(Panjimas.com) – Sepulang dari medan perang, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya kepada keluarganya tentang “penduduk langit” yang pernah datang mencarinya. Uwais al-Qarni radhiyallahu ‘anhu-lah yang beliau maksud. Lho, dari mana Rasul tahu lelaki Yaman itu mencarinya, bahkan beliau pun tak kenal dan belum pernah berjumpa? Allah ta’ala-lah yang memberitahu utusanNya. Dan tentu saja kedatangan lelaki miskin itu ada hikmahnya.
Kepada shahabat Umar bin Khatthab dan Ali bin Abi thalib radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bernasihat agar bila suatu hari nanti bertemu Uwais al-Qarni, mereka minta didoakan dan dimohonkan ampunan. Beliau juga memberitahu ciri khas fisik sosok “penduduk langit” itu. Cirinya adalah bercak putih yang ada di salah satu bagian tubuhnya.
Penduduk Langit. Mengapa Uwais al-Qarni disebut begitu? Ingat-ingatlah atau baca kembali profil kisahnya dalam tiga edisi lalu! Itulah yang membuatnya pantas mendapat julukan tinggi ini!
Hari-hari berganti dan angka tahun bertambah-tambah. Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu terpilih sebagai pengganti Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu ‘anhu. Di saat mengemban jabatan itulah shahabat senior ini ingat kembali wasiat Sang Nabi dahulu. Ia pun lantas mengingatkan shahabat mudanya, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sejak itu, mereka berdua selalu mencari Uwais al-Qarni radhiyallahu ‘anhu setiap ada kafilah dagang Yaman memasuki Kota Madinah.
Waktu terus bergulir dan kafilah demi kafilah datang pergi silih berganti. Tapi tak pernah di dalamnya ada orang bernama Uwais al-Qarni. Sampai pada suatu hari datanglah kafilah dari Yaman lagi. Umar dan Ali mencari, menanyakan adakah di sana orang bernama Uwais al-Qarni? Akhirnya mereka mendapat informasi bahwa orang yang dimaksud kini sedang menjaga onta-onta di batas kota. Segera saja mereka menuju ke sana.
Di batas kota tempat peristirahatan onta terdapat kemah. Umar dan Ali radhiyallahu ‘anhuma mengucap salam tapi ternyata orang di dalam sedang shalat. Tuntas shalat, lelaki itu menyambut dengan baik. Mereka berbincang-bincang dan tampaklah bercak putih di salah satu bagian dari badan lelaki itu.
Benar, Umar dan Ali tak salah orang, mereka sedang berhadapan dengan Uwais al-Qarni Si Penduduk Langit. Dan terkuaklah dalam perbincangan mengapa baru kali itu lelaki yang pernah sekali berkunjung ke rumah Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat beliau di medan perang itu baru bisa datang lagi saat ini. Rupanya ibunda tercintanya kini telah wafat maka ia bisa pergi-pergi.
Sudah yakin bahwa lelaki di depan mereka adalah Uwais al-Qarni radhiyallahu ‘anhu, Umar bin Khatthab dan Ali bin Abi thalib radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka mengaku bahwa tujuannya adalah minta didoakan dan dimohonkan ampunan. Uwais tak habis pikir dan berkata, “Justru sayalah yang seharusnya memohon kepada Anda berdua untuk didoakan…”
Umar dan Ali terus memohon dan mengatakan bahwa itu adalah wasiat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam dahulu. Barulah Uwais mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah ta’ala. Usai didoakan, kedua pembesar kaum Muslim itu berkata bahwa Uwais akan mendapat bantuan Baitul Maal untuk biaya hidup. Tapi bukan Uwais al-Qarni kalau begitu saja menerima, lelaki miskin itu tegas menolak!
“Cukuplah hari ini saja saya dikenal orang, biarkan mulai besok saya tak dianggap lagi dan hidup tanpa materi,” ujarnya.
Sangat dalam pelajaran dari kisah ini. Orang yang benar-benar tinggi imannya akan kebal dengan segala hal yang bersifat profan. Saat membutuhkan dan ada tangan tulus mengulurkan pun tak mau menerima, apalagi saat berkecukupan bahkan berlebih? Apalagi harta haram? Seolah yang Uwais butuhkan hanyalah kekayaan spiritual, itu saja. Dan sikap mental itulah yang menjadikannya berderajat sangat tinggi hingga dijuluki Penduduk Langit oleh Nabi.
Memang benar, Uwais al-Qarni seperti makhluk yang tak menapakkan kaki di bumi. Apa saja yang tumbuh dari tanah dan yang dikeluarkan dari tanah tak bisa membuat hatinya goyah.
Lalu bagaimana dengan orang masa kini yang sering terbang lalu-lalang lintas kota lintas negara? Apakah mereka juga layak disebut Penduduk Langit seperti Uwais? Oh, jauh sekali… Orang yang tamak akan harta, yang bergaji tinggi tapi masih korupsi bukanlah insan berderajat tinggi, ia hina dina di hadapan Tuhan walau megah mewah gaya hidupnya! Wallahu a’lam. [IB]