Oleh: Ustadz Umar Faruq Lc (Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir)
(Panjimas.com) – Saat perang Uhud, kabar terbunuhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) pada Perang Uhud tersebut tersiar dengan cepat. Informasi sampai juga ke telinga seorang perempuan dari Bani Dinar. Seusai perang, ia berdiri di tempat yang dilewati oleh pasukan kaum Muslimin.
- “Bagaimana kondisi Rasulullah SAW?” tanya perempuan kepada seorang prajurit yang baru datang.
- “Ibu, saat perang tadi, suamimu telah terbunuh” jawab tentara ini sambil berlalu
- “Bagaimana kondisi Rasulullah SAW?” tanya perempuan kepada seorang prajurit berikutnya yang datang.
- “Ibu, saat perang tadi, saudaramu telah terbunuh” jawab prajurit ini sambil berlalu
- “Bagaimana kondisi Rasulullah SAW?” tanya perempuan kepada seorang prajurit lain yang datang.
- “Ibu, saat perang tadi, suamimu telah terbunuh” jawab prajurit ini sambil berlalu
- “Bagaiman kondisi Rasulullah SAW?” tanya perempuan kepada seorang prajurit berikutnya yang datang.
- “Alhamdulillah Rasulullah SAW dalam keadaan baik-baik saja” jawab prajurit ini sambil berlalu.
- “Dimana? Dimana beliau? Aku ingin melihatnya..!” kata perempuan ini lagi.
Mereka menunjuk tempat dimana Rasulullah SAW berada. Perempuan itu segera berlari menemui Rasulullah SAW. “Ya Rasul, sungguh asal Anda selamat, musibah apa pun yang menimpaku adalah kecil,” kata ibu ini dengan penuh cinta kepada rasulnya.
Sudah menjadi kewajiban kita untuk mencinta Rasulullah SAW, junjungan kita yang mulia. Pribadi beliau sangat indah dan pantas untuk dicintai.
Beliau adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat dermawan, paling dermawan di antara manusia. Pada bulan Ramadhan, beliau lebih dermawan lagi, lebih kencang memberi dibanding angin yang berhembus.
Jika memilih urusan, beliau pilih yang paling mudah selama tidak melanggar syari’at Allah. Beliau sangat menghindar dari dosa. Jika diri beliau dizalimi, beliau sangat sabar. Namun, jika hak Allah yang dilanggar, beliau sangat murka.
Sangat pemalu melebihi gadis pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, langsung terlihat pada raut wajahnya. Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau suka maka beliau makan makanan itu. Jika tidak suka, maka beliau tinggalkan tanpa mencelanya.
Bicaranya sangat fasih dan jelas. Beliau menguasai logat-logat bangsa Arab. Mampu berbicara pada tiap suku bangsa Arab dengan logat masing-masing suku. Jika dimintai sesuatu, beliau tidak pernah menjawab, “Tidak.”
Beliau sangat pemberani. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang jika bertemu beliau, mereka lari. Ali bin Abi Thalib berkata, “Jika kami sedang ketakutan dan dikepung bahaya, kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak satu pun yang jaraknya lebih dekat kepada musuh selain beliau.”
Beliau sangat jujur dan amanah. Sebelum diutus menjadi nabi dan rasul, beliau dijuluki “Al-Amin”. Al-Amin artinya “yang terpercaya”. Bahkan, musuh pun mengakui kejujuran dan amanahnya. Abu Jahal pernah berkata, “Kami tidak mendustakan dirimu, tetapi kami mendustakan ajaranmu.”
…Sungguh sangat beruntung kita dapat menjadi bagian dari umat beliau. Namun itu tidak cukup. Kita penting untuk memperjuangkan ajaran beliau yang sudah diserang di sana-sani…
Beliau sangat tawadhu‘ dan jauh dari sifat sombong. Jika beliau datang ke suatu majelis, beliau tidak mau disambut seperti raja. Biasanya, jika seorang raja datang, orang-orang berdiri untuk menyambutnya. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ingin disambut seperti raja. Mari kita lihat, betapa rendah hatinya beliau.
Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, dan duduk-duduk bersama sahabatnya.
Beliau sangat suka memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling penyayang, dan lembut terhadap orang lain, suka memaafkan, dan lapang dada. Terhadap pembantu, beliau tidak pernah membentak atau menyalahkan pekerjaan pembantunya yang tidak beres. Terhadap orang miskin, beliau cinta dan suka duduk-duduk bersama. Beliau menghadiri pemakaman jenazah orang-orang miskin, dan tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.
Beliau senantiasa gembira, lebih banyak diam. Tawa beliau adalah dengan senyuman. Jika bicara tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras suaranya. Bicaranya jelas, bahasanya fasih dan mudah dimengerti.
Sungguh sangat beruntung kita dapat menjadi bagian dari umat beliau. Namun itu tidak cukup. Kita penting untuk memperjuangkan ajaran beliau yang sudah diserang di sana-sani. Betul, Islam itu memang tinggi dan tak ada yang akan menyamai ketinggiannya. Tapi kewajiban kitalah untuk menjaga ketinggian itu. Amat sangat memalukan dan aib bagi kita yang mengaku umat Rasulullah, bila pada zaman kita, cahaya Islam yang sangat terang benderang itu akhirnya menjadi redup karena kita tidak sungguh-sungguh menjaganya.
Pembuktian cinta kepada Rasulullah, tak cukup dengan menaburkan puji-pujian kepada beliau. Tapi lebih dari itu, bukti cinta itu terlihat dari kekokohan kita mengikuti sunnah beliau dengan dengan setia. Membela tauhid yang kini banyak diserang oleh orang-orang Syi’ah untuk mencabik-cabik agama ini dengan berbagai kemungkaran yang dilakukannya.
Kelak Rasulullah akan bersama orang-orang yang mencintainya; merekalah orang-orang yang setia mengikuti perikehidupan beliau dan menjaga ajaran agama yang beliau tinggalkan..
Tak sekedar berharap, derajat yang tinggi dan mulia itu mesti diperjuangkan dengan menjaga nama baik beliau dan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Sebab kapan dan dimanapun, kecintaan selalu menuntut pembuktian…
Cinta Rasulullah kan? Ayo mari kita buktikan kecintaan itu…! Seperti wanita dari Bani Dinar yang telah membuktikan bahwa cintanya kepada Rasulullah lebih dari segalanya. [Edt; GA]