Panjimas.com- Sesungguhnya timbangan seseorang dilihat dari teman- temannya, maka katakan kepadaku, siapa temanamu? Aku katakan kepadamu siapa kamu?, Manusia mengetahui baik dan tidaknya seorang dengan melalui dengan siapa ia berteman, bahkan pengaruh paling utama dalam membentuk karakter dan perilaku seseorang, adalah pertemanan. Maka jikalau berteman dengan orang baik maka akan membanjiri padanya kebaikan, sebaliknya berteman dengan orang- orang buruk maka secara pasti memberikan pengaruh yang buruk. Maka berteman dengan teman yang buruk adalah penyakit, dan berteman dengan teman- teman yang baik adalah obat.
Bahwa manusia menurut tabiat dan perangainya mudah terpengaruh dengan sahabat dan teman duduknya, dan melakukan perangai- perangai yang ia peroleh dari sahabatanya, dan seseorang diukur akhlaknya dan diketahui wataknya dengan melihat teman dan sahabat karibnya.Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menanamkan hal itu dalam sabdanya,
الرجل على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل
” Seseorang pada agama sahabtnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabatnya.” (HR. Abu Daud)
Rasulullah telah menerangkan bahwa teman dekt pengaruhnya sangat jelas bagi seseorang dan akan berdampak dengan cepat. Dari Abu Musa Asy’ari, Rasulullah bersabda,” Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberiu minyak wangi atau kamu akan membelinya darinya atau kamu akan mendapatkan bau harum darinya. Adapun tukan pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya sahabat yang buruk, jikalau kamu tidak mendapatkan darinya kecuali citra yang buruk maka itu suadah cukup menjadi keburukan bagimu, adapaun sahabat yang shalih kalau tidak sampai kepadamu citra yang baik maka itu cukup bagimu sebuah kebaiakan.
Sahabat adalah penarik, seandainya ada seorang mukmin masuk dalam suatu majelis didalamnya seratus orang munafik dan satu orang beriman maka ia akan mendatangi dan duduk didekat orang mukmin, dan seandainya ada seorang munafik masuk dalam suatu majelis didalamnya seratus mukmin dan satu orang manafik, maka ia akan terus berjalan dan duduk didekat orang munafik tersebut, karena sesungguhnya jenis manusia seperti jenis burung, dan burung dengan segala macam bentuknya akan bersatu sesuai bentuknya masing- masing.
Saudaraku tercinta!, bergaul dengan sahabat yang cerdas dan berakal, maka engkau dijuluki pula dengan orang yang berakal meskipun engkau belum seperti itu,begitu juga dengan teman yang bodoh maka akan dijuluki pula dengan kebodohan siapa yang berteman dengannya meskipun dia tidak seperti itu.
Maka bertanyalah kepada orang- orang yang mendekam di penjara, bagaimana mereka bisa berada dibalik terali besi?, bagaimana tangan dan kaki mereka dirantai? Mereka menjadi seperti itu tidak diragukan lagi karena teman- teman yang buruk.
Tanyalah peminum khamr dan pengguna narkoba, bagaiman mereka terjerumus pada perbuatan itu?.
Berapa banyak orang tersesat disebabkan sahabat yang buruk atau perkumpulan dari sahabat- sahabat yang buruk, berapa banyak Allah menyelamatkan dengan melalui sahabat- sahabat yang baik orang- orang yang berada pada jurang kebinasaan, maka Allah selamatkan ia dari api neraka, maka pendusta dan pendusta bagi orang yang mengaku mampu untuk hidup dan bergaul pada lingkungan yang rusak tanpa terpengaruh dengan debunya, karena hatinya hati manusia bukan hati malaikat, maka sudah pasti akan terpengaruh dengan lingkungan yang mencangkupinya, baik itu pengaruh negatif ataupun positif. Kalau tidak, kenapa Allah Ta’ala memerintahkan RasulNya yang dibimbing oleh wahyu yang melihat surga dan neraka dengan mata kepala untuk menjaga pendengaran dan penglihatannya dan menjahui majelis- majelis penuh dengan keburukan, Allah berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
” Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim.” (Al An’ am 68)
Mari kita renungkan! keadaan seorang lelaki berakal yang sudah berumur, seorang pemuka dari pemuka- pemuka Arab, dan menjadi pemimpin kaumnya dan masyarakatnya, didengar suranya dan ditaati pendapatnya, ialah Abu Thalib paman Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang berada dalam cengkeraman sahabat- sahabat yang buruk maka ia binasa akibat dari persahabatan yang buruk.
Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah, maka berkatalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,” Wahai pamanku! Ucapkanlah “Laa Ilaaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah,” maka ketika itu berkatalah para sahabat yang buruk Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah,” wahai Abu Thalib! Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?,” keduanya terus- menerus mengulanginya sampai Abu Talib mengucapakan kata terakhirnya bahwa dia pada agama Abdul Muthalib (HR. Bukhari 1272). Kita berlindung kepada Allah dari pengkhianatan dan teman duduk yang buruk.
Sungguh, termasuk suatu kerugian ketika engkau melihat seseorang tidak ceria wajahnya kecuali bersama kawan- kawan yang buruk, ketika dia ingin melakukan kebaikan maka kawan- kawannya menghalanginya, jikalau ia enggan berbuat keburukan maka akan mendorongnya, jikalu ia malu untuk melakukan kemungkaran maka kawannya akan memotivasinya, kawan dekat seperti itulah yang akan mengantarakan mereka ke neraka jahanam, maka jikalau dia terus menerus bersama mereka, akan memperoleh akibat yang buruk dan hanya akan membuahkan penyesalan pada akhirnya, sebagaiman didalam Al quran Allah menjelaskan,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يا لَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يا وَيْلَتَا لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلاَنًا خَلِيلاً لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ الذّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِى وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإِنْسَانِ خَذُولا
” Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab ku.
Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (al-Quran) ketika (al-Quran) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” (Al Furqan: 27- 29)
Saudaraku Muslim! perbanyakalah bersahabat dengan orang- orang shalih, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup, bersahabatlah dengan yang mati dengan cara menelaah sirah (perjalanan hidup), dan mengetahui kabar mereka dan bersahabatlah dengan orang- orang shalih yang masih hidup, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تصاحب إلا مؤمنا، ولا يأكل طعامك إلا تقي
” Janganlah bersahabat kecuali dengan orang beriman dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa.”(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam sunan Ibnu Majah diriwayatkan dengan sanad hasan dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”sesungguhnya ada diantara manusia yang menjadi kunci- kunci kebaikan dan penutup keburukan,” maka bersikeraslah untuk memperoleh kunci- kunci yang membuka hatimu dan telingamu dan penglihatanmu atas kebaikan.
Sesungguhnya persahabatan palsu dan kecintaan yang dibangun atas dasar kemaslahatan dunia dan mencari manfaat yang disegerakan (dunia), kecintaan seperti itu adalah kecintaan yang dibuat- buat dan palsu, maka jikalau terbang angin kemaslahatan tersebut, akan memisahkannya dan menceraikannya, karena ia tidak dibangun atas dasar yang kuat dan pondasi yang kokoh.
Setiap pertemanan yang tidak dilandasi ridho Allah Ta’ala, akan berubah pada hari kiamt menjadi permusuhan, Allah berfirman,
الأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ
”Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (Az Zukhruf: 67)
Wahai orang- orang yang bergaul dengan sahabat- sahabat yang buruk!
فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
”Janganlah engkau duduk bersama orang- orang dzalim setelah ingat” (Al ‘An’am 68), jangan duduk bersama teman yang buruk setelah ingat, karena Allah melarang itu.
Merekalah kelak yang akan berlepas diri satu sama lainnya, dan berkata salah satu dari mereka pada hari kiamat,
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلاناً خَلِيلاً
” Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab ku. (Al Furqan: 28)
Maka oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan pada setiap doanya dari kawan dekat yang buruk,
اللهم إني أعوذ بك من يوم السوء، ومن ليلة السوء، ومن ساعة السوء، ومن صاحب السوء
” Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, dan kawan dekat yang buruk.”(Ibnu Hibban dihasankan Syaikh Al Albani)
Saudaraku Tercinta!
Bergaulah dengan kawan- kawan yang baik dan cintailah orang- orang bertakwa yang dengan bersahabat dengan mereka akan bertambah bagimu keistiqamahan dan kebaikan, karena sesungguhnya berteman dengan mereka mewariskan kebaikan di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala telah memerintahkan NabiNya untuk hal yang demikian itu,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
” Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhan-nya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami Lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” (Al Kahfi: 28)
Wahai generasi Islam!, yang menginginkan kebaikan , dan generasi orang- orang sholih,
Engkau diantara manusia diukur dengan teman yang engkau pilih
Bertemanlah dengan orang-orang yang baik engkau akan terangkat dan memperoleh pujian yang baik.
Janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang fasiq, maka engkau akan menjadi seperti mereka, Janganlah engkau duduk dengan orang- orang yang hina, karena perangai orang- orang yang bodoh menular. Berkata Ali bin Abu Thalib,” Janganlah engkau bersahabat dengan orang fajir, maka ia akan menghiasi untukmu perbuatan buruknya dan menginginkan jika engka sepertinya.”
