Oleh: Abdul Ghoni
(Panjimas.com) – Bismillah.. Alhamdullilah wash-shalaatu was salaam ‘alaa Rasulillah wa ‘ala ahlihi wa ashhaabihi ajmaa’in…
Alhamdulillah ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan berupa nikmat iman maupun Islam yang senantiasa membuat aku berbahagia. Sebuah kebahagiaan yang tidak akan bisa dibandingkan dengan apapun yang ada didunia ini.
Mulai dari menapaki untuk selalu komitmen dan keteguhan dalam iman dan Islam telah mengajarkan aku untuk bersikap sabar dan qona’ah atas setiap keterbatasan dan kekurangan yang aku alami saat ini, wallahu a’lam..
Aku pernah mendengar bahwa, “Barangsiapa komitmen dalam tauhid dan Islamnya, maka Allah akan mengujinya, antara lain akan diuji imannya dengan mengambil 1 per 1 perkara yang kita cintai, baik itu berupa harta, jabatan maupun orang-orang yang kita cintai, demi untuk memilah yang terbaik untuk kita”. Mungkin hal ini yang sedang aku jalani dalam upaya untuk tetap istiqomah diatas dien (agama) yang haq (benar dan lurus) ini.
Namaku Quin, begitulah mereka kawan-kawan kalau memanggilku. Aku asli Sunda, berasal dari Bogor, berperawakan kecil dan tinggiku tidak lebih dari 145 cm, berwatak keras, anarkis, arogan dan sangat loyal atas apa yang kuyakini di hati. Namun sekarang ini aku lebih senang dipanggil dengan nama Abdul Ghoni Al Muwahhid.
Dulu aku berjuluk batosai sang pembantai. Mungkin karena keberanian dan seringnya aku berantem cuma untuk membela teman-teman tanpa melihat benar atau salah, walau akhirnya aku sering dan harus terlibat masalah dengan polisi, dan itu semua cuma untuk mendapat satu kata dihadapan orang lain, yaitu jagoan.
Aku berasal dari keluarga broken. Kedua orang tuaku bercerai sebelum usiaku genap 1 tahun. Kemudian aku diurus nenek dalam suasana penuh tekanan dan kurangnya kasih sayang. Aku merasa kehilangan apa yang seharusnya aku dapatkan, yaitu keutuhan keluarga dan kasih sayang dirumah. Akhirnya aku menjadikan jalanan sebagai rumahku, karena di jalanan aku menemukan kebebasan.
7 tahun yang lalu tepatnya pada bulan Januari 2008, aku membunuh orang untuk yang ketiga kalinya. Aku membunuh seorang preman karena aku ingin menyelamatkan cewek yang aku suka dari pemerkosaan preman itu.
Pada pertengahan bulan Januari aku ditangkap polisi. Selama satu minggu aku digebugin dan disiksa polisi tidak henti dalam keadaan diborgol kebelakang tanpa pakaian. Kemudian aku ditempatkan di ruangan tanpa atap, panas dan kehujanan setiap saat.
Selama 1,5 bulan di Polres, kemudian aku dipindah ke LP Paledang Bogor, my home sweet home ku, penjara bagiku adalah rumah kedua setelah jalanan. Aku anggap begitu karena seringnya aku keluar masuk penjara. Kalau bahasa didalam penjara adalah R, dan ini adalah masuk penjara untuk yang ke 5 kalinya dan aku divonis 15 tahun penjara.
Di dalam LP aku hampir setiap hari harus memukul dan memeras orang untuk bertahan hidup. Karena dianggap biang kerok dan suka membuat masalah, maka aku di pindah ke LP Cirebon. Sampai di LP Cirebon, aku harus kembali menghadapi masalah sehingga sampai 3 kali di sel tikus, karena berantem dengan orang yang berpengaruh, bos genk di LP Cirebon.
Namun setelah itu ‘kejayaan’ mulai datang kepadaku, dari mulai banyak harta melalui tipu sana sini, aku diangkat jadi KS/Kepala Suku Sunda atau sebutan dipenjara untuk Ketua Genk asal daerah napi. Bahkan aku mulai bisnis narkoba, maka aku punya banyak harta,tahta dan kekuasaan, punya banyak anak buah. Kerjaanku cuma mabok, judi, menipu. Pokokne maksiat terus setiap hari. Akhirnya karena aku dianggap membahayakan petugas dan tahanan yang lain, maka aku kembali dipindah ke salah satu LP di Pulau Nusakambangan.
Ketika sampai di Nusakambangan, aku merasa sendiri dan kehilangan taring, karena dipindah sendiri dan tidak bawa apa-apa. Aku fikir tidak ada lagi yang bisa aku perbuat disini. Ternyata harta, tahta dan kekuasaan yang aku punya selama di LP Cirebon tidak pernah setia mengikuti kemanapun tuannya pergi.
