(Panjimas.com) – Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Ta’ala, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shahabatnya dan seluruh umat Islam yang komitmen dengan sunnah-sunnahnya.
Nama saya adalah Chong Tan Peng, umur 31 tahun, anak kedua dari 5 bersaudara, kakak dan adik-adik saya semua sudah berkeluarga, begitu juga saya yang memiliki satu orang istri dan satu anak sebelum dipenjara. Keluarga saya adalah pemeluk Kristen Protestan, kecuali ibu sampai sekarang masih memeluk agama Budha. Saya sendiri belum pernah dibaptis seperti kakak dan adik-adik saya, jadi saya belum menjadi Kristen.
Ayah saya adalah Chinese Jakarta dan ibu adalah Chinese Kalimantan Barat (Kalbar). Kegiatan saya diluar sebelum masuk penjara tidak jauh dari perbuatan maksiat dengan membantu ayah angkat saya menjalankan bisnis narkotika ketika ayah angkat saya mendekam di penjara.
Saya diberi kepercayaan ayah angkat saya untuk memasarkan barang haram tersebut dan menjadi gudang penyimpanannya. Istri dan anak saya serta keluarga yang lain tidak mengetahui pekerjaan saya yang sebenarnya. Saat itu saya hanya mengatakan kepada mereka kalau saya bekerja sebagai sales minuman keras (miras) dan mereka percaya dengan perkataan saya tersebut.
Bisnis narkoba saya semakin besar bahkan berkembang sampai pada tahap memproduksi pil ektasi, dan saya diberi tanggung jawab penuh oleh ayah angkat saya untuk memproduksi barang haram tersebut.
Pada tahun 2009, ayah angkat saya meninggal di Rutan tempat dia ditahan, dan saya meneruskan bisnis narkobanya. Bisnis saya semakin besar hingga taraf nasional dan bahkan sampai luar negeri. Saya sudah masuk dalam lingkaran setan narkotik, sehingga sulit keluar dan waktu saya habis dengan pekerjaan haram ini sampai saya kehilangan waktu dengan keluarga, serta tidak ada waktu untuk anak dan istri saya.
Pada bulan April 2010, rumah tempat produksi pil ektasi saya digerebek polisi, kemudian saya dan 3 (tiga) orang teman saya ditangkap. Dengan penangkapan ini, maka semua keluarga saya mengetahui pekerjaan saya yang sebenarnya.
Saya ditahan dikepolisian selama kurang lebih 2 bulan, dan setelah itu saya dipindahkan ke Rutan sambil menungu proses persidangan berjalan. Setelah menjalani proses persidangan beberapa bulan, pengadilan akhirnya memvonis saya selama 20 tahun penjara, dan ketiga kawan saya masing-masing divonis 18 tahun penjara.
Dengan putusan vonis yang tinggi ini, ternyata pihak jaksa masih saja mengajukan banding kepada kami sehingga di Pengadilan Tinggi (PT), vonis saya berubah menjadi SH (seumur hidup), sedangkan ketiga kawan saya vonisnya tetap, yakni 18 tahun kurungan penjara.
Mendengar putusan tersebut istri saya langsung memberikan surat gugatan cerai pada awal tahun 2012 dan membawa pergi anak laki-laki saya tanpa kabar berita. Pada tahun 2011 setelah putusan PT, saya dipindah ke Lapas, bahkan sampai ke beberapa Lapas, hingga sampai akhirnya pada pertengahan tahun 2013 saya dipindah ke Lapas didaerah Jawa Tengah (Jateng).
Pada saat itu saya merasa sangat sedih, putus asa dan stres karena berpisah jauh dengan keluarga dengan waktu lama yang tidak jelas kapan kembalinya. Banyak dari teman-teman saya yang satu sel yang beragama Islam selalu menghibur dan menguatkan saya agar selalu sabar dan berserah diri kepada Allah.
Saat itu, saya merasa bahwa besar sekali perhatian mereka kepada saya ditengah menjalani nasib yang sama dipenjara. Hati kecil saya tersentuh melihat kesabaran dan akhlaq teman-teman satu sel saya yang Muslim. Bahkan dalam keadaan sesulit apapun, mereka selalu mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah. Melihat perilaku teman-teman saya yang beragama Islam, saya sangat senang sekali dan mencoba untuk bergaul dan beradaptasi dengan teman-teman Muslim saya tersebut.
