SURAKARTA (Panjimas.com) – Aksi bela Palestina masih kerap digelar di berbagai daerah di Indonesia. Entah di Jakarta, Bandung, Yogyakarta atau Surakarta. Misal di Jakarta, aksi bela Palestina diwarnai dengan kehadiran para artis dan influencher ternama. Mulai dari Al Ghozali putra sulung Maia Estianty, Rachel Vennya, Arie Kuntung Kartika Putri hingga Thoriq Halilintar.
Masing-masing hadir dengan busana serba putih dan atribut Palestina. Sorban atau keffieh dan syall tak luput melekat di badan para publik figur tersebut. Kehadirannya membawa warna baru dengan mengunggahnya ke media sosial. Sudah barang pasti meledak dan menumbuhkan rasa simpatik para pengikutnya terhadap Palestina.
Namun setiap daerah memiliki keunikannya sendiri, Solo yang dikenal sebagai kota seni dan budaya, meskipun tidak dihadiri artis papan atas sebagaimana aksi di metropolitan, kota ini punya kreatifitas dan caranya sendiri dalam menyemarakkan aksi bela Palestina.
Acara dimulai dengan jalan sehat dari kompleks Sriwedari menuju bunderan Gladak. Teriakan takbir dan yel-yel menggelora, bersahutan barisan depan dan belakang. Pengunjung Car Free Day (CFD) tak ingin melewatkan momen dengan memotret peserta yang mengibarkan bendera empat warna simbol negara yang tengah dijajah israel itu.
Dua kendaraan tradisional bermesin kuda turut meramaikan acara. “Prok.. prok.. prok.. prok,” suara kaki mesin makhluk bernyawa seolah ikut lari kecil sambil menarik manusia yang duduk di kursi belakangnya.
Sebagian peserta dan pengunjung terheran dengan adanya beberapa peserta yang berbalut perban penuh darah di kepalanya. Dua bocah laki-laki berjalan dengan dibopong dua orang pria dewasa yang sama-sama terluka. Dikiranya terjadi bentrokan, terkena lemparan batu dan benda tumpul lainnya. Salah satu pria yang terluka, berbalut perban penuh darah itu bernama Rakhmat Akbar.
“Kalo aku pribadi sih, niatnya sederhana saja, agar masyarakat yang melihat tampilan ini sebagai shock visual dan melihat miniatur pemandangan sehari-hari di Gaza (Palestina),” ujar Akbar sapaan akrabnya.
Pria berdarah minang itu melibatkan putranya Ahmad. Anak yang masih duduk di sekolah dasar itu juga tampil dengan balutan perban disertai bercak darah di kepalanya. Ia dibopong sepanjang jalan layaknya anak kecil Gaza yang menjadi korban kebiadaban pasukan Benjamin Netanyahu. Ahmad tak sendirian, ia beraksi dengan teman sebayanya.
Nampaknya aksi yang digagas Akbar itu sebagai pembeda aksi-aksi bela Palestina yang digelar di daerah lain. Ya, hanya ada di Solo, Jawa Tengah. Akbar merupakan seorang seniman sinematografi, ia selalu bersemangat dalam aksi itu. Selain turut berorasi, ia mencetuskan ide-ide unik dalam kegiatan itu agar masyarakat turut bersimpati dan empati terhadap warga Gaza.