Saudaraku tercinta! engkau harus memilih seorang kawan, sebagaimana engkau memilih penampilan yang indah, makanan dan minuman yang lezat, karena kawan yang buruk serta hina tidak memberimu kecuali keburukan dan kehinaan.Ketahuilah! bukan setiap orang yang bicaranya indah, lisanya manis, dan murah senyum seorang kawan. Mungkin engkau takjub dengan sisik seekor ular akan tetapi bisa jadi menyengatmu.
Hindarilah berteman dengan orang- orang yang buruk akhlaknya, karena itu akan menular sebagaimana menularnya kudis kepada orang yang sehat
Pilihlah temanmu, pilihlah ia dengan kebanggaan sesungguhnya seseorang dinisbatkan kepada kawan dekatnya.
Dikatakan kepada salah satu orang sholih, ”dengan siapa kita bermajelis?”, maka ia menjaawab, ”dengan orang yang mengingatkanmu kepada Allah jikalau melihatnya, dan bertambah ilmumu dengan perkataannya, dan meambah kecintaanmu dengan akhirat dengan perbuatannya.”
Tentang seseorang jangan tanya (siapa dia), tapi tanyalah siapa temannya, maka setiap teman akan mengikuti orang yang dia temani.
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Kuntungan teman duduk yang shalih
Teman duduk yang shalih memnyuruhmu dengan kebaikan, melarangmu dari kejelekan, dan memperdengarkan kepadamu ilmu yang bermanfaat, perkataan yang benar, dan mengingatkanmu untuk mensyukuri nikmat Allah, dan memberitahukan aib mu, dan menyibukkanmu dengan hal yang bermanfaat.
Teman duduk yang baik, tidak akan pernah bosan duduk di dekatmu, tidak melupakanmu dikala ia jauh, kamu akan gembira dengan pembicaraanya ketika ia datang, ia akan mengajakmu datang ke majelis ilmu, dan halqah dzikir, dan rumah ibadah, dan menerangkan keindahan taat, kejelakan maksiat, dan terus- menerus memberimu manfaat sampai menjadi sepeti penjual parfum dan engkau pembelinya.
Berkata Malik bin Dinar, “engkau memindahkan bebatuan bersama orang- orang baik itu lebih bagimu baik dari pada memakan manisan bersama orang- orang fajir.”
Kawan dekat yang shalih sebaik- baik yang engkau peroleh di dunia, perhiasan dikala lapang, bekal pada waktu sempit, penolong untuk kebaikan dunia dan akhirat, tidak ada kebaikan dalam persahabatan jika berbicara berdusta, jika diberi amanah berkhianat, jikalau ia memberi amanat menuduhmu berkhianat, jika engkau beri kepadanya kenikmatan yang Allah karuniakan kepadamu maka ia mengingkari, sebaliknya jika ia berbagi kenikmatan kepadamu mengungkit- ungkitnya.
Saudaraku tercinta!, sungguh dalam persahabatan dengan orang- orang shalih terdapat buah- buah yang berbarakah, diantaranya:
- Engkau beserta engkau cintai.
Diriwayatakan Imam Bukhari dari Anas bin Malik, bahwa ada seorang lelaki datang kepada Nabi bertanya tentang hari kiamat, maka Nabi bertanya,” apa yang telah engaku siapkan?” ia menjawab,” tidak ada yang aku siapkan kecuali aku mencintai Allah dan RasulNya”,maka Rasulullah berkata kepadanya.” Engkau beserta yang engkau cintai, maka Anas berkata,” kami tidak pernah gembira sebagaimana gembiranya kami ketika mendengar perkataan Rasulullah,” engaku beserta yang engkau cintai”, maka aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap dapat berkumpul dengan mereka karena kecintaanaku kepada mereka meskipun tidak dapat beramal seperti mereka.
