BEKASI, Panjimas – Beredar sebuah video singkat yang viral di aplikasi WhatsApp (Wa) dimana di dalam video itu nampak suara seorang wanita yang merintih kesakitan karena dipukul dan terdapat ceceran darah dibeberapa tempat yang menggambarkan kejadiannya di sebuah ruangan yang ada di rumah.
Setelah melihat video tersebut, segera Panjimas mencari tahu tentang informasi yang ada di video itu. Didapatkan keterangan kalau suara wanita yang ada di video itu adalah suara wanita muslimah mualaf yang mengalami penganiayaan dari ayah kandungnya sendiri. Muslimah mualaf itu bernama Anissa dan bertempat tinggal di Bekasi.
Dari hasil penuturannya kepada Panjimas, penganiayaan dan penekanan ini bukan baru dialami oleh dirinya. Melainkan sejak belasan tahun lalu saat wanita muslimah ini mengikrarkan diri menjadi seorang muslim. Maka sejak itulah tekanan demi tekanan, pemukulan dan penganiayaan kerap kali diterimanya dari ayah kandungnya yang tidak setuju dirinya memeluk agama Islam.
“Kejadian yang ada di video itu terjadi pada hari Kamis (18/2/2021) lalu, dimana ayah kandung saya melempar saya dengan gelas kaca yang berisi kopi panas. Gelas itu kemudian membentur tembok dan pecahan kacanya kemudian mengenai kaki saya dan saya harus dijahit beberapa jahitan akibat kaki saya luka terkena pecahan kaca,” tutur Anisa kepada Panjimas yang datang mewancarai di rumahnya di Bekasi.
Kemudian ibu dua orang putra ini juga menjelaskan kalau ayah kandungnya ini sangat tidak setuju dirinya memeluk agama Islam dan sangat membencinya. Hal ini disebabkan salah satunya adalah latar belakang ayah kandungnya yang dari keluarga aktivis gereja di Flores. Ayahnya juga adalah tokoh agama suku Flores yang ada di Bekasi.
“Perjuangan saya sebagai seorang mualaf dari sejak saya gadis, kemudian menikah dan memiliki anak itu tidaklah ringan. Karena orang yang tidak setuju dan terus menekan saya dengan banyak tekanan yang saya alami salah satunya dari ayah saya dan keluarga besarnya,” ujar Anissa kepada Panjimas.
Sedangkan kejadian kemarin itu adalah karena dipicu adanya keinginan ayahnya yang ingin membawa Anisa dan anaknya ke Flores tuk kembali memeluk agama lamanya dan tinggal di kampung. Ayahnya juga tidak setuju kalo Anissa akan menikah lagi dengan seorang muslim. Sebagai seorang single parent, ayahnya ingin agar Anisa tidak boleh menikah lagi dan hanya mengurus anak-anaknya saja.
Tentu saja dengan kata-kata yang lembut dan halus Anisa mengutarakan akan menikah lagi dengan laki-laki yang baik dan Sholeh, InsyaAllah. Tetapi bukan ijin dan restu dari ayahnya yang didapatkan. Melainkan amarah dan tindakan kasar yang diterimanya dari ayahnya yang tetap ingin agar Anisa bisa kembali memeluk agama lamanya lagi.
Belakangan Panjimas mendapatkan kabar dari Ketua RT dimana ayah kandungnya tinggal kalau sudah ada pertemuan dan mediasi keluarga yang berusaha mendamaikan ayah kandungnya dengan Anissa. Menurut penuturan Leman, Ketua RT 01/04 Teluk Pucung, Bekasi yang mengatakan kalau ada jalan tengah di pertemuan itu bahwa ada salah satu pihak keluarga besar ayahnya yang akan menjamin keselamatan Anisa dari tekanan dan penganiayaan ayahnya. Termasuk keinginan Anissa untuk menikah lagi dengan seorang muslim yang baik dan Sholeh.
“InsyaAllah saya sudah bertemu dengan ayahnya Nissa dan sudah juga bertemu kerabat keluarga besar ayahnya yang berani menjamin keselamatan Nissa dari kekerasan dan penganiyaan yang dilakukan ayahnya, termasuk juga keinginan Nissa yang katanya akan menikah,” turut Leman sang Ketua RT kepada Panjimas