Inspirational Words from a Shahid
(Kata-kata Inspirasi dari Seorang Syuhada)
Oleh: Al Hayat Media Center, DABIQ Magazine edisi 3
Alih Bahasa: Abu Tsabitah
بسم الله الرحمن الرحيم
PANJIMAS.COM – Berkaca kepada keadaan emosi yang digambarkan oleh Asy-Syahid Abū Dujānah al-Khurāsānī (semoga Allah menerimanya), yang selama bertahun-tahun dalam hidupnya mencari sebuah jalan untuk berjihad, sampai akhirnya para musuh islam sendirilah yang –dengan rahmat Allah- menempatkan dirinya d iatas jalan itu. Beliau kemudian mengambil keuntungan dari makar mereka untuk menghancurkan wajah-wajah mereka sendiri, berhasil membunuh sejumlah salibis Amerika dan agen-agen murtad mereka.
Abū Dujānah al-Khurāsānī (semoga Allah menerimanya) berkata, “Dari setiap kematian yang aku ketahui, aku dapat mati. Dari setiap penyakit yang aku ketahui, aku dapat jatuh sakit. Dari setiap tahun yang berlalu dalam hidupku, aku akan semakin tua. Inilah Sunnatullah mengenai para qa’idin (mereka yang duduk dan meninggalkan jihad). Aku mengenal betul kondisi ini. Ini adalah sebuah kondisi yang disebut dengan “kematian secara halus (perlahan).’ Oleh karena itu, kata-kataku akan sirna jika aku tidak menebusnya dengan darahku. Emosiku akan padam jika aku tidak membakarnya dengan kematianku. Apa yang aku tulis ini akan bersaksi atas diriku kelak jika aku tidak membuktikan bahwa aku bukan orang munafik. Tidak ada satupun kecuali hanya dengan darah yang dapat sepenuhnya memastikan adanya bukti itu. Jika Allah mentaqdirkan kalian untuk masuk ke sebuah kota dimana kata-kata dan perasaanku itu tinggal didalamnya, kalian akan menemukan foto-fotoku tergantung pada dinding-dinding dan tiang-tiang, dan dibawah fotoku itu tertulis, ‘Wanted – Dying or Dead (Dicari – sekarat atau mati)’” [Matā Tashrab Kalimātī min Dimā’ī].
Beliau (rahimahullah) juga berkata, “Kecintaan ini [terhadap jihad], bagi mereka yang tidak mengetahuinya, membuat pahit hidup para “qa’id” (mereka yang duduk dan meninggalkan jihad) dan menghancurkan kesenangan mereka. Tidak seorangpun yang akan memahami kata-kataku kecuali bagi seseorang yang berada dalam kondisi yang sama sepertiku. Jika kecintaan terhadap jihad sudah merasuk pada hati seseorang, maka rasa ini tidak akan meninggalkan dirinya, walaupun jika dia telah berharap seperti itu. Jika dia berusaha untuk melupakan atau berpura-pura lupa, maka gejala-gejalanya akan semakin memberatkan dan kondisinya akan semakin sulit. Dia akan mendapati dirinya dikelilingi dengan segala sesuatu yang mengingatkan dia terhadap jihad. Orang-orang biasa berkata, ‘terkadang cinta membunuhmu’. Aku tidak mendapati kebenaran atas perkataan itu kecuali dengan ‘kecintaan terhadap jihad’, karena cinta ini akan membunuhmu dengan penyesalan jika kalian memilih untuk duduk dan meninggalkan jihad, atau cinta ini dapat membunumu, membuat dirimu menjadi seorang syuhada fi sabilillah jika kalian memilih untuk menjawab seruan jihad. Kalian hanya dapat memilih salah satu dari dua macam kematian itu.
Kondisi ini mungkin menggambarkan satu dari sekian banyak pengalaman keseharian setiap Muslim. Yang mana tidak ada solusi atasnya kecuali dengan mengambil langkah pertama menuju jihad – (yaitu dengan) Hijrah. [DABIQ Magazine Issue 3, Hal. 28]