CALIFORNIA, (Panjimas.com) – Organisasi Amerika Serikat yang bertugas melayani berpindahnya warga Latin-Amerika ke Agama Islam, para muallaf Hispanik (Latin-Amerika), baru-baru ini menyatakan bahwa etnis Latin-Amerika adalah kelompok yang paling cepat berkembang diantara komunitas Muslim di Negara Paman Sam itu, dilansir oleh IINA.
Meskipun dalam beberapa tahun belakangan ini Islam terus difitnah dengan berbagai macam cara dan tuduhan, mulai dari sebutan agama teroris dan cinta perang dan hal-hal lainnya yang memojokkan Islam, ternyata hal ini tidak dapat memadamkan bangkitnya cahaya Islam di Amerika.
Terlebih lagi, statistik menunjukan bahwa justru saat ini Islam malah menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya tak hanya disana, tapi juga di seluruh dunia.
Begitu banyaknya pemberitaan miring mengenai Islam di Amerika Serikat yang menyebutkan seolah-olah Islam sebagai agama yang kejam dan menakutkan justru malah membuat banyak warga Latin Amerika disana tertarik untuk mempelajari Islam dan pada akhirnya memutuskan untuk menjadi pemeluk Muslim.
Saat ini Islam menjadi pilihan bagi para warga Latin Amerika. Tercatat sebanyak lebih dari 150 ribu warga Hispanik yang telah bersyahadat dan menerima Agama Islam.
Banyak pejabat resmi AS mengatakan bahwa warga Latin di AS merupakan segmen warga etnis yang secara demografi mengalami pertumbuhan tercepat. Menurut Press-Enterprise, diperkirakan ada 150.000 mualaf Muslim di kalangan masyarakat Latino di Amerika Serikat.
Kecenderungan mualaf Hispanik beralih memeluk Islam telah dilacak oleh Islamic Society of North America , yang pada tahun 2006 memperkirakan ada sekitar 40.000 Muslim Latin-Amerika di AS, demikian menurut laporan dari National Public Radio.
Beberapa tokoh komunitas mengatakan pertumbuhan demografis baru-baru ini berakar pada pengalaman bersama tentang imigrasi dan retorika politik negatif yang telah dianggap sebagai retorika, ujaran bahkan tindakan anti-Muslim.
“Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di dunia, dan warga Latin yang memeluk Islam lebih banyak dari etnis lainnya di AS,” kata Mark Gonzales, seorang seniman, penyair dan pujangga Muslim dari yang mewarisi darah keturunan Meksiko-Amerika dan Perancis-Amerika, yang telah memutuskan memeluk Islam 12 tahun lalu.
Menurut Mark, serangan terror di gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001 telah menjadi faktor pemicu warga Hispanik lebih mempelajari Islam.
Hal ini sejalan dengan keterangan dari Imam Masjid Indonesia di New York, Imam Shamsi Ali yang menyebutkan hijrahnya sejumlah warga Amerika Serikat keturunan Latin kepada Agama Islam, pelafalan 2 kalimat syahadat malah semakin gencar beberapa saat terakhir ini terutama setelah sejumlah serangan teroris yang digembar-gemborkan media Barat dilakukan oleh kalangan Islam.
Jihad Turk, Presiden Bayan Claremont, seorang lulusan sekolah Islam di California, mengatakan kepada Press-Enterprise bahwa Islam adalah yang paling mirip dengan keyakinan Katolik. Muslim percaya pada banyak kisah yang terkandung dalam Injil , termasuk para nabi, katanya.
“Muslim tidak hanya percaya pada Allah dan Sepuluh Perintah Allah (Ten Commandements), tetapi juga tentang Nabi Isa alaihissalam yang dilahirkan oleh seorang gadis perawan sholihah bernama Maryam yang kisahnya diceritakan di dalam Al-Qur’an secara lebih rinci daripada yang diceritakan dalam injil”, pungkasnya
Turk mengatakan bahwa beberapa organisasi telah dibentuk di AS untuk membantu melayani penggabungan komunitas Latin dan Muslim, dalam hal ini melayani dan membimbing para mualaf untuk memperdalam ajaran Islam juga lebih memperluas dakwah Islam ke warga Latin Amerika lainnya
Rida Hamidah, Presiden Arab American Chamber of Commerce di Orange County, Kamar Dagang dan Industri Arab-Amerika di California, telah bekerja sama dengan Muslim Latin untuk menyoroti penggabungan dan keterkaitan budaya-budaya Latin dan Islam.
Serangkaian acara-acara publik telah dijadwalkan untuk bulan Januari dan akan fokus pada pembahasan periode pemerintahan Muslim di Spanyol dan Portugal, dari tahun 711 M sampai 1492 M, ketika umat Islam, Kristen, dan Yahudi tinggal di sepanjang Semenanjung Iberia, kata Hamidah. [IZ]