JAKARTA (Panjimas.com) – Meskipun fisiknya sudah terlihat tua dan berada di sel penjara rezim Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun semangat jihad ulama kharismatik asal Kota Solo Jawa Tengah (Jateng), ustadz Abu Bakar Ba’asyir masih terlihat menggelora.
Disaat kaum Muslimin Rohingya dibakar rumahnya, para Muslimah diperkosa dan anak kecil maupun orang dewasa dibantai secara membabi buta oleh para biksu Budha dan pemerintah Budha Myanmar, ustadz Ba’asyir menyerukan umat Islam untuk pergi berjihad membela kaum Msulimin Rohingya di Myanmar.
Meskipun seruan jihad dari pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin Ngruki Solo itu disampaikan pada tahun 2012 silam, namun redaksi Panjimas.com merasa perlu untuk mengingatkan dan mengangkat kembali seruan yang mulia ini untuk mengembalikan ‘izzul Islam wal Muslimin.
Seruan ustadz Ba’asyir yang juga Amir Jam’ah Ansharut Tauhid (JAT) ini dinyatakan secara lisan dan disampaikan dalam sebuah surat terbuka yang dikirim kepada Presiden Myanmar, Thein Sein. Surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar pada hari Senin (30/7/2012) dan ditulis didalam Rutan Bareskrim Mabes Polri tanggal 22 Juli 2012 itu memuat tiga tuntutan untuk membela Muslim Rohingya:
- Hentikan kedzaliman berupa pengusiran, pembantaian terhadap umat Islam di Myanmar.
- Berikan mereka kebebasan untuk memeluk Islam dan menjalankan ibadahnya.
- Jangan ada lagi diskriminasi terhadap umat Islam.
Bila tuntutan tersebut tidak juga dilaksanakan dengan segera, ustadz Abu Bakar Ba’asyir menegaskan bahwa para mujahidin akan segera menghancurkan Myanmar sebagaimana hancurnya Rusia, cepat atau lambat.
“Jika seruan ini tidak kalian dengar, Demi Alloh! telah nyata hancurnya negeri-negeri congkak di tangan mujahidin (dengan izin Alloh). Dengan izin Allah pula kami bisa memperlakukan anda dan rakyat anda seperti negara sosialis komunis Rusia yang hancur berkeping-keping atau amerika yang sebentar lagi akan binasa (Insya Allah),” tulis ustadz Ba’asyir.
“Kami tak ingin mendengar tangisan saudara-saudara muslim kami di buminya Allah negeri kalian dan negerinya ummat Islam yang tinggal di sini, kami tidak ridho setetes darah pun tertumpah dari kaum muslimin,” demikian kutipan surat tersebut.
Tak lama berselang, Duta Besar (Dubes) Myanmar, Pyo Soe membalas surat ustadz Abu Bakar Ba’asyir tersebut secara resmi. Intinya pemerintah Myanmar mengelak dan membantah terjadinya diskriminasi dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya.
“Walaupun ini terlihat seperti konflik antara dua agama seperti yang digambarkan oleh beberapa sumber, yang sesungguhnya tidak benar. Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan dalam konferensi persnya pada hari sabtu, 4 Agustus 2012 bahwa konflik Rakhine – Rohingya adalah konflik umum, bukan agama, “kebetulan suku Rohingya adalah Muslim dan suku Rakhine beragama Buddha,” tulis Pyo Soe dalam surat tersebut.
Namun, realiata yang ada menunjukkan bahwa hingga saat ini kaum Muslimin Rohingya terus mengalami penindasan dari para biksu Budha dan pemerintah Budha Myanmar. Ustadz Ba’asyir pun geram atas kedustaan yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar itu.
“Jika umat Islam yang minoritas memang jadi sasaran pembantaian. Lain halnya jika umat Islam yang berkuasa, orang-orang Kafir itu justru mendapatkan keadilan,” kata ustadz Abu Bakar Ba’asyir di LP Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, pada Kamis (23/4).
Dari balik sel Super Maximum Security (SMS) itu, ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyerukan kaum muslimin agar berjihad ke Myanmar. Sebab, hanya jihad solusi satu-satunya menghentikan genosida terhadap Muslim Rohingnya yang terus terjadi.
“Semua itu kesalahan kita sendiri yang tidak mau berjihad. Di Filipina itu kaum Muslimin kuat karena mereka mau berjihad,” tuturnya. Ustadz Ba’asyir pun mengutip ayat Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 82:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al Maa-idah 5 : 82)
“Jadi orang yang paling buruk permusuhannya terhadap Islam itu adalah orang Yahudi dan orang Musyrik,” tegasnya. Selain itu, ia menyesalkan sikap orang-orang Budha di Indonesia yang tak mampu menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya yang dilakukan oleh penganut Budha di Myanmar.
“Omong kosong, ajaran Budha yang katanya mengasihi itu, buktinya yang membantai kaum Muslimin adalah orang-orang Budha,” tandas ustadz Abu Bakar Ba’asyir. [GA/dbs]