PANJIMAS.COM – Pertanyaan: Assalamu’alaikum, apa hukum menelan ludah? (Yudi, Sidoarjo)
Jawab:
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rab semesta alam, shalawat beriring salam kita haturkan kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman, Amma ba’du.
Diantara kemudahan yang diberikan Islam adalah tidak mewajibkan orang yang sedang berpuasa untuk menolak atau mengeluarkan ludah, Semua ulama` sepakat bahwa ludah tidak membatalkan puasa sebab masuk katagori sesuatu yang di diamkaan oleh syareat, sekaligus sesuatu yang tidak bisa dihindari (‘usrul ihtiraz).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpuasa beberapa kali di bulan Ramadhan bersama sahabat dan tidak ada satupun orang yang meriwayatkan hadist yang ada kaitannya dengan ludah padahal ini sering terjadi pada diri seseorang atau dalam istilah fiqih(mimma ta’ummu bihi al balwa) , berarti termasuk sesuatu yang di diamkan dalam agama, maka hak itu diperbolehkan.
Imam An-Nawawy -rahimahullah- berkata,
ابتلاع الريق لا يفطر بالإجماع
“Menelan air ludah tidak membatalkan puasa secara ijma’” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab 6: 317)
Fatwa Lajnah Daimah,
ابتلاع الصائم ريقه لا يفسد صومه ولو كثر ذلك وتتابع في المسجد وغيره، ولكن إذا كان بلغما غليظا كالنخاعة فلا تبلعه، بل أبصقه في منديل ونحوه إذا كنت في المسجد
Menelan ludah tidak membatalkan puasa, meskipun banyak atau sering dilakukan ketika di masjid dan tempat-tempat lainnya. Akan tetapi, jika berupa dahak yang kental maka sebaiknya tidak ditelan, tetapi keluarkan (diludahkan) di saputangan atau sejenisnya (tissue) jika di masjid.(Fatwa Lajnah Daimah no. 9584).
Wallahu a’lam. [AH]