JAKARTA (Panjimas.com) – Budayawan Taufiq Ismail menceritakan masa lalu yang pernah dialaminya, ketika PKI hendak melakukan pembenrontakan yang ketiga kalinya, pada sekitar tahun 1965.
Hal itu disampaikan Taufiq Ismail saat menjadi pembicara dalam Majelis Taqarrub Ilallah Pembaca Suara Islam (MTI PSI), di Masjid Baiturrahan, Jl. Dr. Saharjo No. 100 Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, Ahad (22/1/2017).
“Secara pribadi bagi saya, saya terkena terhadap pengalaman pribadi saya 50 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 1960an sampai 1965, ketika PKI untuk mencoba ketiga kalinya merebut kekuasaan di Indonesia ini. Apa yang mereka lakukan pada waktu itu?” kata Buya Taufiq. (Baca: Budayawan dan Saksi Sejarah Pemberontakan PKI 1965 Khawatir Lihat Kondisi Indonesia)
Sayangnya, kini para saksi sejarah sudah banyak yang wafat, karena peristiwa biadab ini sudah berlangsung lebih dari setengah abad.
“Sudah banyak yang tidak ada lagi di sekitar kita,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, ternyata para eks PKI berupaya mengaburkan sejarah kekejaman yang pernah menghinggapi bumi pertiwi.
“Celakanya lagi, di dalam buku sejarah yang resmi diajarkan di sekolah-sekolah, itu dengan liciknya orang-orang eks PKI itu berhasil meniadakan atau mengaburkan,” ungkapnya.
Soal kekejaman dan kebiadaban komunis, Taufiq Ismail pun membeberkan pembantaian massal yang terjadi saat PKI pimpinan Muso, melakukan pemberontakan di madiun tahun 1948.
“Digiring ke luar kota Madiun, disiapkan sebuah blumbang besar, kemudain kiai kiai dan pamong praja itu disembelih di sana, disembelih beberapa puluh orang,” ungkapnya.
Bentuk tindakan brutal PKI lainnya, Taufiq Ismail menceritakan di Pondok Pesantren Al-Jauhar di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kediri, pada 13 Januari 1965, PII melakukan pelatihan. Pada waktu istirahat, Pemuda Rakyat dan PKI, masuk menyerbu masjid, lalu para pelajar PII itu dibawa ke luar masjid, Al-Qur’an yang ada di dalam masjid diinjak-injak, mereka menyeret pelajar PII dengan berteriak-teriak menghina Islam, menghina Rasulullah.
“Yang mereka tuduh PII ini melakukan tindakan subversif, melawan pemerintah, kemudian dibawa ke kepolisian supaya ditahan,” tuturnya.
Taufiq Ismail kemudian mengungkapkan, bahwa kondisi Indonesia saat ini mirip dengan situasi jelang tahun 1965. (Baca: Jelang Pemberontakan PKI, Ulama Dipenjara dan Aktivis Ditangkapi dengan Tuduhan Subversif)
Ia sangat khawatir, bila itu benar-benar terjadi. Sebab dampaknya akan sangat berbahaya terhadap keutuhan bangsa.
“Saya sebagai orang yang pernah mengalami sejarah lima puluh tahun yang lalu itu betul-betul merasa berdebar-debar,” tuturnya.
Terakhir, karena merasa prihatin dengan situasi dan kondisi bangsa ini, Taufiq Ismail yang pernah menjadi saksi sejarah keganasan PKI tahun 1965, memanjatkan doa dengan khusyu’. (Baca: Kondisi Saat ini Mirip 1965, Doa Taufiq Ismail: Ya Allah, Selamatkan dari Bencana)
“Ya Allah, Rabbana, Rabbana… ini adalah satu perasaan dari seseorang yang pernah mengalami 50 tahun yang lalu dan melihat sekarang, Ya Allah, kok mirip sekali keadaannya, mirip, mirip. Kok sepertinya sejarah itu akan diulang kembali. Mudah-mudahan kita diselamatkan Allah dari bencana ini,” tutupnya. Berikut ini video lengkap kisah bersejarah yang disampaikan Buya Taufiq Ismail. [AW]