PANJIMAS.COM – Mahmud Ahmad Ar Rasyid atau yang dikenal sebagai Umar Al-Faruq, siapa yang tak kenal dengan sosok mujahidin internasional ini. Ia dituding sebagai petinggi mujahidin Al-Qaeda yang dekat dengan Syaikh Usamah bin Ladin –rahimahullah- , tak heran jika Amerika Serikat begitu gencar memburunya hingga ke Indonesia.
Mujahid asal Iraq ini pernah bersama-sama mujahidin di Indonesia bertaruh nyawa membela umat Islam di Ambon pada tahun 2000an yang saat itu menjadi korban pembantaian Salibis.
Sebelum menginjakkan kaki di Timur Indonesia, Al-Faruq pernah menapaki balada jihad di berbagai negara, seperti Afghanistan dan Filipina.
Dari sejumlah negeri kaum Muslimin yang pernah dipijaknya, ia pun menjatuhkan pilihan penyempurna separuh agamanya kepada Mira Agustina, Muslimah si jantung hati asal Kampung Cijambu RT 2/1 No 85, Desa Cisalada, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Perempuan kelahiran Jakarta 31 Maret 1978 itu merupakan anak dari pasangan, Haris Fadilah atau akrab disapa Abu Dzar dan Oman Qomariyah.
Abu Dzar adalah seorang tokoh mujahid ternama yang dikenal tegas. Untuk menikahi sang putri mujahid ternyata bukan hal yang mudah. Umar Al-Faruq harus gigih dan bekerja keras untuk menaklukkan sang calon pendamping hidupnya itu. Ia bahkan sempat tiga kali ditolak.
“Dia tiga kali bolak-balik ke sini terus pulang ke Makassar karena ditolak sama saya. Terus terakhir waktu itu dia datang, dia bilang, ‘saya mau menikah sama kamu, saya tidak punya apa-apa, tapi saya janji saya akan bawa kamu ke mana saja’ begitu kata Faruq,” kenang Mira saat ditemui di Rumahnya pada Senin (27/4/2015).
Pucuk di cinta ulam pun tiba, khitbah Umar Al-Faruq diterima sang calon mempelai wanita. Tak menunggu lama, Haris Fadilah, ayahanda Mira, saat itu juga bertindak menjadi wali dan menikahkan putri sulungnya dengan Umar Al-Faruq pada 26 Juli 1999.
Baru satu tahun menikah, Haris Fadilah atau Abu Dzar, ayahanda Mira wafat pada 26 Oktober tahun 2000. Abu Dzar meraih Syahid, timah panas Salibis menembus kepalanya saat berjiad di pulau Saparua, Ambon, Maluku.
Mira mengungkapkan, ketika mendengar Abu Dzar, ayahandanya syahid pada tahun 2000, Faruq tidak bersedih, sebalikya, ia justru merasa iri.
“Faruq pernah bilang, bapak yang cuma jihad ke Ambon saja langsung diambil (syahid, red.), tapi saya yang sudah keliling-keliling negara belum juga syahid,” tutur Mira Agustina menirukan ucapan suaminya dulu.
Hari demi hari dijalani oleh Mira dan Al-Faruq. Demi menepati janjinya, setelah menikah, Faruq pun mengajak Mira ikut serta menemani hari-harinya berjihad. Ketika berkobar jihad Ambon, Faruq mengajak Mira ikut serta ke Ambon.
Saat itu, Mira begitu tegar meskipun ia sangat khawatir terhadap suaminya yang tengah berjihad di medan perang, melawan orang-orang Kristen yang saat itu membantai umat Islam di Ambon.
Faruq yang telah malang-melintang dalam dunia jihad di berbagai negara, seingat Mira pernah berkomentar tentang mujahidin Indonesia yang berjihad di Ambon waktu itu.
“Saya sama mujahidin Indonesia angkat tangan, semangat mereka besar tapi mereka belum belajar dengan benar. Terlalu bersemangat, mereka lupa semua itu ada tata caranya (aturan),” ujar Mira menirukan. Subhanallah, itulah nasihat berharga dari sang Mujahid Internasional.
Umar Al-Faruq dan Mira Agustina, akhirnya dikaruniakan Allah dua orang putri kecil; Ghaliyah dan Hanun, sebagai buah cinta mereka berdua. Bersambung. (Baca: Kisah Asy-Syahid Umar Al-Faruq (2): Surat Cinta dari Balik Penjara)[AW]