PANJIMAS.COM – Perang badar yang penuh berkah terjadi pada hari Jum’at 17 Ramadhan tahun ke- 2H, peperangan yang mesihkan antara haq dan bathil, maka oleh Allah Ta’ala dinamakan dengan Yaum Furqan (hari pembeda).
Latar belakang peperangan ini, Suatu ketika terdengarlah kabar di kalangan kaum muslimin Madinah bahwa Abu Sufyan beserta kafilah dagangnya, hendak berangkat pulang dari Syam menuju Mekkah. Jalan mudah dan terdekat untuk perjalanan Syam menuju Mekkah harus melewati Madinah. Kesempatan berharga ini dimanfaatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat untuk merampas barang dagangan mereka.
Selanjutnya Rasulullah Shallallahu a’alaihi wa sallam bersama tiga ratus sekian belas sahabat dari muhajirin dan anshar, Rasulullah tidak membuat persiapan besar untuk keluar ke Badar, mereka tidak berangkat kecuali hanya membawa satu atau dua kuda perang, dan tujuh puluh onta setiap onta dinaikin dua atau tiga orang.
Adapun tentara musyrikin jumlahnya sekitar 1000 orang, , 600 baju besi, 100 kuda, dan 700 onta serta dengan persenjataan lengkap, setiap hari menyembelih 9 sampai 10 onta, Berangkat dengan penuh kesombongan dan pamer kekuatan di bawah pimpinan Abu Jahal.
Maka kalau ditimbag kekauatan keduanya, akan nampak bahwa pasukan kafir quraisy lebih kuat, namun Allah karuniakan kemenagan saat kepada kaum muslimin, faktor yang menjadikan kemenangan ada di pihak kaum muslimin meskipun kalah jumlah dan perangkat perang adalah i’timad (bersandar) terhadap Allah Ta’ala, para mujahidin benar- benar memahami ayat Allah,
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan tidaklah kemenangan itu, selain dari Allah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,” (Ali Imran : 126)
Maka ketika jumlah sedikit dari kaum Thalut, pasukan Jalut,
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan keompok besar dengan izin Allah. ”Dan Allah bersama Orang- orang sabar” (Al-Baqarah : 249).
Namun saat ini setan berhasil membuat takut kebanyakan kaum muslimin dari kekuatan Amerika dan sekutunya, sehingga banyak mereka yang menisbatkan kepada ilmu dan dakwah menutupi ketakutan itu dengan dalih maslahah dan kebijaksanaan,akan tetapi hal itu tidak akan berpengaruh terhadap mujahidin yang memahami kalam Allah,
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut- nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman.” (Ali Imran : 175)
Maka ketika Amerika mengatakan, “siapa yang lebih kuat dari kita ?” maka takutlah orang yang melihat keperkasaannya lupa akan kekuatan Allah, namun para mujahidin yang sabar akan mengatakan,
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً
Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang Menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka ? (Fushilat : 15)
Allah Berkehendak Lain
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabat keluar dari Madinah dengan harapan dapat menghadang kafilah dagang Abu Sufyan. Merampas harta mereka sebagai ganti rugi terhadap harta yang ditinggalkan kaum muhajirin di Makah. Meskipun demikian, mereka merasa cemas bisa jadi yang mereka temui justru pasukan perang. Oleh karena itu, persenjataan yang dibawa para shahabat tidaklah selengkap persenjataan ketika perang. Namun, Allah berkehendak lain. Allah mentakdirkan agar pasukan tauhid yang kecil ini bertemu dengan pasukan kesyirikan. Allah hendak menunjukkan kehebatan agamanya, merendahkan kesyirikan. Allah gambarkan kisah mereka dalam firmanNya,
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjata-lah yang untukmu (kamu hadapi, pent. Yaitu kafilah dagang), dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Qs. Al Anfal: 7)
Demikianlah gambaran orang shaleh. Harapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat tidak terwujud. Mereka menginginkan harta kafilah dagang, tetapi yang mereka dapatkan justru pasukan siap perang.
Jiwa manusia selalu mengutamakan kemudahan hal- hal yang nyamana daripada bersusah payah dalam mencapai tujuan, akan tetapi setiap jiwa harus tahu bahwa kemuliaan harus ditempuh dengan susah payah bahkan dengan hilangnya nyawa.
Maka sesungguhnya jihad meskipundi dalamnya ketakutan, rasa lapar, dan berkurangnya harta dan jiwa, tetapi manfaatnya bagi Islam dan muslimin sangat besar,maka ketika pemahaman jihad hilang dari hati kaum muslimin, dan mereka lebih suka condong ke dunia, dan takut mati, Allah timpakan pada mereka kehinaan.
Tak heran kalau ditemukan kelompok yang berintisab pada ilmu dan dakwah, jalan mereka untuk memperjuangkan Islam dan menolak kedhaliman melalui jarur siasat dengan tunduk terhadap hukum positif, dan mengatakan inilah cara terbaik.
Lainnya mengatakan, “ tashfiyyah dan tarbiyyah jalan perubahan.”
Ada pula syaikh yang meyakinkan manusia, bahwa menegakkaan gama ini dengan kertas suara, dengan menghindari tertumpahnya darah dan terbunuhnya jiwa.
Ada pula yang mengajak manusia datang ke istana Presiden, sambil menangis sampai luluh hati sang pimpinan, dengan harapan dapat menerapakan syariat.
Namun Mukmin Shadiq meninggalkan segala kenyamanan tersebut, dan memilih jihad sebagai jalan terbaik,
فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Allah Memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah Memberi petunjuk kepada siapa yang Dia Kehendaki ke jalan yang lurus” (Al-Baqarah : 213). [AH]
Referensi: fi Dhilalis Sirah, Syaikh Manshur Asy-Syami.