(Panjimas.com) – Kini Khadijah binti Khuwailid, saudagar wanita yang kaya raya itu telah resmi menjadi istri Muhammad bin Abdullah, pemuda Quraisy yang terkenal berbudi pekerti mulia.
Kelak pasangan ini akan menjadi keluarga istimewa dalam sejarah dunia. Muhammad akan diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi dan rasul terakhir, tiada lagi setelahnya. Dan Khadijah akan menjadi wanita yang pertama kali beriman setelah suami beliau menerima wahyu yang pertama.
Khadijah RA mendampingi suami selama 24 tahun, dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan. Tahun meninggalnya beliau dikenal sebagai Amul Huzni (Tahun Kesedihan).
Sebagai istri manusia istimewa pilihan Allah SWT, Khadijah memiliki beberapa karakter unggulan yang hendaknya menjadi teladan bagi para istri di zaman-zaman setelahnya. Keunggulan beliau sebagai wanita antara lain ditulis singkat di bawah ini:
- Istri Cerdas Berakhlaq Mulia
Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW pulang dari Gua Hira di waktu fajar dalam keadaaan ketakutan dengan badan gemetaran. Beliau berkata, “Selimutilah aku… selimutilah aku…”
Menghadapi hal ini, Khadijah minta diceritakan perihal peristiwa yang menimpa sang suami. Setelah menyimak penuturan sang suami, beliau berusaha menenangkan dan memberi motivasi.
“Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim. Bergembiralah wahai putra pamanku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh aku berharap Engkau menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, karena Engkau telah menyambung silaturahim, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu, dan menolong para pelaku kebenaran,” Khadijah bertutur dengan penuh kelembutan, sehingga pria di hadapannya pun menjadi tenang dan tenteram.
- Menjadi Wanita Terbaik
Rasulullah SAW memuji Khadijah RA dengan, “Dia adalah wanita terbaik, karena beriman atas kenabianku saat orang-orang masih bimbang dan ragu. Dia telah membenarkan aku saat orang-orang mendustakanku. Dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku. Dia telah melahirkan bagiku keturunan yang tidak kudapatkan dari istri-istriku yang lain.”
- Tetap Setia Kepada Suami di Semua Kondisi
Sejak diangkat menjadi nabi, Muhammad SAW Allah uji dengan tantangan-tantangan hidup yang belum pernah hadir sebelumnya. Maka beliau meresponnya dengan pernyataan, “Waktu tidur dan bersenang-senang sudah habis!”
Allah SWT berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut:1-2)
Cobaan berat dalam berdakwah yang menimpa Rasulullah SAW dirasakan pula oleh Khadijah RA. Di antara cobaan berat beliau adalah meninggalnya kedua putra tercinta. Selain itu, beliau pernah menyaksikan sendiri penyiksaan yang menimpa seorang wanita bernama Sumayyah dalam menjaga iman, hingga wafat sebagai syahidah pertama. Juga pemboikotan oleh kaum kafir Quraisy selama tiga tahun. Bahkan beliau wafat di dalam masa tersebut.
- Sebagai Mujahidah Tangguh
Sebagai istri, Khadijah RA turut mendakwahkan Islam dengan penuh susah payah. Seorang yang pertama kali masuk Islam lewat dakwah beliau adalah Zaid bin Haritsah dan keempat putrinya. Harta benda yang melimpah juga beliau infaqkan habis-habisan untuk membiayai perjuangan Islam.
Semangat juang beliau bahkan masih tampak di saat-saat terakhir menjelang wafat. Beliau berucap, ”Wahai Rasulullah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku yang dapat kusumbangkan untuk dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu ditukar dengan dinar dan dirham, maka gunakanlah itu untuk kepentingan dakwah yang panjang ini.”
Dalam Kitab Shahih Bukhari terdapat sebuah hadits dari Abu Hurairah yang mengilustrasikan apresiasi atas kiprah juang Khadijah RA.
“Jibril datang kepada Nabi SAW dan berkata, ‘Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari RabbNya, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di jannah (yang terbuat) dari mutiara, yang tiada kegaduhan di dalamnya, dan tiada kelatihan di sana,” (HR. Bukhari).
Wallahu a’lam bishshawwab. Demikian rangkaian kisah inspiratif Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah RA. Semoga Allah memudahkan kita, khususnya para muslimah untuk meneladani keagungan pribadi beliau. [IB]