(Panjimas.com) – Namanya Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib RA. Ia salah seorang shahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam sebagai generasi awal (sabiqunal awwalun). Ia juga dikenal dengan nama Ibnu Mas’ud RA.
Shahabat Nabi SAW yang satu ini berpostur mungil. Tubuhnya kurus dan pendek, dengan warna kulit yang gelap. Dan yang menjadi cirikhasnya adalah, betis yang berukuran lebih kecil dari kebanyakan orang dewasa. Karena kondisi fisiknya yang demikian ini, orang-orang suka menertawakannya. Namun begitu, Ibnu Mas’ud RA tidak rendah diri. Ia mampu mengekspresikan kesyukuran atas tubuhnya dengan selalu berpakaian rapi dan wangi.
Saat remaja, Ibnu Mas’ud RA dikenal sebagai seorang penggembala kambing. Selain itu, orang juga mengenalnya sebagai pelayan seseorang bernama Uqbah bin Abu Mu’aith. Lalu, karena dirinya memiliki kejujuran yang terbukti dan teruji di hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA dan Rasulullah SAW, maka ia mencoba menawarkan diri untuk menjadi pembantu pribadi Sang Nabi. Dan ternyata, melihat kemuliaan sifat si pemuda, Rasulullah SAW pun menerimanya. Akhirnya jadilah Ibnu Mas’ud sebagai pembantu pribadi nabi akhir zaman, Muhammad SAW.
Semenjak Ibnu Mas’ud RA resmi menjadi pembantu Rasulullah SAW, ia senantiasa menemani beliau dalam bepergian. Tugasnya membawakan sandal, bantal, siwak, dan air untuk wudlu Nabi SAW.
Ibnu Mas’ud RA juga sering masuk ke kamar Rasulullah SAW guna mengurus tempat tidur beliau. Jika Nabi SAW mandi, ialah yang membentangkan tabir penutupnya. Ketika Nabi SAW tidur, ia pun biasa membangunkan beliau, dan memakaikan sandal ketika Nabi berdiri dan hendak pergi. Saat Nabi SAW duduk, ia menyelipkan sandal beliau di ketiaknya.
Karena sedemikian dekatnya dengan Nabi SAW, sahabat Abu Musa Al-Asy’ari RA sempat mengira kalau Ibnu Mas’ud RA adalah keluarga beliau. Kedekatan itu juga membuat dirinya termasuk salah satu shahabat yang dapat mengumpulkan Al-Qur’an langsung dari lisan Nabi SAW. Bahkan dirinya bersumpah, “Demi Allah yang tidak ada sesembahan selain Dia, tidaklah satu surat pun yang diturunkan, melainkan aku mengetahui di mana diturunkannya. Serta tak ada satu ayat pun dari Kitabullah, melainkan aku mengetahui kepada siapa diturunkannya. Sekiranya aku mendapati ada orang lain yang lebih mengetahui tentang Kitabullah, dan tempatnya bisa ditempuh dengan unta, niscaya aku akan berangkat menemuinya.” (HR Bukhari)
Oleh karenanya, Rasulullah SAW menganjurkan para shahabat lain untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an kepada Ibnu Mas’ud RA. Beliau bersabda: “Ambillah Al-Qur’an dari empat orang, yakni Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)
Seruan Nabi SAW disambut dengan sigap oleh para sahabat. Dengan bersemangat, mereka bersama-sama berguru Al-Qur’an kepada Ibnu Mas’ud RA. Saat mengajar, di depan para shahabat ia meyakinkan, “Aku telah membacanya di hadapan Rasulullah SAW.” (HR Bukhari).
Di samping mahir mengenai kandungan Al-Qur’an, Ibnu Mas’ud juga dianugerahi suara yang merdu. Sampai-sampai Rasulullah SAW suka memintanya membacakan Al-Qur’an untuk beliau simak. Beliau pun bersabda: “Barang siapa ingin membaca Al-Qur’an dengan baik seperti pertama kali turun, maka bacalah seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Ibnu Mas’ud RA dikaruniai umur yang panjang. Ia hidup hingga masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab RA, beliau mengemban tugas menjadi guru di Kufah. Beliau mengajarkan ilmu Din kepada masyarakat. Ali bin Abi Thalib RA pun mengakui dan memuji keilmuan yang dikuasainya.
Di samping ahli di bidang Ilmu Al-Qur’an, Ibnu Mas’ud juga banyak meriwayatkan hadits. Sepanjang hayatnya, ia sempat meriwayatkan sebanyak 840 hadits.
Ibnu Mas’ud RA wafat pada umur 65 tahun di Madinah, yakni pada tahun 32 H. Mahaguru ilmu Al-Qur’an ini dimakamkan di pemakaman Baqi. [IB]