Oleh: Ustadz Umar Faruq Lc (Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir)
(Panjimas.com) – Salah satu akibat dari dosa adalah kurangnya kepekaan hati kita kepada dosa. Ahmad bin Abil Hawari pernah menuturkan kepada Abu Sulaiman Ad-Darani, “Tadi malam aku tidak mengerjakan Shalat Witir, aku tidak mengerjakan dua rakaat sunnah fajar. Aku juga tidak melaksanakan Shalat Subuh berjamaah”.
Abu Sulaiman Ad-Darani menyatakan, “Itu terjadi karena perbuatanmu sendiri. Allah tidak berbuat zhalim kepada hamba-Nya. Engkau telah tertimpa syahwat”. “Tidaklah seseorang tertinggal melaksanakan Shalat Berjamaah, kecuali karena dosa-dosa yang ia lakukan”.
Betapa banyak kemaksiatan yang menghalangi seseorang untuk mengerjakan qiyamullail (shalat malam). Betapa banyak pandangan haram yang menghalagi seseorang untuk tilawah Al-Qur’an. Betapa banyak perkataan haram, yang menghalangi seseorang dari nikmatnya bermunajat.
Terkadang seorang hamba menyantap makanan haram atau melakukan dosa sekali saja, namun akibat dia terhalang dari qiyamullail selama setahun penuh.
Sungguh luar biasa generasi ulama terdahulu. Karena sedikit berbuat dosa, maka mereka mengetahui darimana setan masuk ke dalam diri mereka. Sementara itu, dosa kita terlalu banyak sehingga setan masuk dari semua pintu-pintu dosa.
Seperti segelas air bening dan segelas kopi yang pekat. Sebutir pasir yang masuk, akan sangat kelihataan di air yang jernih. Namun pada kopi yang pekat, segenggam tanah, bahkan paku, tidak akan kelihatan dari luar saking pekat dan hitamnya kopi itu.
Barangsiapa jernih hatinya, niscaya Allah memberinya kejernihan. Siapa yang kotor hatinya, Allah pun akan memberinya kekotoran. Barangsiapa berbuat baik pada malam hari, Allah akan menjaganya pada siangharinya.
Begitu pula barangsiapa yang berbuat baik pada siang harinya (dengan meninggalkan dosa), niscaya Allah menjaganya pada malam harinya dengan membangunkannya untuk qiyamulllail. [Edt; GA]