JAKARTA (Panjimas.com) – Tim Advokasi GNPF-MUI, ternyata mengungkap sebuah temuan bahwa, ada jenis gas air mata yang sangat berbahaya, yang digunakan aparat saat membubarkan massa Aksi Bela Islam II, pada Jum’at (4/11/2016).
Hal itu disampaikan, Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi 411, H Munarman SH dalam konferensi pers GNPF-MUI di Restoran Pulau Dua, Senayan Jakarta, pada hari Sabtu (5/11/2016).
Bukti selongsong gas air mata yang diperlihatkan dalam konferensi pers tersebut, dikatakan berasal dari jenis gas air mata RED cartridges “Extra strong” 45mg.
“Jadi itu mungkin yang bisa menyebabkan kematian,” kata Munarman.
Parahnya, berdasarkan bukti rekaman video, penembakan gas air dilakukan aparat ke arah para ulama dan massa peserta aksi yang tengah berdoa.
Sementara itu, Ketua Pembina GNPF-MUI menyebut bahwa sikap represif aparat yang memberondong gas air mata ke tengah jutaan massa aksi damai, sebagai bentuk percobaan pembantaian. Pasalnya, di tengah kondisi kekurangan oksigen dan massa penuh sesak, akan menyulitkan mereka menyelamatkan diri.
Namun demikian, Habib Rizieq sendiri dan jutaan kaum Muslimin saat itu bisa tegar di tengah gempuran gas air mata.
Di sisi lain, upaya rekayasa cuaca juga diduga dilakukan, baik dengan menebar garam maupun menggunakan mistik para dukun, agar turun hujan lebat.
Pertanyaannya adalah, mengapa acara Aksi Bela Islam II bisa berjalan dengan lancar sejak pagi hari? Serta, apa yang membuat Habib Rizieq dan peserta aksi mampu bertahan dari gempuran gas air mata? Simak penuturuan Ketua Pembina GNPF-MUI sekaligus Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab berikut ini. [AW]
https://youtu.be/VIZBbqlD8jo