YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Mualaf Center Yogyakarta (MCY) dirintis dua tahun lalu dan mulai benar-benar aktif setahun belakangan. Dengan berkantor di gedung Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman, MCY biasa memfasilitasi warga non muslim yang memutuskan untukmeninggalkan agamanya dan masuk Islam. Ikrar syahadat biasanya dilakukan di serambi masjid, dibimbing oleh takmir, dan disaksikan oleh jama’ah.
Salah satunya kemarin, Jum’at (18/12/2015), ada dua mualaf yang berikrar syahadat di sana. “Insya Allah besok ada lagi tiga orang, lalu besoknya ada lagi,” kata Amruya, salah satu pengurus MCY.
Selain ikrar syahadatain, mualaf juga harus menandatangani sertifikat sebagai syarat administrasi. Dan tak berhenti di sini, setelah berikrar, para mualaf mendapat pembinaan rutin dari MCY. Ada beberapa ustadz dan ustadzah yang aktif sebagai pembina.
Untuk kelas mualaf, bagi mualaf putri bertempat di gedung Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman, setiap Ahad bakda Asar. Sedang bagi mualaf putra ada tempat dan waktunya sendiri, yakni di Masjid Syakirin Karangkajen setiap bakda isya.
Pembinaan ini wajib diikuti oleh mualaf selama delapan kali pertemuan. Selanjutnya tetap ada kelas belajar, namun tidak diwajibkan. Pembinaan ini penting guna mencegah adanya mualaf yang lepas dari dampingan. “Biasanya kalau mualaf yang karena nikah, akan menghilang kalau nggak diwajibkan ikut pembinaan,” kisah salah seorang pengurus.
Menangani mualaf bukan perkara sepele. Herus berhati-haati dan waspada. pengalaman tertipu bukanlah hal asing bagi MCY. “Kami sering mengalami yang begitu, sampai pernah kehilangan puluhan juta segala,” lanjutnya.
MCY awalnya hanya dimulai oleh tiga orang, dan program kerjanya pun terus berkembang dengan berkaca pada pengalaman. Tidak dirangcang sekali di awal perintisan. “Awalnya kami Cuma tiga orang, lalu lambat laun para relawan berdatangan. Kebanyakan dari mahasiswa. Untuk programnya, pun kami terus mengembangkan berdasar pengalaman, learning by doing begitulah,” pungkasnya. [IB]