Sudah empat bulan Ulandari menahan perih pedihnya luka dan patah tulang kaki kirinya. Pasca operasi dua kali, pengobatannya terhenti karena kendala dana, ibunya seorang single parent tanpa suami yang bekerja serabutan dengan gaji Rp 250.000 perbulan.
Kini kondisi luka di kakinya parah menganga hingga tulang kering dan pen terlihat dari luar. Bahkan daging di tendon kakinya mulai membusuk dan membuat jari dan tumit kakinya tak bisa digerakkan lagi. Jika tidak segera dioperasi, Ulandari terancam akan kehilangan kaki kirinya.
Ayo bantu pengobatan mahasiswi Akademi Dakwah ini, agar bisa mengejar cita-cita sebagai mujahidah dakwah.
KARTOSURO SOLO, Infaq Dakwah Center (IDC) – Widati Sri Ulandari (22) hijrah ke Solo, Jawa Tengah untuk mengejar cita-cita sebagai juru dakwah (daiyah-mujahidah) yang siap diterjunkan berdakwah syiar Islam ke berbagai daerah. Sebagai anak sulung, ia ingin menjadi teladan bagi keempat adiknya untuk hidup survive di jalan Allah. Ia tidak ingin menjadi beban bagi ibunya, seorang single parent yang bekerja serabutan dengan gaji Rp 250.000 perbulan.
Pilihan menuntut ilmu di Akademi Dakwah Kampus Islamic Center Pabelan Solo Jawa Tengah, karena mahasiswi calon dai/daiyah di sini digembleng dengan ilmu dakwah, menghafal Al-Qur’an dan ketrampilan komputer. Sehingga ketika lulus kuliah program dua tahun, ia memiliki kompetensi dan siap diterjunkan untuk mandiri berdakwah di masyarakat.
Ulandari mengalami kecelakaan parah pada Selasa (11/9/2017) silam saat dibonceng kawannya sesama mahasiswi asal Bengkulu. Peristiwa nahas terjadi karena sepeda motor yang dikendarai Yesi (mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta–UMS) mengalami rem blong dan tersungkur ke dalam jurang di Tawangmangu Karanganyar. Akibat kecelakaan tunggal itu, kaki kiri Ulandari mengalami patah tulang dan tak sadarkan diri.
“Saya dibonceng motor teman saya, qadarullah remnya blong. Saat melalui jalan yang menurun tajam, motor berpapasan dengan mobil dari depan. Kawan saya memilih menghindari mobil, malah akhirnya masuk jurang. Saya sudah tidak sadar, tahunya pas sampai di Puskesmas,” kenangnya kepada Relawan IDC, Kamis (18/1/2018).
Sehari berikutnya, Ulandari dilarikan ke Rumah Sakit Kustati Pasar Kliwon, Solo, untuk dilakukan operasi pemasangan pen dan menyusun kembali tulang kaki kirinya yang patah. Karena patah tulangnya begitu parah, ia pun menjalani dua kali opname dan dua kali operasi. Beberapa kali operasi berikutnya terhenti karena terbentur biaya.
…Jika dibiarkan, Ulandari bakal kehilangan kaki kirinya. Ayo bantu pengobatan mahasiswi ini, agar bisa mengejar cita-cita sebagai mujahidah pejuang dakwah…
Selama 12 hari pengobatan di RS Kustati, semua biaya pengobatan Ulandari ditanggung oleh Jasa Raharja. Sayangnya, biaya operasi di rumah sakit yang sangat tinggi, sehingga asuransi dari Jasa Raharja tidak mencukupi.
Terbentur biaya operasi lanjutan, Ulandari pun memilih rawat jalan dan menginap di Asrama Islamic Center. Hampir empat bulan rawat jalan, kondisi luka Ulandari malah semakin parah. Luka di tendon kaki membusuk dan membuat jari dan tumit kakinya tak bisa digerakkan.
Saat ini Ulandari berhenti kuliah sementara untuk fokus pada pengobatan. Ditemani sang bunda, ia tinggal di kos-kosan 3 x 2,5 meter yang bertarif 500 ribu rupiah perbulan.
KASIH BUNDA TAK BERTEPI, SINGLE PARENT YANG TANGGUH
Untuk membantu perawatan selama pengobatan, Bu Katrin, ibunda Ulandari datang langsung dari Bengkulu untuk mengurus berbagai keperluan selama proses pengobatan.
Begitu mendengar anaknya mengalami musibah, Katrin pontang-panting mencari pinjaman uang untuk biaya membeli tiket dari Bengkulu ke Solo sebesar 1 juta rupiah. Bersama kedua anaknya ia meluncur ke Solo, sedangkan kedua anaknya lainnya ikut sang nenek di Bengkulu.
Selama empat bulan di Solo, Katrin berjuang keras mencari nafkah untuk membayar sewa kost, kebutuhan makan sehari-hari dan biaya berobat. Single parent berusia 40 tahun ini bekerja serabutan mulai membantu membersihkan rumah dan buruh mencuci baju dari pemilik kost yang ia tempati saat ini.
“Setiap hari saya yang merawat luka Ulandari. Sekarang sudah ada bau busuk di lukanya itu. Mulai ganti perban dan setiap empat jam sekali disemprot cairan infus NHCL,” ujarnya sedih.
Katrin yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga sangat berharap ada muhsinin yang terpanggil membantu biaya pengobatan anaknya. Saat ini Ulandari harus segera menjalani operasi ketiga untuk menutup luka menganga di kaki kiri dan memindah posisi pen. Menurut dokter, biaya operasi diperkirakan mencapai 14 juta rupiah. Jika dibiarkan besar kemungkinan Ulandari bakal kehilangan kaki kirinya, dan ini yang tidak diharapkan.
“Seharusnya tanggal 9 kemarin Ulandari dioperasi. Tapi tidak bisa karena tidak ada biaya. Saya ingin operasi ketiga bisa untuk nutup luka menganga itu dan pindah pen agar kaki bisa menapak juga membersihkan serpihan tulang yang menyelip ke daging,” harapnya.
…Ujian yang diderita Ulandari adalah beban kita juga, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga…
INFAQ DARURAT PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Ujian berat yang diderita saudari kita Ulandari adalah beban kita juga, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya…” (HR Muslim).
Donasi untuk membantu pengobatan Widati Sri Ulandari bisa disalurkan melalui program INFAQ DARURAT ke Rekening IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: www.infaqdakwahcenter.com.
- Bila biaya pengobatan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08122.700020.
https://youtu.be/hoNunwhRjGk