(Panjimas.com) – Bulan Ramadhan sebentar lagi akan menyapa kita, kaum Muslimin seluruhnya bersiap untuk menyambutnya dengan suka cita dan mereka menunggu dengan tidak sabar berita tentang ru’yatul hilal sebagai tanda masuknya Bulan Ramadhan, bulan yang penuh kemuliaan dan kebaikan.
Hampir kebanyakan para da’i ketika sedang berceramah akan datangnya bulan Ramadhan selalu membawakan sebuah hadits,
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
”Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka”.
Banyak para dai begitu bersemangat menyampaikan hadits ini,sehingga tidak tahu dari mana sebenarnya hadist ini berasal,hadits di atas terdapat dalam kitab Durrotun Nashihin, karya Utsman bin Hasan al-Khubawi, para ahli hadis menilai kitab ini sebagai kitab yang bermasalah karena kitab ini selain dipenuhi dengan hadits dhaif(lemah) dan maudhu'(palsu),kitab ini juga dipenuhi hadits yang statusnya laa ashla lahu (tidak ada sumbernya) sehingga tidak bisa dianggap sebagai hadist
lalu bagaimanakah seharusnya kita menyambut bulan Ramadhan yang mulia?
Persiapan Jasmani dan Rohani
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita sebelum memasuki bulan Ramadhan agar banyak melakukan ibadah puasa di bulan Sya’ban sebagaimana yang dicontohkan Nabi dalam sebuah hadist:
Diriwayatkan oleh Muslim, 1156, dari Abu Salamah dia berkata, saya bertanya kepada Aisyah rardhiallahu anha tentang puasanya Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Dia menjawab:
كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ ، وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ (رواه مسلم
“Beliau biasanya berpuasa sampai kami mengatakan sungguh telah berpuasa (terus). Dan beliau berbuka sampai kami mengatakan sungguh beliau telah berbuka. Dan aku tidak melihat beliau berpuasa yang lebih banyak dibandingkan pada bulan Sya’ban”. (HR. Muslim)
Berpuasa di bulan Sya’ban membantu kita mengkondisikan diri, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini akan sangat positif pengaruhnya dan akan mengantarkan kita dalam menyambut Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amalan yang disunnahkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian terlalu lama seperti banyak terjadi pada orang yang pertama kali berpuasa.
Mengetahui Tata Cara Berpuasa yang Benar
Tujuan berpuasa adalah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Oleh karena itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan tata cara yang benar dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
Rasulullah saw bersabda, “Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang banyak berpuasa bisa saja tidak akan mendapatkan pahala apabila mereka tidak berpuasa sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah,maka yang ia dapatkan hanyalah lapar dan dahaga.
Dan yang tidak kalah penting dari dua hal diatas adalah bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dan menunjukkan rasa bersyukur kita dengan mengerjakan amalan ibadah sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya di bulan yang mulia ini. [Husain Fikry/S.A]