(Panjimas.com) – Di sebutkan dalam kitab Al-Minhajul Ahmad, I : 8, Karya Abu Al-Yumni Al-Ulaimi Al-Hanbali tentang biografi Imam Ahmad, bahwa Imam Ahmad pernah pergi menemui Abdurrazzaq di Shan’a Yaman Tahun 197 H. Yahya bin ma’in menemaninya dalam perjalanan tersebut.
Yahya menuturkan, “Ketika kami ingin menemui Abdurrazzaq di Yaman, kami sempatkan menunaikan ibadah haji. Ketika aku thawaf, aku melihat Abdurazzaq juga tengah thawaf. Maka, aku mengucapkan salam kepadanya, seraya mengatakan, ‘Ini adalah Ahmad bin Hanbal, saudaramu.’ Ia berkata, ‘Semoga Allah menjaganya dan mengutuhkannya. Semua kebaikannya telah sampai kepada kami.’ Aku berkata kepada Ahmad, ‘Allah telah menyingkat perjalanan kita, menghemat biaya kita, dan mengistirahatkan kita dari perjalanan satu bulan.’ Ahmad berkata,’Saat di Baghdad, aku berniat untuk mendengar hadist dari Abdurrazzaq di shan’a. Demi Allah aku tidak aka mengubah niatku’.”
Yahya bertutur, “Ketika kami berangkat ke Shan’a, maka bekal Ahmad pun habis. Abdurrazzaq menawarkan uang dirham dalam jumlah besar, tetapi Ahmad tidak menerimanya. Abdurrazzaq berkata,’ Anggaplah ini sebagai hutang.’ Ahmad tetap menolak kami pun menawarkan bekal-bekal kami kepadanya, tetapi ia tetap menolak. Maka, kami mengintipnya, dan ternyata ia membuat tali kolor, dan menjualnya untuk ia gunakan berbuka puasa.”
Al-Ulaimi berkata, I : 14, “Ketika Ahmad tiba di Yaman, ia menggadaikan bejana tembaga kepada seseorang penjual kelontong atas sepengetahuan sulaiman bin Dawud Asy-syadzakui. Ia menggunakan hasil penggadaian tersebur untuk keperluan sehari-hari. Ketika Ahmad datang hendak menebusnya, maka penjual kelontong tersebut mengeluarkan dua bejana, dan berkata,’ Yang mana punyamu, ambillah!’ Ahmad berkata, ‘Aku tidak bisa membedakannya. Ambillah bejanaku berikut tebusannya. ‘Maka Asy-syadzakuni berkata kepada penjual kelontong, ‘Kamu telah mengeluarkan dua bejana kepada seorag ahli wara’, sementara kedua bejana tersebut sangat mirip.’ Penjual tadi berkata,’demi Allah,inilah bejananya. Aku hanya ingin mengujinya’.”
Qadhi Ibnu Abu Ya’la menukil didalam thabaqatul Hanabilah,I:209, tentang biografi Abdurrazzaq bin Hammam Ash-Shan’ani,syaikhnya Imam Ahmad. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnul jauzi di dalam Manaqibul Imam Ahmad,hal.226,bahwa Abdurrazzaq pernah teringat dengan Ahmad bin Hanbal, maka ia menangis seraya berkata,” Ia mendatangi kami dan bermukim disini selama dua tahun lebih. Aku mendengar bahwa bekalnya habis, lalu aku memengang tangannya dan membawanya ke belakang pintu Abdurrazzaq menunjuk ke pintunya taka da siap pun selain kami berdua.Aku berkata kepadanya,’kami tidak bisa menabung.jika kami telah menjual hasil bumi, maka kami menggunakannya untuk istriku. Ambillah.Aku harap engkau tidak menghabiskanya sebelum kami bisa menyiapkan sesuatu yang lain untukmu.’ Ahmad berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Bakar, jika aku menerima pemberian seseorang, tentu aku akan merima pemberianmu ini.”
Kemudian Ibnul Jauzi menukil dari Ishaq bin Rahawaih, ia berkata, “Ketika Ahmad pergi menemui Abdurrazzaq, ia kehabisan bekal. Lalu, ia bekerja pada sebagian pemilik unta, hingga ia tiba di Yaman. Padahal, kawan-kawannya telah menawarkan bantuan kepadanya, tetapi ia tidak mau menerimanya.”
Ahmad bin sinan Al-Wasithi berkata.” Aku mendengar Ahmad menggadaikan sandalnya kepada seorang tukang roti, karena ia telah berhutang makanan kepadanya pada saat ia pergi ke Yaman.” Hal senada juga tercantum dalam Al-Hilyah, karya Abu Nuaim, VIII : 174-175.
Buku: Dahsyatnya Kesabaran Para Ulama
Penulis: Syaikh Abdul Fattah