(Panjimas.com) – Pemilihan Presiden (PilPres) 2014 baru saja usai, banyak pelajaran yang bisa kita dapat, diantaranya bagaimana kita bisa mengenal orang. Bagaimana kita mengenal calon yang akan kita pilih.
Kegaduhan saat-saat masa kampanye luar biasa. Ditengah-tengah masyarakat terjadi polarisasi pendukung dan pembenci. Ada yang medukung calon yang satu serta membenci secara berlebihan calon yang lainnya dan sebaliknya.
Menariknya adalah kemampuan masyarakat dalam menilai seorang calon yang orangnya masih hidup dan masih ada ditengah-tengahnya. Dengan berbagai faktor bisa terjadi perbedaan yang sangat tajam, sehingga menimbulkan kecintaan dan kebencian yang sangat berlebihan.
Kalau kita melihat ke zaman sahabat, bagaimana orang orang Syi’ah menilai sahabat semisal Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhum.
Sedemikian benci dan dendamnya sampai terwarisi hingga sekarang. Padahal sosok sahabat semodel Abu Bakar Ash-Shiddiq yang berita-berita kebaikannya sudah sangat mutawatir sampai kepada kita. Beliau adalah teman main Nabi sejak kecil, beliau juga menjadi mertua Nabi, beliau paling banyak berinfaq, beliau paling banyak sengsara bersama Nabi termasuk di gua Tsur.
Beliau juga sering ikut berperang bersama Nabi, sementara Allah menjamin orang yang berperang dan berbai’at dengan jaminan surga, sekian banyak pernyataan Allah dalam Al Qur’an telah menjelaskannya secara gamblang.
Namun apa yang terjadi?? Ternyata ada sekolompok kaum yang sedemikian benci dan dendamnya kepada sahabat Nabi sampai terwarisi turun temurun hingga hari ini. Lebih ekstrem lagi, kita melihat sikap sebagian masyarakat Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW. Keluhuran akhlaq beliau beritanya sedemikian mutawatir tak terbantahkan, bukan saja Allah yang memberi pujian, tetapi sekian banyak gelar yang diberikan masyarakat kepada beliau, diantaranya Al Amiin.
Ternyata sedemikian banyak bukti, tidak cukup untuk bisa memberikan hasil penilaian yang sama pada sosok pribadi seseorang. Kita bisa melihat hari ini bagaimana para orientalis memandang sosok Nabi kita… Waah, na’uzubillah sangat mengerikan. Karena itulah sangat penting kita belajar cara mengenal orang. [GA/Abdullah Muadz]