Oleh: Hartono Ahmad Jaiz
(Panjimas.com) – Umat Islam dan para pemimpin Islam serta partai politik (parpol) Islam harus bersatu padu untuk menggagalkan ide gila dan berbahaya (Gubernur Jawa Tengah/Jateng, Ganjar Pranowo –red) yang nantinya dikhawatirkan bisa menjurus pada Budhaisasi Pulau Jawa dan Indonesia.
Ide Abrahah yang ingin mengadakan keramaian di negerinya sebagaimana Ka’bah, dengan membangun gedung Quailis, bahkan dengan jalan ingin menyerang Ka’bah ternyata berakhir dengan azab. Hingga Abrahah dan bala tentaranya hancur. Itulah yang diabadikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Fiil.
Anehnya, ide yang mengakibatkan bencana besar berupa azab itu kini ada yang menirunya, bahkan sampai dipidatokan di depan para kyai.
Di zaman pemerintahan Jokowi ini tampaknya semakin bermunculan aneka keganjilan dari para pejabatnya yang mengandung bahaya. Itupun menyangkut bahaya yang dapat merusak keimanan masyarakat Muslimin. Itulah musibah agama namanya. Artinya, bukan hanya menimpa materi, namun mengancam keimanan (Islam).
Aneh tenan! Menutup kuburan Gunung Kemukus yang jadi sarang pelacuran dan sudah memalukan bangsa Indonesia ke tingkat dunia saja tidak dilakukan. Padahal wilayah di bawah kekuasaan sang Gubernur. Tapi malah akan mewujudkan ide Abrahah yang sudah jelas kena azab hingga hancur lebur.
Dia kira itu ide cemerlang ya? Tak tahunya justru sudah didahului Abrahah, dan sampai mengorbankan diri dan wadyabalanya dengan kematian yang sangat mengenaskan. Untuk mengetahui ide Gubernur yang meniru Abrahah itu seperti apa, inilah beritanya:
***
Kamis, 11 Safar 1436 H / 4 Desember 2014 13:01 wib
Wajib Ditentang! Ide Berbahaya Gubernur Jawa Tengah
MAGELANG (voa-islam) – Sungguh berbahaya bagi dakwah Islam dan keutuhan NKRI jika ide gila dan berbahaya dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ini benar-benar terwujud dan dilaksanakan.
Betapa tidak, ide yang dilontarkannya pada peringatan 200 tahun Candi Borobudur beberapa waktu lalu itu, Gubernur dari PDIP ini mengusulkan agar Candi Borobudur dijadikan semacam Ka’bah di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah, yakni sebagai tempat ibadah atau ritual bagi pemeluk Budha di seluruh dunia setiap tahunnya.
Dengan harapan jika kelak terwujud, maka Indonesia khususnya Jawa Tengah akan menjadi daerah tujuan wisata bagi pemeluk Budha di seluruh dunia yang otomatis akan mendatangkan devisa yang amat besar sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di dan sekitar candi Budha terbesar di dunia yang terletak di Magelang tersebut.
Gubernur yang mengaku beragama Islam itu menyamakannya dengan Ka’bah di Makkah, dimana jutaan umat Islam di seluruh dunia setiap tahunnya melaksanakan ibadah Haji dengan mendatangkan devisa amat besar bagi Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sehingga menjadi negara yang kaya raya.
Padahal sesungguhnya pemerintah Saudi Arabia menjadi kaya raya bukan karena ibadah Haji, tetapi karena menjadi negara dengan cadangan minyak dan produsen minyak terbesar di dunia.
Jadi Candi Borobudur nantinya akan dijadikan tempat ritual religi setiap tahun bagi pemeluk Budha di seluruh dunia yang saat ini berjumlah 300 juta orang. Bahkan saking semangatnya, Ganjar Pranowo yang pernah bersekolah di SMA Katolik De Britto Jogjakarta itu sampai menegaskan ide gilanya itu di hadapan para kyai dan santri Ponpes API di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah pada Khotbah Kebudayaaan beberapa waktu lalu.
Untuk itu dia meminta para santri dan kyai Ponpes yang dipimpin KH M Yusuf Chudlori itu pada khususnya dan umat Islam pada umumnya agar memberi ruang seluas-luasnya bagi pemeluk Budha agar dapat menjalankan prosesi ritual keagamaan di Candi Borobudur setiap tahunnya.
Untuk merevitalisasi idenya tentang Candi Borobudur ini, Ganjar Pranowo menegaskan tahapan sementara yang menjadi pemikirannya, meliputi pengkajian sejarah, pengajuan gagasan ke pemerintah pusat, menggelar konferensi Budha dan antar umat beragama, penegasan posisi Pemprov Jateng serta manajemen pengelolaan.
Tahap berikutnya Ganjar Pranowo menginisiasi gagasannya ke Pemerintah Pusat yang saat ini dipimpin sahabatnya, Presiden Jokowi. Langkah selanjutnya dirinya akan melakukan dialog, kajian, atau semacam konferensi guna menuju kesepakatan menjadikan Candi Borubudur sebagai tempat ibadah suci.
Untuk itu pemerintah harus berinisiatif menawarkan gagasan ke komunitas Budha, termasuk ke Konferensi Agung Sangha Indonesia (organisasi pemuka agama Buddha Indonesia), Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), dan organisasi umat Budha sedunia.
