PANJIMAS.COM – Mira terkejut bercampur gembira ketika sebuah LSM kemanusiaan internasional mengabarinya bahwa Umar Al-Faruq melarikan diri dari penjara paling angker di dunia, Baghram, Afghanistan. Mira pun mendatangi kantor LSM tersebut guna memastikan kabar yang diterimanya.
“Saya ke kantornya untuk konfirmasi, lalu disampaikan bahwa benar Umar Faruq telah melarikan diri. Di situ saya langsung sujud syukur, Alhamdulillah kata saya, benar-benar gembira, sampai waktu itu orang bule-bule di tempat itu pada bingung. Lalu mereka bilang, ibu tidak takut kalau Faruq melarikan diri nanti kan bisa ditembak mati, saya bilang mungkin itu yang dia cari,” ujar Mira.
Berita kaburnya Umar Al-Faruq awalnya tidak begitu gegap gempita di media massa, seperti berita penangkapannya. Hal ini karena upaya meloloskan diri Umar Al-Faruq bersama salah seorang mujahidin kelas dunia seperti Syaikh Abu Yahya Al-Libi dan dua orang lainnya, sangat mempermalukan Amerika.
Berita tersebut, cenderung disembunyikan pemerintah Amerika Serikat. Baru ketika digelarnya pengadilan militer pada bulan November 2005, terbuka ke hadapan publik. Padahal, Umar Al-Faruq bersama Syaikh Abu Yahya Al-Libi dan dua orang lainnya berhasil membobol penjara Baghram, Afghanistan sejak 10 Juli 2005.
Video kesaksian Syaikh Abu Yahya Al-Libi, Umar Al-Faruq, Abu Nasir al Qahtani dan Abu Abdallah al Shami, hingga kini masih bisa kita saksikan di dunia maya, dengan judul Escape From Bagram.
Ada kisah unik di balik kaburnya Umar Al-Faruq. Menurut Mira dan sebagaimana kesaksian para mujahidin tersebut di video, upaya mereka melarikan diri dari penjara super ketat baghram, cukup sederhana. Meskipun begitu, keberhasilan mereka membobol penjara Baghram tak lepas dari pertolongan Allah. Sebab, hampir mustahil seorang narapidana bisa melarikan diri dari penjara yang dijaga sangat ketat oleh tentara Amerika tersebut.
Ketika ditanya, bagaimana cara Umar Al-Faruq dan mujahidin lainnya melarikan diri, Mira Agustina mengungkapkan bahwa menurut pengakuannya suaminya, ia hanya bersembunyi di dapur.
“Di dapur, dia bilang. Jadi sebenarnya dia tidak keluar dulu, tidak kemana-mana, hanya di dapur,” ujarnya.
Taktik yang sangat cerdas dan di luar dugaan Amerika. Di awal-awal kaburnya Umar Al-Faruq, tentara Amerika yang menjaga camp militer tersebut gencara melakukan pencarian di luar, padahal mereka ternyata masih bersembunyi di dalam penjara, hingga ketika saatnya tepat baru mereka melarikan diri ke luar penjara.
Syahid di Bulan Ramadhan
Menurut pengakuan Mira, Umar Al-Faruq, suaminya sempat menghubunginya beberapa kali. Salah satunya di saat bulan Ramadhan, ia sempat berkomunikasi dengan sang suami tercinta.
Namun, tak disangka, itulah percakapan terakhirnya dengan Umar Al-Faruq sebelum menjemput syahid.
“Dua hari ketika bulan puasa, di pernah telepon, dia bilang, Umi mungkin Abi tidak bisa telepon-telepon lagi, soalnya jejak sudah ketahuan. Jadi itu terakhir saya bisa ngobrol sama dia,” kenang Mira.
Hanya beberapa hari setelah pembicaraan penuh kenangan itu, Umar Al-Faruq meraih syahid –insya Allah- di bulan Ramadhan penuh berkah.
“Setelah itu, dua hari setelah telpon itu, wartawan pada datang dan ada kabar kalau Umar Faruq sudah meninggal, tapi saya tidak percaya.
