(Panjimas.com) – Muharram adalah bulan pertama dalam tahun Islam (Hijriah). Sebelum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah), penanggalan bulan dibuat mengikuti tahun Masehi. Hijrah Rasulullah memberi kesan besar kepada Islam dari sudut dakwah Rasulullah, ukhuwah dan syi’ar Islam itu sendiri.
Pada dasarnya, kata Muharram membawa artinya yaitu ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala melarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah.
Peristiwa-Peristiwa Penting pada Bulan Muharram:
- 1 Muharram – Khalifah ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mulai membuat penanggalan bulan dalam Hijirah.
- 10 Muharram – Dinamakan juga hari ‘Asyuro. Pada hari itu banyak terjadi peristiwa penting yang mencerminkan kegemilangan dan perjuangan yang gigih dan tabah umat Islam dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.
Pada tanggal 10 Muharram juga telah berlaku beberap hal yang dicatat oleh sejarawan Islam :
- Nabi Adam bertaubat kepada Allah.
- Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit.
- Nabi Nuh diselamatkan Allah keluar dari perahunyasesudah bumi ditenggelamkan selama enam bulan.
- Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran RajaNamrud.
- Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa.
- Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara.
- Penglihatan Nabi Yaakub yang kabur disembuhkan Allah.
- Nabi Ayub disembuhkan Allah dari penyakit kulit yangdideritanya.
- Nabi Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelahberada di dalamnya selama 40 hari 40 malam.
- Laut Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musadan pengikutnya dari tentara Firaun.
- Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah.
- Nabi Sulaiman dikaruniakan Allah kerajaan yang besar.
- Hari pertama Allah menciptakan alam.
- Hari Pertama Allah menurunkan rahmat.
- Hari pertama Allah menurunkan hujan.
- Allah menjadikan ‘Arasy.
- Allah menjadikan Luh Mahfuzh.
- Allah menjadikan alam.
- Allah menjadikan Malaikat Jibril.
- Nabi ‘Isa diangkat ke langit.
KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadhan adalah berpuasa di bulan Muharram”.
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam juga bersabda bahwa puasa ‘ASyuro dapat menghapuskan dosa setahun yang lampau dan setahun kemudian,
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
”Puasa hari ‘Asyuro, saya memohon kepada Allah agar menjadikannya sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya”. (HR Muslim)
Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari ‘Asyuro.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, ketika Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian” dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyuro. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari ‘Asyuro diwajibkan.
Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari ‘Asyuro disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, “Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari ‘Asyuro dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan kewajiban puasa pada hari ‘Asyuro dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau”.
Namun, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada hari ‘Asyuro bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari ‘Asyuro dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ‘Asyuro”. (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist bahwa puasa di hari ‘Asyuro hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyuro diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyuro. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari ‘Asyuro saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk memperbanyak sedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada tanggal 10 Muharram. Hal ini memang tidak disebutkan dalam hadits, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan. Wallahu a’lam.. [Muhammad]