(Panjimas.com) – Saatnya kita mengenal profil singkat Khulafaur Rasyidin yang ke-4, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib RA.
Nama lengkap beliau Abul Hasan Ali bin Abi Thalib bin ‘Abdil Muthallib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf Al-Qurasy Al-Hasyimi RA. Dilahirkan di Hijaz pada 13 Rajab, 10 tahun sebelum kenabian Muhammad SAW. Beliau lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Fatimah binti Asad. Asad sendiri adalah putra Hasyim, maka Ali RA merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Di masa kecil, Ali RA diasuh oleh Nabi SAW bersama Khadijah RA. Ketika Nabi SAW menerima wahyu pertama, beliau berusia sekitar 10 tahun. Beliau lelaki pertama yang beriman akan wahyu dan kenabian Muhammad SAW.
Pada usia remaja, Ali RA banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena berkesempatan selalu dekat dengan beliau. Dan hal ini berkelanjutan hingga Ali RA dijadikan menantu Nabi SAW. Maka kemudian beliau menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani, dan bijaksana.
Pada masa turun perintah hijrah, Ali RA bertugas mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi SAW dengan cara tidur di tempat beliau. Maka Nabi SAW pun berhasil keluar menuju Madinah bersama Abu Bakar RA.
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali menikah dengan Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW. Ali RA dijuluki Abu Turab semenjak suatu kejadian ketika Nabi SAW mencari beliau yang ternyata sedang tidur di masjid. Waktu itu bagian atas pakaian menantu Nabi SAW ini tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Rasulullah SAW duduk dan membersihkan punggung sang menantu sambil berkata, “Duduklah wahai Abu Turab, duduklah.”
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali RA betul-betul menjadi pahlawan selain Hamzah RA, paman Nabi SAW. Beliau berhasil membunuh banyak pasukan Quraisy dalam usia yang masih sangat muda saat itu, yakni sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib RA dalam melawan Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedang bernama Dzulfikar, tubuh Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
Dalam Perang Khaibar, saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi SAW bersabda, “Besok akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan RasulNya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun ternyata Ali RA-lah yang mendapat kehormatan itu, dan mampu menghancurkan benteng Khaibar serta berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang pemberani bernama Marhab. Beliau menebasnya dengan sekali pukul hingga tubuh Marhab terbelah menjadi dua bagian.
Hampir semua peperangan diikuti oleh Ali RA, kecuali perang Tabuk. Karena saat itu beliau bertugas mewakili Nabi Muhammad SAW untuk menjaga Kota Madinah.
Pada masa kekhalifahan, Ali bin Abi Thalib RA dipilih sebagai Amirul Mukminin menggantikan Utsman bin Affan RA yang telah syahid. Beliau memerintah selama sekitar 5 tahun.
Ali bin Abi Thalib RA terkenal dengan kecakapannya di bidang militer dan strategi perang. Beliau wafat pada usia 63 tahun. Waktu itu seorang kawarij bernama Abdrrahman bin Muljam menyerang beliau saat mengimami salat Subuh di masjid Kufah pada 19 Ramadhan 40 H. Lalu beliau syahid dua hari setelahnya. Wallahu a’lam. [IB]