Tetapi anak-anak saya bilang seperti lihat abinya di depan pintu, saya tidak tahu apakah ini firasat atau lainnya. Akhirnya setelah wartawan pergi, ibu mertua saya telepon, ‘Faruq Syahid Insya Allah’ setelah itu tiga bulan kemudian, ibu mertua saya meninggal dunia,” tuturnya.
Umar Al-Faruq syahid, usai kerinduannya terpenuhi untuk menemui ibunda tercintanya yang bertahun-tahun ia tinggalkan demi berjuang di medan jihad.
Dikabarkan sejumlah media, Faruq datang ke Irak guna menjenguk ibunya yang sakit di Basrah. Selama di Basrah, Faruq menggunakan nama aslinya Mahmud Ahmed Mohamed al-Rashid, sebuah nama adat Sunni Arab di Basrah. Ia tinggal bersama sepupunya, Tariq, di Kota Zubayr, 32 kilometer dari perbatasan Kuwait. Namun, pihak intelijen rupanya mengendus kehadirannya.
Kawasan Irak selatan yang menjadi tempat persembunyian Faruq dihuni kaum mayoritas Syiah, yang saat itu begitu ganas memburu para mujahidin minoritas Sunni semacam Al-Faruq.
Mayor Charles Burbridge, juru bicara Resimen Kerajaan Pangeran Wales, yang memimpin dua kompi pasukan Inggris yang bertugas di sana, menyatakan 250 serdadunya mendapat hujan tembakan saat menggerebek rumah Al-Faruq. Ia gugur dengan lima peluru menembus tubuhnya.
Perlawanan tak seimbang di Basrah itu akhirnya menutup perjalanan jihad Umar Al-Faruq yang telah berkelana belasan tahun di dunia jihad. Hingga akhirnya Umar Al-Faruq, mujahid internasional yang pernah menginjakkan kaki di wilayah timur Indonesia, untuk berjihad membela umat Islam, mendapatkan cita-cita tertingginya, ksatria yang gugur sebagai syuhada pada hari Senin (25/9/2006).
Wafatnya Umar Al-Faruq hanya berselang beberapa bulan, setelah seorang pimpinan mujahidin Al-Qaeda fie biladirrafidhain yang ditakuti Amerika, Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi syahid lewat serangan udara di Baquba pada 7 Juni 2006. Gugurnya, Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi terjadi ketika tengah merintis majelis syura mujahidin, cikal bakal Daulah Islamiyah Iraq yang di awal Ramadhan lalu mendeklarasikan Khilafah Islamiyah.
Mira bersedih atas kepergian suaminya, tapi sekaligus ia bangga. Sebagai istri yang pernah menemani sang suami berjihad, ia merasa Al-Faruq adalah sosok yang luar biasa.
“Ternyata seperti itulah yang digariskan Allah, selama bertahun-tahun kami tidak bertemu, setelah sempat bicara sebentar, tidak lama dia meninggal dan disusul ibunya juga meninggal. Dia meninggal di rumah pamannya, saat dikepung sekitar 250 lebih tentara Inggris,” ucapnya.
Subhanallah, begitu dahsyat dan mengharu biru sosok mujahid lintas negara, Umar Al-Faruq. Umar Al-Faruq meninggalkan seorang istri, Mira Agustina dan dua orang anak; Gholiyah dan Hanun, yang keduanya kini masih bersekolah.
Kisah Umar Al-Faruq telah mengajarkan kepada para aktivis Islam tentang akhlak yang mulia. Seberapa pun kerasnya terpaan medan jihad di lapangan, namun ia tetap lembut dan romantis kepada keluarganya, bahkan begitu sayang kepada orang tuanya. Selesai. [AW]
Tulisan terkait:
- Kisah Asy-Syahid Umar Al-Faruq (1): Perjalanan Cinta Sang Mujahid
- Kisah Asy-Syahid Umar Al-Faruq (2): Surat Cinta dari Balik Penjara
- Kisah Asy-Syahid Umar Al-Faruq (3): Permalukan Amerika & Syahid di Bulan Mulia