JAKARTA (Panjimas.com) – Guru Besar Universitas Pertahanan, Prof Dr Salim Said memaparkan bahwa Indonesia yang jauh tertinggal dari negara tetangga, disebabkan oleh para pejabatnya yang tidak takut Tuhan. Ia pun menguraikan secara singkat persoalan tersebut.
Selanjutnya, pengamat militer itu juga menyampaikan bahwa konsep perjuangan kemerdekaan tak lepas dari peran ulama kaum Muslimin.
Awalnya, perlawanan terhadap penjajah Belanda hanya dikomando oleh para raja di berbagai daerah. Namun kemudian berubah, menjadi perjuangan bersama (konsep “kita”) semenjak perang padri. Hal itu disampaikan oleh Salim Said dalam acara Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, dengan mengusung tema “TNI, Islam dan Kedaulatan Bangsa” pada hari Jum’at (6/10/2017).
Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih dan lain-lain. Kaum adat yang terdesak kemudian melibatkan Belanda, yang ternyata justru mempersulit keadaan dan melakukan penjajahan.
Kepulangan tiga orang Haji dari Mekkah sekitar tahun 1803, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang, menjadi ulama yang berpengaruh saat itu dan ingin memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna dijalankan oleh masyarakat Minangkabau. Cerita selengkapnya diuraikan oleh Salim Said dalam video berikut ini. [AW]