(Panjimas.com) – Kaum Muslim mengenal shahabat satu ini sebagai seorang saudagar kaya raya. Beliau adalah Abdurrahman bin Auf RA. Selain menjadi inspirator wirausahawan Muslim, beliau juga salah satu shahabat yang oleh Nabi SAW dinyatakan mendapat jaminan masuk surga.
Abdurrahman bin Auf RA berasal dari Bani Zuhrah, dan lahir sepuluh tahun setelah Tahun Gajah. Beliau merupakan orang ke delapan yang masuk Islam paling awal (sabiqunal awwalun). Di masa jahiliyah, nama beliau adalah Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah SAW memanggil beliau Abdurrahman bin Auf.
Pada awal masuk Islam, Abdurrahman bin Auf RA sempat mengalami tekanan, bahkan penyiksaan dari kafir Quraisy. Hingga pada suatu saat, beliau berhijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia).
Setelah turun perintah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopornya. Beliau berangkat berhijrah bersama-sama kaum Muslim Makkah (Muhajirin). Lalu sesampainya di Madinah, Nabi SAW membuat kebijakan mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Dan Abdurrahman bin Auf mendapatkan Sa’ad bin Rabi Al-Anshari RA sebagai saudara beliau.
Sa’ad adalah penduduk Madinah yang kaya. Beliau berniat memberikan sebagian hartanya kepada Abdurrahman bin Auf RA dengan penuh ketulusan. Namun Abdurrahman menolak dengan ucapan, “Terima kasih, Saudaraku. Tolong tunjukkan saja padaku di mana letak pasar…” Sa’ad pun menunjukkannya, dan selanjutnya Abdurrahman berdagang di sana.
Belum lama menjalankan usaha perdagangan, Abdurrahman bin Auf RA berhasil mengumpulkan harta yang cukup besar untuk mahar menikah. Beliau menghampiri Nabi SAW seraya berkata, “Saya ingin menikah, ya Rasulullah.”
Rasulullah Muhammad SAW menyambut dengan tanya, “Apa mahar yang akan Engkau berikan?”
“Emas seberat biji kurma,” jawab Abdurrahman.
Nabi SAW bersabda, “Laksanakanlah walimah, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkahi pernikahanmu, dan juga hartamu.”
Usaha Abdurrahman terus berkembang dan menjadi seorang Muhajirin yang kaya raya. Namun demikian, pada saat meletus Perang Badar, beliau juga turut bertempur di medan jihad. Pun dalam Perang Uhud, ketika banyak pasukan Muslim meninggalkan medan perang, Sang Saudagar tetap bertahan di samping Rasulullah SAW.
Abdurrahman bin Auf memang seorang yang zuhud. Kaya raya, namun siap menjadi tentara dan berani mengorbankan nyawa. Selain itu, beliau juga sangat dermawan. Beliau tidak merasakan keraguan setiap mengeluarkan harta di jalan Allah SWT. Saat pecah Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf RA pun menjadi pelopor infaq harta dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.
Sepeninggal Nabi SAW, Abdurrahman bin Auf RA mendapatkan amanah mulia, menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Beliau memenuhi segala kebutuhan mereka, dan menyediakan pengawalan setiap bepergian.
Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar.'”
Begitulah sabda Nabi SAW yang mengandung doa untuk Abdurrahman bin Auf RA. Maka Allah SWT-pun senantiasa melimpahkan keberkahan, sehingga Abdurrahman menjadi shahabat yang paling kaya hingga wafat pada umur 72 tahun, yakni pada masa Khalifah Ali bin Abi Thlib RA.
Saat itu, di depan jenazah Abdurrahman bin Auf RA, Khalifah Ali bin Abi Thalib berucap, “Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan Engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.”
Ya, Abdurrahman bin Auf disebut telah menundukkan kepalsuan dunia, oleh karena harta kekayaan yang melimpah tidak menjadi penghalang beliau dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan RasulNya. [IB]