SUKOHARJO (Panjimas.com) – Jika kita mendengar kata Expas, pikiran kita menuju ke sebuah merk kendaraan atau sering disebut Espas. Namun kali ini kita akan mengenal sekilas tentang Expas yang lebih akrab di telinga para pedagang pasar Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo.
Bercerita tentang kondisi Pasar Bekonang jaman dahulu sangatlah miris. Pasar yang terletak sekitar 5 KM sebelah timur dari kota Solo, aktifitas kemaksiatan seperti miras, judi, prostitusi dan lainnya sering terjadi di tempat tersebut. Tak jarang para pedagang dibuat resah karena sering dipalak oleh para preman tersebut.
Karena kondisi itulah, kepedulian dari para aktifis Islam untuk melakukan pengentasan dengan amar ma’ruf nahi munkar. Atas pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala tidak sedikit dari para preman tersebut bertaubat dan berdirilah komunitas Expas (Eks Preman Pasar) sebagai wadah dan menggalang aksi-aksi yang menggembirakan di lingkungan pasar.
“Jadi Expas itu adalah sebuah komunitas hijrah yang mengajak rekan-rekan terutama yang dari eks preman ataupun orang yang punya masa lalu yang kurang baik, kita rangkul kemudian kita ajak untuk memperbaiki diri untuk lebih taat dan berguna bagi orang lain,” tutur Agus koordinator Expas kepada Panjimas.com pada Ahad (10/1/2021).
Agus menerangkan awal terbentuknya Expas hanya beranggotakan sepuluh orang, seiring berjalannya waktu dan antusiasme mengikuti pengajian yang diadakan setiap malam Sabtu di Masjid Baitul Hikmah kompleks Pasar Bekonang, kini anggotanya bertambah menjadi sekitar tujuh puluh. Namun yang aktif mengikuti kegiatan Expas sekitar tiga puluh orang.
Karena anggotanya didominasi preman-preman yang bertaubat, tak sedikit anggota tubuh mereka terdapat tatto yang menjadi aksesorisnya di masa lalu. Namun dengan berbagai kekurangannya tersebut tak menyurutkan tekadnya berbuat amal sholih.
Program-program dakwah yang dilakukan Expas, selain menjadi sebuah komunitas yang bergerak meminimalisir kemaksiatan di lingkungan pasar, juga memiliki program pengentasan buta Al Qur’an di anggotanya sendiri.
“Ada program pembebasan buta Al Qur’an dari rekan-rekan itu setiap malam Senin bertempat di markas Expas itu yang ikut sekitar 25 orang, disitu kita ajari temen-temen yang belum bisa baca Al Qur’an kita ajari untuk bisa baca Al Qur’an, alhamdulillah sekarang rata-rata sudah bisa membaca Al Qur’an dan kemarin kita adakan TFT agar bisa mengajari temen-temen yang belum bisa baca Al Qur’an,” katanya.
Keberadaan komunitas Expas ini diapresiasi oleh pengelola dan para pedagang pasar. Pasar yang dahulunya sering dijadikan tempat maksiat, sekarang tidak ada lagi yang berani berbuat dan berubah menjadi pasar yang aman dan nyaman bagi pedagang dan pembelinya. Masha Allah.