Panjimas.com- Peperangan antara Al Haq dan Al Bathil tidak akan pernah sirna. Dan keduanya tidak akan pernah bersatu setetespun bagai tak bersatunya air dan minyak. Ketika sebuah perbedaan adalah masalah khilafiyah (perbedaan pendapat dalam masalah fiqh) maka itu tidak mengapa karena para ulama fiqh terdahulu mereka menghargai betul pendapat-pendapat ulama lain selama tidak keluar dalam ruang lingkup syareat. Akan tetapi ketika perbedaan dalam masalah Aqidah maka harus di perangi dan di luruskan. Ketika kesesatan di sembunyikan dalam artian di tutup-tutupi tanpa mau menjelaskan akan kebatilanya karena takut akan kehilangan harta dunia maka berhati-hatilah ketika Allah memberi lebel “seburuk-buruk yang di belikan”[1]. Hal ini di tegaskan oleh Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi ketika menjelaskan surat Al-Imran Ayat : 187 Di dalam kitab Aysaru Tafaasir. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَاتَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَبِئْسَ مَايَشْتَرُونَ
“Hendaklah kamu benar- benar menerangkannya kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya, lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga. Maka itu seburuk- buruk jual- beli yang mereka lakukan.”
Ikhwani fi sabili dakwah!
Ya! Pertarungan antara haq dan bathil selamanya tak akan pernah berhenti, mari sejenak kita renungi penjelasan Sayyid Qutb ketika mensfsirkan ayat Allah,
وَالَّذِينَ آتَيْنا هُمُ الْكِتابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Dan orang- orang yang telah kami beri kitab mengetahui benar bahwa Al Quran itu diturunkan dari Rab mu dengan benar. Maka janganlah kamu termasuk orang- orang yang ragu.” ( Al An’am: 114)
وما يزال أهل الكتاب يعلمون أن هذا الكتاب منزل من الله بالحق. وما يزالون يعلمون أن قوة هذا الدين إنما تنبثق من هذا الحق الذي يتلبسبه، ومن هذا الحق الذي يحتويه. وما يزالون- من أجل علمهم بهذا كله- يحاربون هذا الدين، ويحاربون هذا الكتاب،رحرباً لاتهدأ.. وأشدهذه الحرب وأنكاها،هوتحويل الحاكمية عن شريعة هذا الكتاب بالىشرائع كتب أخرمن صنع البشر. وجعل غيرالله حكما،حتى لاتقوم لكتاب الله قائمة، ولايصبح لدين الله وجود
“ Dan Ahli Kitab akan senantiasa mengetahui bahwa Al Quran diturunkan dari Allah denagn benar, dan senantiasa tahu bahwa kekuatan Islam timbul dari kebenaran yang melekat dan terkandung di dalam Al Quran, maka karena mengertinya mereka akan ini, senantiasa memerangi dien ini, dan Al Quran, dengan peperanga yang tidak akn pernah berhenti. Dan peperangan yang paling besar adalah merubah berhukum dengan Syariat Al Quran dan digantikan dengan syariat kitab- kitab yang lainbuatan manusia, dan menjadikan selain Allah sebagai pemutus perkara, sehingga kitab Allah tidak tegak, dan agama Allah tidak ada wujudnya.”[2]
Mesir, di zaman As-syahid Sayyid Quthb hidup adalah masa di mana pemahaman-pemahaman sekuler merebak. Sampai-sampai para pejuang Mesir yang ingin membebaskan dari cengkraman nasrani tidak lepas dari paham-paham sekuler tersebut. Siapa lagi kalau bukan Gamal Abdul Naser yang sempat menjadi pembela Sayyid quthb dengan kata-katanya
“Kakakku Sayyid, demi Allah! Mereka tidak akan dapat menyakitimu sebelum mereka melangkahi mayat kami terlebih dahulu. Kami berjanji padamu dengan nama Allah bahwa kami siap menjadi pelindungmu sampai mati.”[3]
Akan tetapi di akhir perjalanan dakwah Sayyid, Gamal Abdul Naseer adalah otak dari pembunuhanya. Kita bisa amati bahwa apa yang di benci Gamal dari Sayyid ialah pemahaman yang di bawaanya yaitu menegakkan Mesir dengan hukum Islam sedangkan Gamal membawa Mesir dengan paham sekuler baratnya.
Melihat kenyataan real Mesir tersebut, As-syahid Sayyid Quthb semangat memperjuangkan dakwah iqomatu ad-dien kepada para ikhwan muslimin tentang hakekat peranan aqidah yang benar, hukum yang benar, dan berdakwah yang benar. Kesemuanya itu beliau dakwahkan terus menerus walau raga dan nyawa menjadi taruhan. Pernah suatu saat ada percakapan, ketika Gamal mengirim utusan untuk mengajak Sayyid ikut serta kepada pemikiran sekulernya yaitu mendirikan Mesir bukan dengan paham islam tetapi paham-paham Barat. Utusan ini mengatakan bahwa yang intinya,
“Zaman sekarang bukanlah zaman kita mengambil perkataan Muhammad melainkan zaman kita mengambil perkataan-perkataan Ahli Filsafat”.
Wal iyadzu billah!!, ternyata perang antara Haq dan Bathil sudah jelas dan nyata di depan mata kaum muslimin. Dan perintah Allah adalah menjelaskan kesesatan dan tidak menutupinya sehingga tak nampak di daratan, Ali bin Abi Talib berkata, “ ketika ahlul haq diam terhadap kebathilan, maka ahlul bathil mengira bahwa mereka dalam kebenaran.” Wallahu a’lam (Habibi)
Fikri As-Syauqi
(Mahasiswa STID An Natsir)
[1] Abu Bakar Al-Jazairi, Aysaru Tafaasir, Maktabah Syamelah
[2]Fi dhilalil Quran
[3] Shalah al-Khalidi, Minal Milaad ila Al-Istisyhad, hal. 299