, Rasulullah SAW bersama para sahabat sedang berkumpul di masjid. Tiba-tiba datanglah seorang badui dan langsung… sreeeeeettttt… Ia kencing di masjid….!
Para sahabat langsung menghardiknya bahkan ada yang ingin memukulnya. Namun,,,, apa yang terjadi?? “Biarkan ia!” ujar Rasulullah SAW dari jauh. Mereka pun membiarkannya sampai ia menyelesaikan buang air kecilnya.
Setelah itu Rasulullah kemudian memanggilnya seraya memberikan nasehat, “Sesungguhnya masjid ini tidak boleh terkena sedikitpun dari air kencing ini atau kotoran lainnya. Sesungguhnya ia digunakan untuk mengingat Allah SWT, shalat dan membaca Al-Qur’an” ujar beliau dengan lembut.
Rasulullah lalu memerintahkan seorang sahabat yang ada untuk membawa seember air dan menyiramkannya ke atas kencing tersebut.
Demi Allah, ini adalah peristiwa yang sangat jarang. Orang yang paling penyabar sekalipun dalam kondisi seperti ini paling tidak akan memerintahkannya untuk menghentikan buar air kecilnya. Cukup sudah dia melakukannya di masjid Rasulullah.
Para sahabat saja yang sudah terkenal kesabaran dan kemuliaan pekerti mereka ini ingin berdiri dan melakukan sesuatu. Namun Rasulullah SAW melakukan sesuatu yang belum pernah di lakukan oleh orang-orang sebelumnya dan sesudahnya.
Beliau mampu menyelesaikan permasalahan dengan bijak. Beliau selalu membawa keberuntungan bagi siapa pun, menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Alangkah mulianya Rasulullah. Beliau selalu santun dalam menuntun. Penuh hikmah dalam berdakwah. Bijak ketika mengajak kepada yang haq. Mengoreksi tanpa membuat orang sakit hati, malah menerimanya dengan senang hati.
Banyak para sahabat tergetar ketika ia meluruskan mereka ke jalan yang benar. Itulah Nabi Muhammad SAW. Segala ucapan dan perbuatannya selalu dipandu oleh wahyu. Begitu pula cara beliau menegur dan mengoreksi kesalahan seseorang. Maka bila kita bisa meneladaninya, niscaya kita menjadi pendidik yang sukses dan efektif.
Sungguh Allah SWT telah menjadikan kebijaksanaan sebagai salah satu karakter Rasulullah SAW, yang membuatnya mencintai manusia dan mengangkat derajat beliau di sisi mereka.
Diriwayatkan bahwa suatu kali Zaid bin Su’nah sengaja memancing Rasulullah SAW untuk menguji kebijaksanaan beliau, karena dalam kitab-kitab terdahulu, tercantum ciri kebijaksanaan beliau, yakni bahwa sesungguhnya kebijaksanaannya akan mengalahkan ketidaktahuannya, ketidaktahuannya yang sangat tidak akan menambah apapun baginya kecuali kebijaksanaan.
Sebelum masuk Islam, Zaid datang menghadap beliau dan berperkara dengannya dalam masalah hutang, lalu dia menarik baju beliau dari pundaknya, kemudian memegang seluruh bajunya. Ia bertindak kasar kepada beliau, kemudian berkata, “Hai keturunan Abdul Muthallib! Sesungguhnya kalian orang yang suka mengulur-ulur waktu pembayaran.”
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu segera menghardik Zaid dan mengeraskan ucapannya. Sebaliknya, Nabi SAW malah tersenyum dan berkata, “Wahai Umar, aku dan dia tidak bermaksud membuat perkara seperti apa yang engkau sangka. Engkau menyuruhku untuk membayar utang dengan sebaik-baiknya, tetapi engkau malah menyuruhnya untuk menyelesaikan perkara dengan sebaik-baiknya.”
Kemudian Zaid berkata, “Masih ada tempo untuk membayar utang tersebut tiga hari.” Lalu beliau menyuruh Umar untuk membayarkan dulu utang beliau dan menambahnya 20 sha’ sehingga hal itu membuat Zaid menjadi terharu.
Sahabat Anas bin Malik pernah menceritakan kejadian lain yang menakjubkan. Dia bertutur, “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW, sementara beliau memakai selimut buatan orang Najrani yang kasar tepi kainnya. Lalu seorang Arab dusun menemui beliau dan menarik selimutnya dengan kencang hingga aku melihat pada leher beliau bekas goresan tepi selimut karena kencangnya selimut tersebut ditarik.
Kemudian Arab dusun itu berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sedikit harta Allah yang kini ada padamu (dalam satu riwayat redaksinya berbunyi, ‘Sesungguhnya engkau tidak membawakan untukku sedikit hartamu dan tidak juga harta bapakmu).
Rasulullah SAW kemudian menoleh kepadanya seraya tertawa, lalu menyuruh sahabat memberikan sesuatu untuknya.
Alangkah indahnya akhlak beliau. Maukah engkau dan aku bersama mencontoh kehidupan beliau…? [Edt; GA]