YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Yayasau Ukhuwah Muallaf (YAUMU) Yogyakarta mengadakan tabligh akbar dalam peringatan miladnya yang ke-10 pada hari Ahad (27/12/2015) di Masjid Sunan Kalijaga, kampus UIN Yogyakarta. Tausiyah disampaikan oleh da’i senior Yogyakarta, yang juga Ketua Pengajian Al-Muhtadin, Drs. H. Sunardi Sahuri, dengan tema “Menjemput Hidayah dalam Menggapai Mukmin yang Kuat Aqidah, Ibadah, dan Ukhuwwah”.
Dalam acara ini, hadir lebih dari 50 muallaf dari berbagai daerah. Dan tiga muallaf sengaja dihadirkan sebagai pembicara. Mereka adalah dr. Aritantri Damayanti Sp.PD (Solo), Sisilia Prisma Indahayu Utami S.Pd (Semarang), dan Ilya Mikhailovich Vdovin (Rusia).
Ketiganya mengisahkan pengalaman spiritual mereka hingga akhirnya memilih meninggalkan agama sebelumnya dan masuk Islam. Sisilia misalnya, ibu satu anak ini menceritakan bagaimana tertekannya ia waktu baru saja menjadi muallaf. Di saat keluarga dan teman-teman Nashraninya demikian getol mengajaknya kembali, kalangan muslim seolah tak peduli. Maka ia pun berpesan kepada seluruh hadirin agar bersikap aktif mendekati dan membantu para muallaf.
“Waktu baru saja masuk Islam, teman-teman masih saja selalu mengingatkan untuk melakukan doa pagi. Saya sampai didatangi, tapi saya tetap nggak mau. Sementara pada saat seperti itu, yang dari muslim malah nggak ada yang mendekati saya,” kisah Sisilia di hadapan jamaah.
“Maka sebagai muslim kita harus sadar bahwa jadi muallaf berat tantangannya. Makanya sangat butuh peran aktif orang muslim untuk terus mendekati dan membantu,” lanjutnya.
Sedang dalam tausiyah, Pak Nardi, sapaan akrab Sunardi Sahuri, sebagai da’i yang sudah berpengalaman menangani muallaf, mengatakan bahwa mendapat hidayah itu tak selalu mudah jalannya. Ia mengambil contoh Sari, mahasiswi sebuah PTS di Yogya yang sempat disekap oleh keluarganya di Jakarta selama tiga bulan setelah ketahuan masuk Islam.
“Sari, dia sempat disekap bapaknya di Jakarta selama tiga bulan,” kisahnya.
Namun Pak Nardi berpesan kepada siapa saja agar tidak takut untuk menjadi muallaf. Dikisahkannya Rebeca. Mahasiswi asal Banyuwangi yang walaupun orang tuanya tak mau lagi membiayai kuliah, namun Muslim di Yogya membiayainya hingga lulus, lalu menikahkannya.
“Rebeca, walaupun keluarganya ndak mau lagi membiayai kuliah, tapi alhamdulillah kuliahnya di Yogya tetap jalan sampai mendapatkan ijazah dan ijab sah,” kisahnya lagi.
Selain tausyiyah dan sharing muallaf, dalam acara ini juga digelar bazar di selasar masjid, penampilan nasyid, launching aplikasi iqra’ yang memudahkan muallaf belajar membaca Al-Qur’an, juga penggalangan dana untuk pendirian rumah singgah muallaf.
Saat ditemui Panjimas.com di sela acara, ketua panitia yang juga wakil ketua YAUMU, Dra. Hj. Diah Junia E.P., MS, memberikan keterangan, bahwa pihaknya membeli rumah di kawasan Banteng, Jl. Kaliurang, seharga 400 juta rupiah.
“ Kita membeli rumah yang sudah jadi. Harganya 400 juta dan dana yang sudah terkumpul 150 juta, alhamdulillah,” terang Bu Yuyun, sapaan akrabnya. [IB]