(Panjimas.com) – Tak dapat disangkal lagi bahwa Rasulullah SAW adalah teladan kemuliaan akhlaq sepanjang masa. Keindahan akhlak beliau sangat mempesona, memancarkan keindahan bagi siapa yang pernah bergaul dengan beliau, membuat setiap orang dengan sendirinya akan memberikan penghormatan, penghargaan, dan rasa cinta yang tiada kepada beliau.
Alangkah indahnya bila kita dapat mengikuti sebagian sifat-sifat beliau, sehingga diri kita bisa ikut mulia karena mengikuti sifat-sifat tersebut.
Imam Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa cucu Rasulullah SAW, Hasan bin Ali Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada ayahnya, “Ayahku, bagaimanakah akhlaq Rasulullah SAW ketika di luar rumah?” Sahabat Ali bin Abi Thalib menjawab, “Rasulullah SAW selalu menjaga lisannya dan tidak berbicara kecuali untuk menolong, menyatukan, dan menentramkan manusia. Beliau senantiasa menghormati orang yang dermawan dalam setiap kaum dan menjadikannya sebagai pemimpin mereka. Beliau selalu megingatkan manusia dan menjaga diri dari mereka tanpa memendam niat jahat atau sikap yang buruk kepada salah seorang diantara mereka”.
“Beliau selalu menjenguk para sahabatnya dan menanyakan kepada mereka tentang kabar mereka. Beliau mengatakan baik kepada sesuatu yang baik dan meneguhkannya, mengatakan buruk kepada sesuatu yang buruk dan melemahkannya dengan melarang dan mencegahnya. Bersikap seimbang dalam setiap urusan dan tidak pernah menyimpang, tidak pernah lalai karena khawatir orang-orang akan lalai atau menyeleweng. Beliau selalu siap menghadapi berbagai kondisi, tidak menyia-nyiakan kebenaran dan tidak juga melampauinya”.
“Orang-orang yang terbaik adalah yang menyayangi beliau. Orang-orang yang paling utama dalam pandangan beliau adalah orang-orang yang paling banyak menebarkan nasehat, dan orang-orang yang paling agung di mata beliau adalah orang-orang yang paling baik dalam memberikan pertolongan dan dukungan”.
Hasan bertanya lagi, “Ayahku, bagaimanakah akhlaq Rasulullah SAW ketika duduk?” Sahabat Ali bin Abi Thalib menjawab, “Rasulullah SAW tidak duduk dan tidak pula bangkit kecuali dalam keadaan berzikir kepada Allah. Beliau tidak menempati tempat-tempat tertentu lalu melarang orang lain untuk menempatinya. Apabila datang di tempat suatu kaum, beliau duduk di deretan paling ujung dan beliau menyuruh demikian”.
“Beliau selalu memberikan perhatian kepada orang yang duduk bersama beliau, sehingga ia menyangka bahwa tidak ada orang yang lebih menghormati dirinya daripada beliau. Beliau selalu bersikap sabar terhadap orang-orang yang duduk atau berdiri bersama beliau sampai orang itu beranjak meninggalkan beliau”.
“Tidak ada satupun orang yang meminta, kecuali beliau akan mengabulkannya atau memberikan kepadanya kata-kata yang lembut. Kelembutan dan akhlak beliau telah memenuhi masyarakat sehingga beliau seakan menjadi bapak bagi mereka dan mereka menjadi anak-anak baginya yang memberikan hak kepada mereka secara adil”.
“Forum pertemuan beliau adalah forum yang penuh dengan sikap santun, rasa malu, sabar, dan amanah. Tidak ada suara yang meninggi, tidak ada penghinaan terhadap orang-orang yang mulia, dan tidak ada upaya untuk menyebarkan dan membongkar kesalahannya. Semua orang bersikap adil dan berlomba-lomba dalam ketakwaan. Mereka bersikap tawadhu, menghormati yang tua, menyayangi yang muda, memprioritaskan orang-orang yang memerlukan pertolongan, dan melindungi orang asing”.
Hasan bertanya lagi kepada ayahnya mengenai perilaku beliau kepada teman dekatnya. Ayahnya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib kembali menjawab, “Rasulullah SAW senantiasa ceria, berakhlaq mulia, dan menghormati sesama. Beliau tidak buruk perilakunya, tidak kasar sikapnya, tidak suka berteriak-teriak, tidak mencaci-maki, tidak banyak bercanda. Beliau meninggalkan apa yang tidak disukai, tetapi tidak memaksa orang lain yang mencintainya agar membenci atau meninggalkannya. Beliau tidak melakukan tiga hal kepada orang lain; beliau tidak mencela atau mencaci maki seorang pun, beliau tidak membuka aurat, dan beliau tidak berbicara kecuali mengenai hal-hal yang bisa diharapkan akan mendatangkan pahala baginya”.
“Ketika beliau berbicara, orang-orang akan menunduk dengan khusyu’ seakan-akan di atas kepala mereka sedang bertengger seekor burung. Ketika beliau berbicara, mereka diam, dan setelah beliau diam baru mereka berbicara. Mereka tidak berani melakukan perdebatan di hadapan beliau. Beliau tertawa mendengar hal-hal yang membuat mereka kagum”.
“Beliau bersikap sabar terhadap orang-orang asing yang bersikap kasar dalam berbicara ataupun meminta, sehingga para sahabat beliau sangat mengharapkan agar beliau mengeluarkan kata-kata untuk menyadarkannya. Namun beliau justru bersabda, “Apabila kalian melihat seseorang mempunyai keperluan, maka berikanlah pertolongan. Jangan menerima pujian kecuali dari orang yang ingin membalas kebaikan. Jangan memotong pembicaraan orang lain sampai ia menyelesaikan pembicaraannya atau bangkit dari duduknya”.
Inilah sekelumit tentang indahnya akhlaq Rasulullah SAW. Inilah perilaku makhluk termulia dan teragung sejagad raya. Inilah teladan paling baik. Mengikuti tata hidup adalah cara tercepat untuk mendapatkan kemuliaan budi pekerti, mendapatkan cinta dan simpati dari sesama, meraih ridha dari Allah SWT.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan memberikan kita kekuatan untuk dapat meneladani Rasulullah SAW dengan sebaik-baiknya. Aamiin.. (Oleh: Ustadz Umar Faruq Lc, Alumnus Universitas Al-Azhar Kaior Mesir)