BEKASI (Panjimas.com) – Ustadzah muda bernama Cut Masyitah Majid, da’iyah asal Aceh ini tidak bisa lagi berdakwah membina jamaah pengajian yang diasuhnya. Da’iyah muda ini hanya bisa terbaring di ruang perawatan intensif intermediate karena komplikasi penyakit jantung bocor, gangguan liver dan ginjal. Anak didik dan jamaah pengajian pun merindukan kehadirannya.
Berbekal ilmu yang ditimba dari Pondok Pesantren (Ponpes) Darusy-Syahadah Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), Cut Masyitah menjadi sosok yang giat berdakwah, meski sudah dikaruniai dua orang putri, Syaema (5 th) dan Rumaisha (3 th).
Ujian Allah datang menerpa tiga tahun yang lalu. Usai melahirkan anak kedua, Cut Masyitah mengalami gangguan jantung hingga saat ini. Menurut diagnosa dokter, Cut Masyitah mengalami pembengkakan jantung dan kebocoran katup jantung. Sejak saat itu pengobatan jantung Cut Masyitah terus berlanjut hingga saat ini.
Namun kondisinya makin hari semakin sulit, karena penyakit jantungnya diperparah dengan komplikasi penyakit lainnya yakni gangguan ginjal dan liver. Terakhir, dua pekan lalu Cut Masyitah dilarikan ke ICU RS Tiara Bekasi, tapi dokter merujuknya ke RS Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Karena komplikasi dengan ginjal dan liver, ia pun kembali dirujuk ke rumah sakit umum penyakit dalam. Masyitah pun dilarikan ke RS Mitra Keluarga Bekasi.
“Dua hari di sana jantungnya kembali stabil, namun ginjal dan liver mengalami gangguan. Lalu dianjurkan dirawat di rumah sakit umum penyakit dalam. Sejak seminggu dia belum bisa buang air seni, jadi cairan tubuh sangat tinggi,” ujar Abdul Hamid, suami Cut Masyitah kepada Relawan IDC, Sabtu (23/8/2014).
Perawatan di rumah sakit ini cukup bagus, tapi terkendali biaya yang sangat mahal. Baru dua hari dirawat di ruang pengawasan intensif intermediate, biaya pengobatan sudah melonjak di atas Rp 30 juta. Pihak keluarga diharuskan menyetor dana deposit minimal Rp 10 juta.
“Sejak dirawat di Rumah Sakit hari, biaya sudah lebih dari 30 juta. Sekarang, setiap hari mau tidak mau saya diminta menyetor deposit minimal 10 juta rupiah,” tambahnya.
Meski bebannya terlalu berat, Abdul Hamid tak putus asa. Kepribadian sang istri yang begitu shalihah, memacunya banting tulang sekuat tenaga berusaha mencari biaya pengobatan. Segala ikhtiar diupayakan guna kesembuhan sang istri tercinta, agar sembuh, sehat dan kembali berdakwah seperti sedia kala.
“Dia bukan hanya sosok istri, tapi juga seorang da’iyah. Dia sosok yang sangat dikagumi banyak orang, dari SD, SMP, SMA, kuliah, pesantren, dan hidup bertetangga nyaris tidak ada yang membencinya. Siapapun yang mengenalnya akan merasa nyaman dan menyukainya. Dia sosok yang ramah tapi juga pemberani, tidak kenal menyerah, tabah, sabar dalam penderitaan dan kekurangan,” papar Abdul Hamid.
Cut Masyitah binti Teuku Abdul Majid binti Teuku Syamaun atau lebih dikenal Cut Masyitah Majid, lahir 28 tahun silam di Lhokseumawe Aceh Utara, Basis Samudera Pasai tempo dulu.
Ia dibesarkan di lingkungan religius yang sangat menjunjung tinggi dakwah tauhid dan jihad. Setamat SMA, ia kuliah di Universitas Al-Muslim Bireuen Aceh, namun hanya sampai semester 2. Ia bersama kedua adiknya, Teuku Muhammad Yasser dan Cut Syarifah Aini hijrah ke Solo untuk memperdalam agama Islam. Mereka mondok di Ponpes Darusy-Syahadah, Boyolali.
Usai nyantri di Darusy-Syahadah memilih menikah, membina rumah tangga sembari berdakwah. Berbagai sifat kebaikannya, membuat Cut Masyitah dirindukan oleh anak didik dan jamaah pengajian. Dia menjadi inspirator bagi siapa saja yang mengenalnya, kuat menjaga amanah, dan tempat curhat bagi banyak orang.
DONASI PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Musibah yang dialami Ustadzah Cut Masyitah Majid adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. (Muttafaqun ‘Alaih)
Bantuan kepada Ustadzah Cut Masyitah insya Allah sekaligus mendukung aktivitas dan kemajuan dakwah. Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…”. (HR Muslim)
Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan Ustadzah Cut Masyitah bisa mengirimkan donasi ke program Dana Infaq Darurat (DINAR) IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
- Bila biaya pengobatan Ustadzah Cut Masyitah Majid sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
- PIN BB: 2AF8061E