(Panjimas.com) – Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata di dalam Al-Bidayah wan Nihayah, VII : 298, tentang biografi Ibnu Abbas, bahwa Imam Baihaqi berkata Ibnu Katsir memaparkan sanadnya sampai kepada Ikrimah ia mengatakan, bahwa Ibnu Abbas menceritakan, “ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat, aku berkata kepada seorang laki-laki dari Anshar, ‘Marilah kita bertanya (suatu ilmu) kepada para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, pada hari ini mereka sangatlah banyak. ‘Dia menjawab, ‘Kamu ini aneh, wahai Ibnu Abbas! Apakah engkau mengira orang-orang akan membutuhkanmu, sementara para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berada di tengah tengah mereka.”
Ibnu Abbas mengatakan, “Orang itu tidak berkenan, maka aku pun bertanya kepada para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jika terdapat hadist yang aku dengar ada pada seseorang , maka akupun datang ke rumahnya, walaupun ia sedang istirahat ditengah hari. Maka, aku menghamparkan kainku di depan pintunya, melindungiku dari debu yang tertiup angin. Maka, ia pun keluar dan segera melihatku. Ia bertanya, ‘wahai sepupu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apa yang membuatmu datang kesini ? Mengapa engkau tidak memintaku untuk datang menemuimu? Aku menjawab, ’tidak, aku lebih berhak untuk datang kepada mu.” Ibnu Abbas mengatakan, ”Aku pun bertanya tentang suatu hadist kepadanya.”
Ibnu Abbas mengatakan, “orang Anshar tersebut berumur panjang, sehingga ia melihat diriku, sementara orang orang berkumpul disekeliling ku bertanya kepada ku,” orang itu berkata,” anak muda ini lebih mengerti dari pada aku.”
Muhammad bin Abdullah Al-anshari berkata, ”Muhammad bin Amru bin Alqamah menyampaikan kepada kami, bahwa Abu Salamah menyampaikan kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘aku mendapatkan banyak ilmu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu berada di sebuah dusun dari Ansar ini. Suatu ketika, aku beristirahat siang di depan pintu salah seorang dari mereka. Jika aku menghendaki agar ia mengizikan ku masuk, niscaya ia pun akan mengizinkanku. Namun, aku melakukan ini demi mencari kerelaan hatinya.” Diriwayatkan oleh Abu Khaitzamah An-Nasa’I dalam kitab Al-‘Ilmu, hal.141.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Urwah bin Zubair Rahimahullah. Al-Hafizh Dzahabi berkata di dalam Tarikhul Islam, IV: 32, tentang biografi seorang tabi’in yang mulia, Urwah bin Zubair rahimahullah (wafat tahun 93 H). Urwah berkata,” Aku mendengar sebuah hadits ada pada seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin. Aku pun mendatanginya. Ternyata ia sedang beristirahat siang. Maka, aku pun duduk di depan pintunya, dan aku akan bertanya kepadanya (yakni jika ia telah keluar).” [DP]
Buku: Dahsyatnya Kesabaran Para Ulama
Penulis: Syaikh Abdul Fattah