SAAT KERESAHAN, KESULITAN & KELEMAHAN MELANDA, HIDAYAH DATANG MENYAPA
Alhamdulillah… Hidayah Datang Menyapaku. Pada akhir Desember 2013 kerusuhan terjadi di LP Nusakambangan. TNI dan polisi dengan senjata lengkap masuk ke dalam LP untuk merazia semua barang tahanan, dikumpulkan di lapangan dan dibakar habis semua barang-barang tersebut hingga tidak tersisa sama sekali, dan hanya tinggal pakaian yang ada di badan.
Ada beberapa kawan-kawan napi yang melawan, dan aku termasuk 48 orang yang melawan dan keras kepada petugas dalam kerusuhan tersebut. Maka aku kemudian diambil polisi dan digiring ke sel tikus dalam keadaan telanjang dan dipukuli. Beberapa bulan kami semua di sel dan dihinakan para petugas Anshor Thoghut!!!
Namun ditengah kelemahan, tersiksa dan terdzholimi, mulai nampak hikmah dari kejadian ini. Selama di sel itulah Allah menurunkan hidayah-Nya, alhamdulillah. Aku mulai shalat walau hanya pakai karung beras untuk menutupi udel (pusar -edt) dan lutut doank.
Selain itu, aku juga mulai membaca dan mentadaburi Al Qur’an, aku mulai membaca buku tauhid, khususnya buku risalah materi tauhid. Karena para ustadz dari kasus terorisme ada yang mengirimi kami buku-buku tersebut. Bahkan ditempat ini, aku sering menangis dalam shalat malam karena takut kepada Allah akan dosa-dosa yang pernah aku perbuat.
Dari situlah aku mulai bertekad untuk bertaubat kembali kepada Allah. Aku fikir dosa apa sieh yang belum aku lakuin??!! Dari dosa kecil seperti mencuri sampai dosa syirik pernah aku perbuat, astaghfirullahal ‘adzhiim. Cuma satu yang belum pernah aku alami, yaitu menjadi orang yang baik.
Setelah selama 2,5 bulan di sel aku pun kembali ke blok. Alhamdullilah Allah mendengar do’a dan tekadku dengan mendekatkan aku dengan ikhwan-ikhwan para ustadz dari kasus terorisme, yang menurut aku mereka bukan teroris. Mereka para mujahidin yang berjuang membela agamanya.
Aku mulai bergaul dengan para ikhwan dan mengikuti kajian-kajian mereka. Aku mulai dekat dan banyak bertanya ke ikhwan disini, karena ciri-ciri Allah menyayangi hamba-hambaNya adalah mendekatkan kita dengan orang-orang sholeh dan menjauhkan kita dari ahli maksiat.
Mereka mengajari aku tentang agama ini sesuai Al Qur ‘an dan Sunnah, mengajak kepada kebenaran Islam. Carilah dan kenali kebenaran itu maka engkau akan mengetahui siapa pembawa kebenaran itu. Aku ingat sebuah hadits yang diajarkan salah seorang ustadz tersebut, khiyararukum fil jaahiliyah khiyaarukum fil Islam idza faqihuu,
“Siapa diantara kalian yang terbaik ketika jahiliyyah, maka dia akan menjadi terbaik ketika berpegang dengan Islam, apabila mereka faham akan Islam yang benar”, HR. Bukhori dan lainnya. Inilah yang membuat aku tambah semangat untuk berkomitmen dengan Islam.
Aku ingin menjadi dan berbuat yang terbaik untuk Islam. Dengan taufiq dari Allah Ta’ala dan atas bimbingan dari mereka para ikhwan-ikhwan mujahidin, kini aku mempunyai cita-cita dan tujuan yang sama dengan mereka, yaitu menegakan kalimatullah dan syahid di jalan Allah.
Entah bagaimana, Allah Ta’ala selalu saja menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku melalui mereka para ikhwan. Entah kenapa pula Allah Ta’ala selalu meyakinkanku disaat ragu dan lemah dengan menunjukan kejadian-kejadian yang tidak terduga melalui para ikhwan tersebut. Dan selalu saja Allah Ta’ala menunjukan kebenaran dengan sesuatu yang diluar akal manusia berkat kefahaman dan bimbingan para ikhwan dan ustadz mujahidin ini.
Semoga ini semua menjadi petunjuk dan hidayah dari Allah Ta’ala bagiku dan kepada kawan-kawan yang lain untuk tetap komitmen dan istiqomah diatas agama yang haq ini. Semoga kisah nyata ini pula dapat menjadi renungan dan inspirasi bagi kita semua, umat Nabi Muhammad SAW untuk selalu berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunnah. Aamiin… [Edt; GA]