Oleh KH. Bachtiar Nasir
Bismillahirrahmanirrahiim.
Kesyirikan bisa hinggap dalam bentuk dan jalan apa pun. Oleh karena itu, mari kita pelajari cara menutup pintu syirik lewat asma-Nya Al-Malik. Al-Malik adalah asma-Nya yang berarti Allah-lah Sang Maharaja. Sebagaimana kita tahu bahwa penentang-penentang Tuhan biasanya adalah mereka yang berkuasa dan didaulat sebagai raja, sebagai presiden, sebagai amir, atau sebutan lainnya.
Mereka berubah wujud dari raja-raja kecil menjadi tuhan-tuhan kecil karena dibutakan rasa berkuasa. Sementara rakyat tergantung pada agama pemimpinnya. Apabila syirik pemimpinnya maka akan menjadi musyrik pula rakyatnya.
Allah Ta’ala menegaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 23:
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
Dialah satu-satunya Raja, Al-Malik. Dia juga bukan semata-mata sang Raja tetapi juga Al-Qudus dan As-Salam. Ini adalah pengulangan ayat sebelumnya. Pengulangan ini bermakna pentingnya bertauhid. Tentang bagaimana mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya atau ma’rifatullah.
Dalam tafsir As-Sa’di disebutkan bahwa sesungguhnya Allah mengulang keumuman makna ketuhanan yang dimiliki-Nya. Yaitu bahwa Dialah sesembahan dan hanya Dialah Pemilik nama ini, Pemilik sifat ini. Dialah sebagai Al-Malik bermakna dua yaitu Yang Merajai juga Yang Memiliki. Yang Merajai semua raja berikut kerajaan-Nya. Yang Memiliki semua Pemilik berikut yang dimilikinya. Dialah Allah, selain Dia adalah milik Allah. Selain Allah hanyalah hamba sahaya Allah saja.
As-Sa’di mengatakan bahwa alam ini, baik alam yang tinggi seperti alam malaikat dan orang-orang yang disucikan di dalamnya; maupun alam yang rendah seperti yang sedang kita huni saat ini, semuanya adalah hamba dan milik Allah Ta’ala. Kita sebagai manusia bahkan tidak bisa memiliki diri sendiri. Kita semua adalah milik Allah Azza wa Jalla. Kita tidak boleh tunduk pada siapapun kecuali Allah. Kita tidak boleh bertindak semau hati karena diri kita pun bukan milik kita sendiri.
Karena itu, sangatlah melampaui batas para pelaku atau pendukung LGBT yang tidak ingin kelaminnya diatur oleh Tuhannya. Semuanya berangkat dari kekotoran pikiran. Sehingga mereka mengatakan bahwa kelamin saya adalah hak milik tubuh saya. Jika saya ingin menjadikannya sebagai jenis kelamin A, maka itu adalah hak atas tubuh saya sendiri. Padahal Allah telah menciptakan jenis kelaminnya dengan begitu jelas. Manusia adalah mahluk Tuhannya yang tidak dapat bertindak sendiri tanpa izin Penciptanya.
Contohnya Anda memiliki rumah, tapi apa benar Anda memiliki rumah itu? Bukankah Anda tidak memiliki otoritas atas tanah itu sendiri? Bukankah juga harus membayar pajak? Berapa banyak orang terlihat berkuasa sebagai pemimpin, tetapi sebenarnya dia hanyalah boneka dari segolongan orang yang memiliki kekuasaan atau modal di belakangnya?
Allah-lah Yang Maha Memiliki dan tidak bergantung pada apa yang dimiliki. Berbeda dengan kita yang tidak memiliki kecuali atas pengakuan dan tak lagi berstatus sebagai pemilik manakala yang dimiliki hilang.
Allah Maha Memiliki apa pun yang ada di dunia ini dan Allah-lah Maharaja yang menguasai. Sebutlah nama siapa yang pernah menjadi raja di dunia ini; dia pasti membutuhkan orang untuk mengakui kekuasaan dan mendukung kekuasaannya. Allah Al- Malik, tidak membutuhkan semua itu. Allah Maha memiliki dan tidak membutuhkan apa yang dimiliki. Berbeda dengan kita yang memiliki makanan atau uang karena kita membutuhkan semua itu. Dialah yang Maha Menguasai dan Maha Memiliki.
*Pintu Kemusyrikan*
Sementara pintu kemusyrikan itu akan terbuka manakala ia diperbudak oleh apa-apa yang ingin dimilikinya. Bahasa kita “duit” berasal dari nama seorang Jenderal Belanda yang bernama De Witt. Konon, dia adalah orang yang baik. Tak jarang ia membagi-bagikan kupon untuk memperoleh makanan. Karena menyebut nama Jenderal De Witt terasa panjang, maka orang-orang pribumi kemudian melafalkan namanya sebagai duit.
Kini, karena kebutuhan menukar uang dengan makanan inilah, semua orang kemudian menghamba pada duit. Di era modern ini kemusyrikan banyak sekali yang dikarenakan oleh uang dan kekuasaan. Banyak orang yang kemudian mengatakan bahwa segalanya bisa dibeli dengan uang. Padahal, lebih banyak mana antara kebutuhan dengan uang yang tersedia? Juga bandingkan lebih banyak mana kebutuhan yang bisa dibeli dengan uang dengan kebutuhan kita yang tidak bisa dibeli dengan uang? Sinar matahari, detak jantung, oksigen, dan banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Sebelum shalat, saya berusaha menolong teman saya untuk bisa memperoleh perawatan di salah satu rumah sakit yang cukup terkemuka di Jakarta. Namun, apa daya, kesembuhan tidak bisa dibeli dengan uang. Alat-alat media yang canggih pun tidak bisa menolong nyawa seseorang, kecuali dengan izin Allah Ta’ala.
Saya ingin mengatakan bahwa orang-orang yang terkuat dan berkuasa di negeri ini, sejatinya juga orang-orang yang tidak memiliki daya apabila Allah ingin mengambilnya. Contoh, Muhamad Ali yang dulu begitu perkasa, akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa manakala penyakit Parkinson menyerangnya. Tangannnya selalu bergetar hingga akhirnya ia meninggal karena penyakitnya. Oleh karena itu, kita jangan sombong dengan apa yang kita miliki karena hal itu dapat mendatangkan kemusyrikan dan Allah bisa mengambil apa pun yang kita miliki dan kapan saja menurut kehendak-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menolong kita dengan ilmu untuk menutup pintu kemusyrikan. Untuk itu, bila ingin mengenal lebih jauh, kita dapat membuka surat Al-Mulk ayat 1-2 tentang bagaimana Allah memiliki kekuasaan.
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
“Mahasuci Allah yang dalam genggamannya tergenggam segala kekuasaan dan kerajaan. Segala kepemilikan, dan Dia Maha menguasai segala sesuatu. Dialah Pemilik kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.”
Insyaallah, kita akan menyadari bahwa hanya Dialah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa atas segala kehidupan yang kini berlangsung di dunia.