Hampir dua bulan kurang lebih saya memperhatikan cara hidup mereka, yang terlihat dengan mata kepala saya mereka menjalani hari-hari mereka di penjara tanpa ada rasa beban di hati. Saat melihat mereka menjalani kehidupan yang serba ringan dan tanpa beban, ada gejolak di batin ini. Saya mencoba memberanikan diri untuk menanyakan hal itu dan jawaban dari mereka sangat simpel dan jelas!
Mereka bisa tenang karena menajalaninya dengan sabar dan ikhlas terhadap takdir Allah yang mereka terima. Mereka juga sangat yakin kalau Allah Ta’ala senantiasa akan menjaga mereka, karenanya mereka selalu mendirikan ibadah sholat.
Perkataan kawan-kawan Muslim saya itu sangat menyentuh dan berbekas di hati saya, dan di dalam hati kecil saya, saya kemudian berkata memang inilah saatnya saya mencari ketenangan hati, ditengah kondisi jiwa dan pikiran saya yang sedang resah, bingung dan tidak terkontrol.
Bermula Dari Mendengarkan Ceramah Seorang Ustadz Napi LP, Hidayah Islam Akhirnya Datang
Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencari kebenaran yang dikatakan teman saya itu dengan cara mengikutinya ke masjid untuk menemui orang yang bisa menjelaskan kepada saya tentang berbagai hal, khususnya soal ketenangan hati tersebut.
Kemudian, saya bertemu dengan seorang ustadz yang diberikan tanggung jawab untuk mengurus masjid disana. Lalu saya mendengarkan ceramah ustadz tersebut yang menjelaskan tentang agama Islam dan kisah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika mendengarkan penjelasan ustadz tersebut, saya merasakan ketenangan dalam hati saya, belum pernah saya merasakan perasaan seperti itu pada saat sebelumnya. Sejak saat itu saya mulai tertarik untuk mempelajari agama Islam.
Ternyata di dalam agama Islam, semua aktivitas kita bisa bernilai ibadah, dan ada doa-doa harian yang bisa senantiasa kita ucapkan sehingga hal itu membawa ketenangan bagi hati saya. Selain itu, Al Qur’an adalah kitab suci yang sempurna bagi manusia yang mengatur seluruh aktivitas kita, dari perkara-perkara kecil sampai yang besar, semuanya ada aturannya didalam Islam. Subhanallah!!
Setelah saya mempelajari semuanya, dari akhlaq, sifat dan perilaku seorang Muslim, lalu saya akhirnya mengambil keputusan dan membulatkan tekad saya untuk memeluk agama Islam. Kemudian saya memberitahukan niat saya ini kepada ibu dan saudara-saudara saya. Mereka sempat kaget dengan keputusan saya yang mendadak itu, akan tetapi ibu saya memberikan izin dan menyetujui keputusan yang saya ambil itu.
Akhirnya pada hari Jum’at bulan Juni 2013 jam 10.00 WIB, saya mengucapkan dua kalimat syahadat yang disaksikan semua jama’ah masjid di LP, termasuk Kalapas dan petugas Lapas lainnya. Setelah mengucap dua kalimat syahadat, kemudian saya mengganti nama saya dengan nama Muhammad Sulaiman. Setelah menjadi muallaf, saya lalu mulai rutin mempelajari Islam secara tradisional selam kurang lebih 7 bulan.
Pada bulan Januari 2014, saya dan 13 orang teman saya dipindahkan ke LP Nusakambangan. Saya ditempatkan sendirian di Pulau Nusakambangan dan terpisah dengan ke 13 teman saya lainnya. Alhamdulillah saya ditempatkan dalam salah satu LP Nusakambangan yang kondusif kegiatan keIslamannya sehingga saya bisa meneruskan mempelajari Islam disini.
Di LP inipun saya bertemu dengan kawan-kawan tahanan kasus terorisme. Dengan mereka, saya kembali mempelajari Islam yang sesuai dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta sesuai manhaj dan pemahaman para shahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di Pulau Nusakambangan, saya juga mulai belajar iqro yang di LP sebelumnya saya belum sempat mempelajarinya. Dan Alhamdulillah, sekarang ini saya sudah bisa membaca Al-Qur’an.
