(Panjimas.com)- Ikhwah Fillah para pembaca media islam Panjimas.com yang sama-sama mengharap ridho dan maghfirohNya, dalam kehidupan yang kita jalani penuh dengan aneka ragam keadaan dan kondisi, semua itu merupakan anugerah dan nikmat, keduanya berjalan di atas dasar takdir Alloh.. Qodarulloh wamaa Sya’a fa’ala.
Mari sejenak kita merenungi hadits Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘anhu dan dikumpulkan oleh Imam An-Nawawi Rohimahulloh dalam hadits ‘arbain no.19 dengan potongan hadits berikut :
رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
“Pena telah diangkat dan lembaran telah kering”
Begitu juga hadits dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘anhu bahwa Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam menerangkan dalam sabdanya :
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘anhu beliau berkat bahwa Rosulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Ketika pena telah diangkat dan lembaran telah kering, saat itulah seorang manusia telah ditetapkan baginya rizki, ajal, kesulitan dan kesenangan (hidup), namun Alloh gambarkan makhluk ciptaanNnya berupa manusia ini memiliki sifat yang telah Ia tegaskan dalam Al Qur’anul karim.
Alloh Ta’ala berfirman dalam surat Al Ma’arij :
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (٢٠) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (٢١
Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah, apabila ia diberikan kesusahan ia berkeluh kesah,apabila diberi kebaikan (rizki) ia menjadi kikir (Al Ma’arij 19-21).
Begitulah sifat manusia,berkeluh kesah dalam segala hal, terkadang merasa kurang dengan rizki yang diberikan alloh padahal itu sudah lebih dari cukup dan merasa tidak diberi rizki oleh alloh padahal ia masih bisa merasakan nikmat-nikmatNya.
Alangkah indahnya jika keluh kesah ini dihiasi dengan syari’at Do’a, Jika mempunyai kekurangan, mohonlah kepada Alloh berharaplah padaNya, manfa’atkanlah waktu-waktu mustajab yang dengan (waktu) tersebut, Alloh dapat kabulkan permohonan kita. Hanya orang orang yang Alloh rahmati yang mampu menjadikan keluhannya sebagai titian panjatan munajat kepada Alloh Ta’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengartikan dan menjelaskan do’a yaitu meminta sesuatu yang bermanfaat bagi peminta itu untuk menyingkap apa apa yang madhorot dan mencegahnya baik itu yang belum terjadi atau yang akan terjadi,hanya kepada Alloh sajalah di syari’atkannya berdo’a, begitu juga Imam Ibnul Jauzi menuturkan perkataannya terkait Do’a : “Ketahuilah bahwa doa orang mukmin tidak mungkin ditolak, boleh jadi ditunda pengkabulannya lebih baik atau digantikan sesuatu yang lebih maslahat dari pada yang diminta baik di dunia atau di akhirat. Sebaiknya seorang hamba tidak meninggalkan berdoa kepada Rabbnya sebab doa adalah ibadah yaitu ibadah penyerahan dan ketundukan kepada Alloh”. [Fathul Bari 7/348 ]
Wahai hamba Alloh.. dari do’alah takdir, keadaan yang allah telah tetapkan bisa merubah segalanya. Oleh karena itu… Berdo’alah….. ! karena do’a bagian dari pada takdir dan dapat merubah takdir. Rosululloh bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ الترمذي
“Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)
Alloh ta’ala sangat menyukai hamba hambanya yang bermunajat, meminta kepadaNya, berbeda dengan manusia, semakin banyak diminta sesuatu maka semakin marah, Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ”
رواه الترمذي 3295 وأحمد 9324 وصححه الألباني في صحيح الجامع
Dari Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya- ia berkata, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa yang tidak meminta kepada Alloh, maka Alloh akan marah kepadanya”. (HR. Tirmidzi 3295 dan Ahmad 9324, dishahihkan oleh Albani dalam Shahih al Jami’)
Sungguh sangatlah anguh dan sombong orang orang yang berlaga di dunia ini merasakan pemberian allah tapi tidak pernah bersyukur malah takabur tidak pernah berdo’a kepada pencipta dan pemberi rizki. Dalam berdo’a hendaklah kita memperhatikan adab terhadap Alloh Ta’ala, rendah hati, menancapkan sifat khauf (takut) dalam diri, karena hakikatnya tidak ada yang patut ditakuti melainkan Alloh ta’ala, senantiasa memiliki sifat Roja’ (harapan) diiringi dengan khusyu’ dan thama’ terhadap semua keinginan yang akan disampaikan pada Alloh ta’ala. [Nizal]