SOLO (Panjimas.com) – Kajian Semanggi (Semangat Ahad Pagi) di Masjid Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo, mengundang Ustadz Budi Ashari, Pakar Sejarah dan Parenting Nabawiyah, Ahad (17/9/2017).
Mengutip perkataan sahabat Abdullah Ibnu bin Mas’ud, Ustadz Budi memulai dengan pembahasan generasi Qurani. Kami ini masyarakat yang sulit menghafal Quran tapi mudah mengamalkannya. Dan sesudah kami, muncul generasi mudah menghafal Quran tapi sulit mengamalkannya.
“Kita syukuri umat ini lebih baik dari generasi yang kemarin-kemarin. Membaca Al Quran sudah lewat, generasi itu sudah selesai. Saya justru akan mulai dari sahabat mulia, 15 tahun membina Persia yaitu sahabat Abullah ibnu bin Mas’ud,” ujarnya.
Ustadz Budi mengatakan Quran itu bagi sahabat berada didalam dirinya. Sementara saat ini banyak umat Islam menenteng Al Quran saku, Handphone beraplikasi Quran, laptop ada Al quran namun jarang berinteraksi dengan Quran.
“Tilawah Quran itu include didalamnya menghafal. Sahabat dulu yang namanya membaca maksudnya menghafal, tidak ada mushafnya seperti sekarang ini. Jadi sekarang ini jangan putus dalam membacanya tetapi terus ditingkatkan menghafal,” tuturnya.
Para sahabat Nabi mempelajari Al Quran bersama Rosul langsung diamalkan. Menurut Ustadz Budi bukti perkembangan Islam ke seluruh wilayah menjadi mudah sebab dasar pengamalan Quran sudah mendarah daging.
“Umar itu ngaji Surat Al Baqoroh selama 12 tahun, nah ini harus dimulai bertahab kita. Maka pantas kalau dibawah kepemimpinan Umar wilayah Islam seperti itu. Wilayah barat sampai ke Lipia, Persia selesai, Romawi selesai,” ucapnya.
Ustadz Budi sepakat jika saat ini berkembang generasi penghafal Quran dengan munculnya sekolah Tahfidz, lomba hafal Quran dan lainnya. Untuk itu misi pendek harus mulai diganti menuju generasi gemilang oenghafal Quran memimpin peradaban.
“Sepakat kita generasi penghafal Quran saat ini, tapi misi-misi pendek sudah harus diganti,” tandasnya. [SY]