JAKARTA (Panjimas.com) – Islam adalah agama sempurna yang mencakup semua aspek kehidupan, hatta apalagi kepemimpinan. Dari hal yang sederhana, masuk kamar mandi sampai kepemimpinan. Memisahkan Islam dengan kepemimpinan adalah kebodohan, tidak faham ajaran Islam.
Hal itu disampaikan Ustadz Arifin Ilham yang diunggah dalam halaman Fanpage Facebook miliknya, pada Selasa (10/11/2015).
“Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik kekuasaan. Nabi Ibrahim diutus Allah untuk menghadapi rezim berhala Namrudz, Nabi Musa diutus Allah menghadapi rezim pembantai bayi Firaun dan Nabi Muhammad diutus Allah untuk menghadapi para kuffar jahiliyyah,” ujarnya.
Dengan takluknya kepemimpinan kuffar jahiliyyah maka umat manusia beriman “bertasbih kepada Allah, dan banyak mengingat Allah (QS Thoha 33-34), agar umat hidup dalam petunjuk Allah, dalam kemuliaan Islam, dalam keberkahan taqwa. Bahagia dalam syariat dan sunnah Rasulullah (QS Al A’rof 96).
“Karena itu Islam sangat memperhatikan kepemimpinan dengan syarat dan kreteria yang sangat jelas yaitu mengutamakan keimanan dan ketaqwaan. …bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang shalih (QS Al Anbiya 105),” jelasnya.
Karena itu haram memilih pemimpin kafir, bacalah dengan iman! Kalam Allah ini,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin / pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” (QS An Nisa 144).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” (QS Al Maidah 57).
Rasulullah bersabda kepada Ka’ab bin Ujrah:
Mudah-mudahan Allah melindungimu dari para pemimpin yang jahil. Ka’ab bin Ujrah bertanya: apa yang dimaksud dengan pemimpin yang jahil wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “mereka adalah para pemimpin yang hidup sepeninggalku. Mereka tidak beriman pada petunjuk Allah, dan mereka tidak mengikuti sunnahku” (HR Ahmad).
“Ingat setiap mu’min apalagi juru da’wah wajib menyampaikan dalil yang berdasar Al-Qur’an dan Sunnah,” tegas Ustadz Arifin Ilham.
Di akhir nasihatnya, Ustadz Arifin Ilham mengajak berdoa agar dilindungi dari juru dakwah yang jahil.
“Allahumma ya Allah lindungilah kami dari juru dakwah jahil yang menyesatkan kami dari petunjukmu dan sunnah NabiMu…aamiin,” tandasnya. [AW]