- Selamat dari goncangan pada hari kiamat ,
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ * يَا عِبَادِ لا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ
” Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (Az Zukhruf: 67-68)
- Memperoleh manfaat saat mereka mendoakan tanpa sepengetahuannya (bidzhohril ghaib), maka sangat berbeda antara orang yang mengatakan,”
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rab kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”(AL Hasyr: 10)
Dan yang berbantah- bantahan di dunia kemudian di neraka jahannam,
كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا
“Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya.” (Al A’raf:38)
- Memperoleh kecintaan Allah, disebabkan mencintai mereka, Allah berfirman pada hadits qudsy,”Kecintaanku pasti Aku berikan kepada siapa saja yang saling mencintaiku karena Aku, bermajelis karena Aku, saling bantu- membantu karena Aku”, dan bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,”tiga perkara, yang apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu menjadikan Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selainnya, mencintai seseorang, tidak mencintainyamelainkan karena Allah, serta ia benci untuk kembali ke kekafiran setelah Allah selamatkan daripadanya, sebagaimanabencinya ia untuk dilemparkan ke dalam api neraka( HR. Bukhari Muslim)
Kecintaan yang benar dan suci karena Allah akan membuahkan kedudukan yang tinggi pada hari kiamat, dalam sebuah hadits yang menerangkan tentang tujuh golongan yang mendapat naungan Allah, disebutkan diantaranya,
ورجلان تحابا في الله، اجتمعا عليه وتفرقا عليه
”Dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu dan berpisah karena Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan hadits panjang, suatu ketika Rasulullah menyelesaikan shalatnya, maka beliau menghadap ke arah para sahabat dan bersabda,” Wahai manusia! Dengarkanlah, pikirkan dan amalkan! Sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai hamba- hamba yang mereka itu bukan nabi dan syuhada, namun para nabi dan syuhada berharap seperti mereka, yang duduk bersanding dan dekat dengan Allah.” Lalu datang seorang Arab Badui dikerumunan banyak orang lalu menunjukkan jarinya kearah Rasulullah, seraya berkata, “Wahai Nabi Allah! Ada orang yang mereka bukan nabi dan bukan pula syuhada, yang para nabi dan syuhada berharap seperti mereka, karena kedekatan mereka dengan Allah, maka beritahukanlah kepada kami sifat mereka!
Wajah Rasulullah nampak berseri karena pertanyaan tersebut. Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang- orang yang tidak pernah dikenal dan terasing dari keluarga dan kabilahnya. Mereka tidak diikat oleh hubungan hubungan kekerabatan, namun mereka mencintai karena Allah. Allah meletakkan bagi mereka mimbar- mimbar dari cahaya, lalu mendudukkan mereka di atasnya, dan membuat wajah mereka bagaikan cahaya dan pakaian mereka bercahaya, pada hari itu manusia ketakutan akan tetapi mereka tidak takut, mereka itulah wali- wali Allah yang tidak kekhawatiran dan juga tidak bersedih hati.”
- Keberkahan majlis bersama mereka, dalam hadits yang panjang dijelaskan keutamaan majelis ilmu, Allah berfirman, “ Saksikanlah oleh kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.” Maka berkatalah malaikat,”Ya Allah ditengah- tengah mereka ada si Fulan, di bukan dari mereka, sesungguhnya dia datang karena suatu keperluan.” Allah menjawab,” Mereka itu kelompok yang tidak merugi siapa pun yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. Bukhari Muslim) Dia tidak akan terhalangi dari mendapatkan keutamaan majelis ilmu meskipun datang karena keperluan lain, selama dia duduk bersama orang- orang yang baik maka ia kan memperoleh kebaikan.
- Terpengaruh dengan mereka
Diantara buah pertemanan yang baik, terpengaruh dengan mereka dan mengikuti perilaku, akhlak, dan keistiqamahan mereka, sebagaimana Nabi bersabda,
المرء على دين خليله
“Seseorang pada agama sahabatnya.”
- Memelihara Waktu dan umur dari perkara sia- sia.
Dari Abu Qilabah berkata,” Ada dua lelaki bertemu, berkata salah satu diantara mereka kepada saudaranya,” Mari kita memohon ampun kepada Allah saat manusia lalai!,” maka keduanya melaksanakannya, lalu salah satu mereka meninggal dunia, maka bertemulah orang yang masih hidup denganya dalam mimpi, dan berkata,”aku mengetahui bahwa Allah mengampuni kita pada suatu sore saat kita bertemu di pasar.
- Syafaat, kalau sekiranya tidak ada keuntungan dari persahabatan orang- orang beriman kecuali memperoleh syafaat darinya, maka itu sudah cukup.
Al Hasan Al Bashri berkata,”Perbanyaklah sahabat- sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.”
Aku mencintai orang- orang shalih
Walaupun aku bukan termasuk dari mereka
Barangkali saja karena mereka aku memperoleh syafaat
Tapi aku benci dengan orang- orang ahli maksiat
Meskipun sesungguhnya aku sama seperti mereka
Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”
Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.”
Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Rab kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 302)
Ya Allah karuniakanlah kepadaku teman yang baik, dan kehidupan yang bahagia, mati sebagai syuhada, kehidupan orang yang bertakwa, berkumpul dengan para Nabi, Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.(Habibi)