Napi Mujahid Berakhlaq Baik & Tidak Seperti Pemberitaan Media Massa
Disitu, saya pun bergaul dengan ikhwan-ikhwan mujahidin yang didakwa dengan kasus terorisme dan para santri binaan lainnya yang merupakan murid seorang napi mujahidin. Subhanallah, akhlaq dan pergaulan mereka sangat berkesan bagi saya, penuh hormat dan sopan dengan orang lain, banyak membantu ketika ada yang kesulitan dan masalah, dan juga ukhuwah mereka terhadap tahanan Muslim lainnya sangat kuat.
Inilah yang merubah pandangan saya selama ini tentang ikhwan-ikhwan mujahidin ini (pemerintah Thoghut menyebut mereka sebagai teroris). Kesan saya sebelum bertemu para mujahidin adalah kejam, menakutkan, tidak bisa bersosialisasi dan kejelekan lainnya sebagaimana digambarkan oleh kebanyakan media massa cetak maupun elektronik selama ini.
Tetapi setelah saya bergaul langsung dengan mereka, nampak keluhuran akhlaq dalam pergaulan mereka, dan nampak juga keteguhan mereka dalam berpegang dengan kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah. Selama satu tahun kurang lebih saya bergaul dengan mereka, tidak nampak dimata saya dari sikap dan perilaku mereka yang melanggar aturan dan bersikap tidak baik kepada siapapun.
Akhlaq para mujahidin sangat baik dan bisa menjadi contoh bagi setiap muslim. Saya bersyukur kepada Allah ta’ala telah diberikan kesempatan untuk mengenal secara langsung para mujahidin dan bisa belajar mengenal Islam yang benar. Alhamdulillah..
Jadi menurut saya, opini buruk tentang para mujahidin yang tersebar di berbagai media massa itu tidak benar dan sangat bertolak belakang dengan kenyataannya, dan yang ada semuanya pemutarbalikan fakta, dan juga pembunuhan karakter terhadap para mujahidin dan Islam itu sendiri..!!
Mereka adalah orang-orang yang berusaha berjuang meninggikan agama Allah dan berusaha berdakwah membersihkan keyakinan umat dari berbagai kesyirikan dan keyakinan kufur. Mereka adalah orang-orang yang ikhlas beramal untuk kebaikan aqidah umat. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang didzholimi. Semoga Allah Ta’ala memudahkan semua urusan mereka dan urusan kaum Muslimin. Aamiin…
Disini, saya dan teman-teman lainnya mendapatkan kenikmatan dalam beribadah, sholat tepat waktu dan berjama’ah, sholat malam dan biasa puasa senin kamis atau puasa daud. Alhamdulillah…
Kami juga rutin olahraga sehingga semuanya bisa menjaga kesehatan hati dan fisik. Inilah kenikmatan dan ketenangan hidup yang saya rasakan sekarang ini. Terhadap kasus yang menjerat saya, saya pun tidak seperti dulu lagi, sekarang sepenuhnya saya berserah diri kepada Allah Ta’ala dan semoga Allah Ta’ala memudahkan semuanya bagi saya. Aamiin…
Harapan saya ke depan, semoga saya bisa lebih mendalam lagi mempelajari Islam ini serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Semoga saya bisa teguh dan komitmen dengan Islam ini dan bisa menjadi imam yang baik bagi keluarga saya, serta saya berharap dan berdoa kepada Allah Ta’ala semoga ibu dan saudara saya pun bisa mendapatkan hidayah Islam sehingga bisa menjadi bekal bagi kehidupan setelah mati nanti di akhirat dan merasakan ketenangan hidup di dunia dan akhirat nanti. Semoga, mati saya nantinya juga husnul khotimah. Aamiin…
Terakhir, Alhamdulillah segala puji bagi-MU ya Allah atas semua nikmat iman ini. Semoga saya dan juga kawan-kawan yang lain bisa istiqomah mengikuti jejak salafush-sholeh dan mujahidin dalam berjuang meninggikan agama-MU yang Haq ini. Aamiin,, Sholawat dan salam semoga tercurahkan selalu untuk Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan semua shahabat beliau. Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin.. [edt; GA]