Tanpa didampingi ayah dan bunda, setiap saat Ahmad Faizal Husain (21) menahan perihnya penyakit tumor ganas di wajah kirinya. Daging tumor dengan luka menganga itu menutupi separo wajahnya. Badannya lemah dan kurus, lalu drop out dari Pesantren Nurul Iman Leuwiliang Bogor.
BEKASI, Infaq Dakwah Center (IDC) – Faizal terlahir normal di Depok pada 17 Januari 1996. Seperti anak-anak sebayanya, ia tumbuh normal hingga remaja. Musibah penyakit datang tiba-tiba dua tahun silam. Tahun 2015, saat menghadiri hajatan salah satu kerabatnya di Yogyakarta, Faizal merasakan awal tumor ganas dalam hidupnya.
“Waktu itu saya sakit, seperti pilek, badan panas. Dicek ke klinik, katanya ada benjolan di hidung, terus disuruh pulang ke Jakarta. Terus berobat ke Rumah Sakit Koja, ke THT. Lalu diminta sampel daging di hidung. Hasilnya, saya bukan polip atau pilek biasa, tapi tumor,” kata Faizal kepada Relawan IDC di rumah kontrakannya, Desa Sriamur, Tambun Bekasi, Jawa Barat, Sabtu lalu.
Bak disambar petir, Faizal terkejut bukan kepalang mendengar hasil diagnosa tumor dari dokter. Ya Allah, betapa berat ujian hidup ini. Tak mau pasrah begitu saja, berbagai ikhtiar pun dilakukan dengan berobat ke beberapa rumah sakit.
“Saya kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Persahabatan, di situ dirawat intensif sampai selesai operasi di sana. Tapi saya menolak kemoterapi, karena itu saya kemudian dirujuk ke RSCM karena di sana alatnya lebih lengkap,” sambungnya.
Seiring berjalannya waktu, tumor ganas Faizal terus membesar tanpa henti. Tumor yang bermula dari hidung itu tumbuh begitu cepat dan terus membesar. Kini, daging tumor dengan luka menganga itu menutupi separo wajahnya. Saat ditangani di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, beberapa dokter spesialis sudah berusaha maksimal untuk menentukan tindakan terbaik yang akan diambil.
“Di RSCM sudah sebesar ini, dokter ada yang menyanggupi, tapi mungkin ada yang ragu atau gimana, mereka rapat, ada dokter mata juga sudah ngukur, tapi keputusan ada di dokter poli THT. Akhirnya diputuskan tidak jadi operasi, lalu disarankan kemo dan radiasi. Dari situ proses bertele-tele, badan saya semakin lemah, tidak kuat,” ungkapnya sedih.
Faizal menyadari bahwa proses pengobatan penyakit tumor yang dideritanya bukan hal mudah. Setiap kali berobat, ia harus mondar-mandir melakukan berbagai pengecekan, sesuai saran dokter. Namun apa daya, kondisi Faizal semakin lemah digerogoti tumor yang diperkirakan sudah menjalar di sekujur tubuhnya.
HADAPI MUSIBAH TANPA DIDAMPINGI AYAH DAN BUNDA
Beban musibah tumor yang dihadapi Faizal terasa semakin berat karena ia tak didampingi ayah dan ibunya. Bisa dikatakan, Faizal memang berlatar belakang keluarga broken home.
Sang ayah, Andri Husain, 20 tahun silam meninggalkan keluarga tanpa kabar dan tanpa nafkah apapun sejak Faizal berusia satu tahun. Sedangkan sang ibu terpaksa meninggalkan rumah sejak 2012 untuk menyelesaikan kewajiban lainnya.
Beruntung, Faizal masih memiliki seorang nenek yang baik dan tulus. Nenek Supriyatinah (65) dengan ekstra sabar merawat dan menemani Faizal bertarung nyawa melawan tumor ganas yang dideritanya.
“Sebenarnya, Faizal itu dari kecil malah jarang sakit. Saya juga kaget, sudah dua tahun sejak 2015 itu dia sakit, saya bawa ke Rumah Sakit Koja,” terang Nenek Supriyatinah kepada Relawan IDC.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia berdagang kue dadar gulung yang dibuatnya di rumah kontrakan minimalis. Wanita sepuh ini harus banting tulang karena uang hasil pensiunannya masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kontrakan rumah, biaya hidup dan biaya berobat cucu tercintanya.
MIMPI FAIZAL, SEHAT DALAM KELUARGA YANG UTUH
Dua tahun sudah, Faizal berjuang memburu kesembuhan melalui berbagai ikhtiar pengobatan. Dari pembaringan, ia senantiasa berdoa dan bersyukur kepada Allah atas ujian ini, sembari melakukan perenungan introspeksi diri, mengapa Allah memberinya ujian berat dengan penyakit tumor ganas.
“Saya sakit, saya berkaca diri, pasti ada sebabnya. Dari situ saya mikir, mungkin saya punya salah ke orang tua. Atau (lalai) janji-janji saya sama Allah,” ujar Faizal.
Faizal merasa sedih bila teringat ketika dirinya sehat, sering berbuat dosa kepada orang tua. Selain kesembuhan, Faizal juga berharap semoga ujian penyakit ini menjadi penghapus dosa-dosanya.
“Saya minta sama Allah, sembuhkan saya. Berikan saya jalan untuk bertaubat menjadi orang yang baik. Saya ingin tunjukin kalau saya tidak seperti dulu lagi, tidak nyusahin, tidak bikin orang tua nangis. Itu saja yang saya ingat dan saya sesalkan,” kenangnya.
Faizal berusaha untuk teguh dan sabar atas ujian yang menimpanya. Di sisi lain, meski dalam kondisi sakit, Faizal memiliki cita-cita mulai, ia masih berpikir bagaimana caranya bisa membantu orang tua dan neneknya.
“Saya harapannya sembuh, bisa kerja, bikin warung kecil di depan rumah, itu saja. Nggak perlu muluk-muluk punya rumah mewah, kendaraan bagus, nggak penting. Yang terpenting keluarga saya utuh, kami bertiga sehat semuanya,” ucapnya.
INFAQ DARURAT PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Meski tubuh Faizal semakin lemah dan hanya bisa beristirahat di rumah, namun ikhtiarnya untuk sembuh dari tumor ganas tak pernah pupus. Setiap pekan ia harus berobat ke Pandeglang Banten. Alhamdulillah selama ini urusan transportasi dibantu salah seorang anggota Hilal Merah Indonesia (HILMI) FPI.
Alhamdulillah, menurut pihak keluarga, setelah berobat ke Pandeglang Faizal ada perubahan membaik. Namun karena proses pengobatan belum diketahui berakhir sampai kapan, keluarga Faizal berharap agar IDC bisa membantu fasilitas untuk transportasi Faizal berobat ke Pandeglang secara rutin.
Tahap awal, IDC telah menyampaikan santunan pengobatan sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah). Nenek Supriyatinah menyampaikan ucapan terima kasih kepada IDC atas kepeduliannya terhadap Faizal.
Ujian berat yang diderita saudara kita Ahmad Faizal Husain adalah beban kita juga, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya…” (HR Muslim).
Donasi untuk membantu pengobatan bayi Ummu Azmi bisa disalurkan melalui program INFAQ DARURAT ke Rekening IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syar’iah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: www.infaqdakwahcenter.com.
- Bantuan disampaikan dalam bentuk santunan rutin, biaya kontrakan, biaya hidup dan pengobatan. Bila biaya pengobatan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Video: https://www.youtube.com/watch?v=USWRhd1iXbI
- Info: 08122.700020.