Tidak hanya itu, dialog antar umat beragama juga diusulkannya digelar guna mencegah gesekan. Bahkan dirinya juga mengusulkan agar dibangun Bandara baru yang menjadi alternatif bagi Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Sucipto di Jogjakarta. Sehingga nantinya bisa menampung jutaan pemeluk Budha yang akan beribadah tahunan di Candi Borobudur.
Gila dan Berbahaya
Sejak para Walisongo yang dibantu Raden Patah Sultan Kerajaan Islam Demak yang juga menjadi anggota Majelis Walisongo melacarkan dakwahnya 500 tahun lalu, Pulau Jawa yang sebelumnya didominasi pemeluk Hindu dan Budha, berubah menjadi Pulau dengan mayoritas umat Islam hingga sekarang ini, meski telah 350 tahun dibawah kekuasan Kolonial Belanda yang Nasrani.
Karena umat Islam dikenal sebagai umat yang toleran, bekas tempat ritual umat Hindu dan Budha yang telah ditinggalkan pemeluknya, bukannya dihancurkan tetapi malah dikubur di bawah tanah, sehingga sekarang banyak ditemukan bekas candi yang terkubur di bawah tanah. Salah satunya Candi Borobudur yang ditemukan arkeolog Belanda dua abad lalu di Magelang.
Sedangkan sebagian kecil masyarakat yang tetap memeluk Hindu, akhirnya pindah ke Bali sehingga mereka mayoritas di sana. Sementara itu salah seorang tokoh Hindu yang bernama Sabdo Palon ketika akan meninggalkan Pulau Jawa sempat bersumpah akan membalas kekalahan Hindu dan Budha di Pulau Jawa dengan mangatakan, suatu saat nanti Hindu dan Budha akan kembali mayoritas dan berkuasa di Pulau Jawa.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apa dampak buruknya bagi mayoritas umat Islam di Pulau Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya jika ide gila dan berbahaya dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu benar-benar terwujud dan dilaksanakan nantinya.
Pertama, seharusnya Candi Borobudur tidak boleh digunakan sebagai tempat ritual bagi pemeluk Budha meski ketika Waisak sekalipun. Sebab Candi Borobudur sudah ditetapkan oleh UNESCO dan PBB sebagai warisan kebudayaan dunia, sehingga bukan lagi milik pemeluk Buddha dan sudah menjadi museum internasional, sehingga bukan lagi menjadi tempat ritual bagi pemeluk Budha tetapi telah menjadi tempat tujuan wisata dunia.
Bahkan Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 Masehi oleh Dinasti Syailendra itu pernah ditetapkan PBB menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Kedua, tidak menutup kemungkinan sumpah dari Sando Palon itu akan menjadi kenyataan, di mana Hindu dan Buddha akan kembali mayoritas dan berkuasa di Pulau Jawa. Meski sekarang umat Islam mayoritas di Pulau Jawa, tetapi tingkat keimanan dan ketaqwaan mereka masih sangat lemah.
Dengan iming-iming harta benda duniawi seperti yang sering dilakukan perkumpulan pemeluk Buddha “Budha Tsu Chi” dengan melancarkan aksi bantuan sosialnya, umat Islam yang dalam kondisi lemah iman dan ekonomi bisa menjadi murtad. Apalagi sekarang pemeluk Budha sudah memiliki televisi nasional, DAAI TV milik tokoh wanita pengusaha Budha, Siti Hartati Murdaya yang baru saja dibebaskan dari tahanan KPK karena terlibat kasus korupsi.
Ketiga, dengan kedatangan para pemeluk Budha dari seluruh dunia untuk melakukan ritual tahunan di Candi Borobudur, terutama dari para pengusaha kaya di Cina, Korsel, Taiwan, Hongkong, Singapura, Myanmar serta Thailand dengan membawa modal besar; maka mereka akan memiliki kontribusi besar untuk mem-Budha-kan Pulau Jawa.
Karena mayoritas rakyat Indonesia berada di Pulau Jawa, maka agama manapun dan siapapun yang berhasil menguasai Pulau Jawa, pasti akan menguasai Indonesia. Kalau Budha berhasil menguasai Pulau Jawa, maka mereka akan berusaha keras mem-Budha-kan Indonesia dan ini akan menjadi penderitaan berat bagi umat Islam Indonesia.
Jika hal itu sampai terjadi, maka NKRI dalam bahaya, sebab hanya umat Islamlah yang mampu dan bersedia mempertahankan keutuhan NKRI sampai titik darah penghabisan.
Keempat, meski kelihatannya para pemeluk dan Biksu Budha itu lemah lembut dan toleran, tetapi sesungguhnya mereka itu amat kejam terutama terhadap umat Islam jika mereka mayoritas dan berkuasa.
Seperti penderitaan sekarang ini yang dialami umat Islam di negara yang mayoritas pemeluk Buddha yakni Myanmar, Thailand dan Sri Lanka. Hampir setiap hari mereka menjadi korban pembantaian dan pelanggaran HAM berat dari para pemeluk Budha yang didukung para Biksu dan pemerintahnya.
Untuk itu jangan sampai ide gila dan berbahaya dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu benar-benar terwujud, umat Islam dan para pemimpin Islam serta partai politik Islam harus bersatu padu untuk menggagalkan ide gila dan berbahaya yang nantinya dikhawatirkan bisa menjurus pada Budhaisasi Pulau Jawa dan Indonesia. Na’udzubillah min dzalik… [GA/nahimunkar]