Oleh: Ustadz Umar Faruq Lc (Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir)
(Panjimas.com) – Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberikan kita karunia shalat lima waktu. Sungguh, shalat adalah solusi terbaik untuk beristirahat, menenangkan pikiran, menyenangkan hati, dan berhenti dari segala aktifitas didunia ini yang tidak pernah ada hentinya.
Contoh yang paling jelas dalam pemanfaatan fungsi shalat ini adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Dalam malam-malam yang sunyi dan sepi, beliau bangun menghiasinya dengan dzikir dan doa dalam sujud-sujud yang panjang. Air mata berderai-derai diantara lantunan ayat suci Al-Qur’an yang beliau baca dengan perlahan dan penuh perenungan.
Saat Rasulullah SAW penat dan lelah dari tugasnya sebagai juru dakwah, kepala negara, jenderal perang, kepala rumah tangga dan banyak peran lainnya yang beliau emban, maka pilihan istirahat yang terbaik adalah dengan melaksanakan shalat. Beliau berkata kepada Bilal bin Rabbah radhiyallahu ‘anhu:
أرِحْنَا بِالصَّلاَةِ يَا بِلاَلُ
“Hiburlah kami dengan melaksakan shalat wahai Bilal”.
Maksudnya beliau SAW adalah meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan untuk melaksanakn shalat. Bagi beliau dan para sahabat yang ada di sekitar Rasulullah, shalat menjadi saat-saat terbaik untuk menenangkan kembali jiwa, pikiran dan anggota tubuh dari berbagai kepenatan.
Dengan kita menjalankan ibadah shalat, aliran darah akan menjadi lancar, jiwa dan pikiran kembali rileks dan kembali ke puncak semangat untuk melanjutkan tugas-tugas berikutnya yang sudah ada didepan mata.
Saat shalat adalah saat yang paling tepat tepat untuk menyampaikan segala pinta dan doa. Sang Penguasa alam semesta ini pada saat itu sangat dekat kepada hamba-hamba-Nya, siap mendengarkan segala pinta dan juga permohonan hamba-Nya. Tak perlu ragu untuk menyampaikan permintaan besar dan keinginan yang sulit untuk diwujudkan dalam pandangan manusia.
Sebab Dia, Allah ‘Azza wa Jalla yang menjadi sumber karunia adalah Dzat yang Maha Kuasa dengan kemahakuasaan yang tidak terbatas. Kerajaan dan kekayaannya lebih luas daripada langit dan bumi, dan tidak terbatas oleh apapun juga. Kehendaknya tidak dapat dihalangi oleh siapapun juga.
Maka sungguh berbahagialah dan amat sangat beruntung bagi orang-orang yang dikaruniai kekhusyu’an shalat dalam hidupnya. Ia meraih banyak keutamaan dan lebih banyak ketenangan daripada orang yang tidak pernah merasakannya.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mu’minuun 23 : 1-2)
Dalam bulan suci Ramadhan 1436 H ini, tentunya kita amat sangat berharap agar bisa diberikan karunia mengecap kekhusyu’an shalat itu, sebagaimana yang dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan orang-orang yang selalu mendekatkan diri dengan Allah. Sebab orang-orang tersebut telah merasakan kenikmatannya.
Sahabat dan saudaraku, setelah kita hidup sekian tahun, sudahkah kita memperoleh nikmatnya shalat? Mari dibulan yang penuh berkah ini, yakni di bulan Ramadhan, kita perbaiki dan evaluasi shalat kita dan amalan kita diluar ibadah shalat agar hingga akhir hayat nanti, hidup kita tenang dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamin.. [Edt; GA]