Panjimas.com- Dalam perjalanan pulang menuju Mekah setelah peperangan Hamraul Asad, Abu Sufyan dan pasukannya bertemu dengan rombongan dari Abdul Qoishendak menuju madinah dan bekata, “Maukah kalian menyampaikan pesan kami kepada Muhammad dan kami akan memberikan kepada unta-unta kalian kismis yang banyak di pasar ‘Ukkazh jika kalian datang ke Mekah?.” Mereka berkata, “Ya.” Abu Sufyan berkata, “sampaikan kepada Muhammad bahwa kami telah menyiapkan peperangan untuk membinasakannya dan seluruh pasukannya.”
Maka rombongan tersebut bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Hamroul Asad maka dikabarkan apa yang dipesankan Abu Sufyan seraya berkata, “Sesungguhnya manusia (Quroisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Sebagaimana termaktub dalam QS Ali ‘Imron 173-174).
Diriwayatkan dalam Shohih Bukhari dari Ibnu ‘Abbas radiallahu ‘anhuma,
حسبنا الله ونعم الوكيل
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung,” kalimat itu diucapkan Ibrohim as. ketika dilempar kedalam api dan diucapkan juga oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika orang-orang berkata, “Sesungguhnya manusia (Quraisy)telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”,maka perkataan itumenambah keimanan mereka dan mereka menjawab,“Hasbunallah wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung).”
Maka orang-orang yang beriman akan bertambah kuat ketabahan dan tawakkal mereka setiap kali ditakut-takuti dengan pasukan yang besar jumlah dan persiapan mereka.
Dan ahlul haq juga semakin bertambah bagi mereka kesabaran, keteguhan, ketaqwaan dan azzam mereka , setiap kali bertambah dahsyat bala’ dan luka ysng menimpa mereka. Sebagaimana Allah swt memuji para nabi dan sahabatnya ketika bersabar dan teguh meskipun ditimpa pembunuhan dan luka. Allah berfirman,
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِيسَبِيلِا للَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”. ( Ali Imron 146)
Sungguh sifat-sifat yang ditiadakan oleh Allah terhadap para nabi dan sahabatnya sungguh mendalam. Yang pertama adalah wahn (cinta dunia dan takut mati) karena wahn itu intinya adalah melemahnya azzam seseorang, jika menimpa jiwa maka akan menghasilkan sifat lemah untuk berjihad dan hal itu adalah bentuk dari sikap menyerah dan gagal. Kemudian setelah itu datang sifat yang kedua yaitu istikaanah (menyerah) yang disertai dengan khudhu’ (tunduk) kepada seluruh permintaan musuh yang merupakan bentuk penghambaan, maka jika sudah demikian perut bumi lebih pantas daripada atasnya.
Janganlah kau siramkan kepadaku air kehidupan dengan kehinaan
Namun siramilah aku kemulyaan dengan gelas pahit
Bagi ahlul haq cobaan dan bala’ itu menambah keyaqinan dan keimanan mereka kepada Allah ta’ala. Dengan datangnya ujianmerupakan tanda akan datangnya pertolongan Allah dan dekatnya pertolongan itu. Sebagaimana firman Allah,
وَلَمَّا رَأَىالْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُواهَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَاللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَ هُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Al-Ahzhab 22)
Ibnu Katsir berkata, “ berkata Ibnu Abbas dan Qotadah maksud dari yang dijanjikan Allah itu adalah,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىنَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah 214)
Yaitu, inilah yang dijanjikan Allah berupa musibah dan ujian, yang akan datang setelahnya kemenangan, maka meraka mengatakan, “sungguh benar apa yang dijanjikan allah dan RasulNya.”(selesai perkataan Ibnu Katsir)
Kaum muslimin mereka adalah ahlul haq yang berperang di jalan Allah, jikalau terbunuh dijanjikan surga, mereka mengharapkan apa yang tidak diharpakan orang kafir, Allah penolong mereka, maka siapa yang Allah menjadi penolongnya tidak akan takut siapa pun. Ia tidak boleh lemah,
وَلَا تَهِنُوا وَلَاتَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (Ali ‘Imron 139)
Sedangkan orang- orang kafir mereka ahlul bathil, yang terbunuh diantara mereka ke Neraka dan Allah memusuhi mereka. jika Allah sja memusuhi mereka lantas siapa yang akan diharapkan! Dan mereka berperang dijalan thogut yaitu syaitan. Dan siapa yang menjadi walinya syaitan maka betapa lemahnya ia. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (An-Nisa 76)
Maka ahlul haq itu bagaikan pasak yang mana pukulan palu tidak menambah apa-apa selain keteguhan dan semakin kokoh tertancap ke tanah. Dahsyatnya kesulitan bagi mereka seperti obat dan cobaan itu seperti kenikmatan. (Habibi)