SOLO (Panjimas.com) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 2017 bertepatan dengan 8 Jumadil Awwal 1438 tahun Hijiriah genap merayakan miladnya yang ke-70.
Organisasi Mahasiswa Islam pertama dan terbesar di Indonesia ini memiliki makna khusus bagi puluhan ribu kader yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Hal ini pun terwujud dari cara-cara mereka merefleksikan makna pertambahan usia, ada yang menggelar diskusi, kajian, napak tilas dan aneka lomba- lomba penambah spirit perjuangan.
HMI Cabang Surakarta Komisariat Muhammad Iqbal memilih merayakan pertambahan usia dengan menggelar Tadarus Al-Qur’an bersama, dan malam muhasabah dengan dihadiri oleh anggota komisariat.
Acara yang bertempat di sekretariat HMI Cabang Surakarta Kom. Muh. Iqbal, Gd. Insan Cita Surkarta pada Ahad (05/02/17) ini mengambil tema “Perjuangan Kader HMI Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan Bagi Indonesia”.
Ratna Dwi Ambarwati selaku Sekretaris Umum Komisariat Muh. Iqbal dalam sambutannya mewakili ketua umum mengatakan pentingnya menjaga ghirah ke-Islaman bagi seluruh kader HMI.
“HMI kini genap berusia 70 tahun, semoga mampu kembali menemukan ghirah Islam sebagai spirit perjuangan seluruh anggota dan pengurus Komisariat Muh. Iqbal”
Acara Tadarus Al- Qur’an itu dilanjutkan dengan bermuhasabah bersama yang dipimpin oleh Muhammad Sidiq H.M yang juga Ketua Umum Kom. M. Iqbal periode 2012-2013.
Pada kesempatan tersebut Muhammad Sidiq mengungkapkan pentingnya memiliki worldview yang jelas dalam berorganisasi.
Lulusan Ilmu Sejarah UNS itu melalui orasi ilmiahnya mengingatkan kembali kepada seluruh peserta malam muhasabah tentang makna worldview Islam bagi HMI.
“Worldview Islam menjadi identitas perjuangan HMI ketika awal HMI berdiri membantu mempertahankan bangsa Indonesia”, pungkasnya.
Pada awal berdiri para pendiri HMI memiliki tujuan sederhana yakni menjadikan HMI sebagai wadah bagi mahasiswa Islam untuk melindungi dari pengaruh lingkungan terhadap kerusakan moral yang marak terjadi di perkotaan.
Islam menjadi pedoman, landasan bagi kader HMI waktu itu, untuk turut serta jihad fi sabilillah mempertahankan keutuhan bangsa.
“HMI tercatat beberapa kali ikut berperang melawan kaum imperalis misalnya terlibat aktif dalam pertempuran semsa Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, Pemberontakan PKI tahun 1965, namun pada tahun 1985 saat diberlakukannya azaz tunggal, HMI mulai kehilangan arah” jelas Sidiq.
Islam menjadi pandangan hidup yang berperan penting dalam menjaga eksistensi HMI di tengah- tengah kehidupan berbangsa dan ber negara di Indonesia.
Islamlah yang menjaga HMI hingga sampai pada hari ini. Worldview Islam sejak awal menjadi ghirah perjuangan HMI sebagai mana tujuan HMI yang tertuang dalam pasal 4 AD /ART HMI.
“HMI kini bukan lagi organisasi pelopor perubahan karena Islam tidak lagi menjadi worldviewnya,” ujar Raden Syech Adni salah anggota Komisariat Muh. Iqbal.
Adni merasakan keresahan tersendiri melihat kemunduran HMI sebagai organisasi pelopor dalam memperjuangkan kepentingan bangsa di Indonesia di masa awal berdirinya.
Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh seluruh peserta muhasabah yang hadir.
HMI pada milad ke 70 tahun ini perlu semakin merapatkan kembali hubugannya dengan Islam.
Islam harus kembali menjadi worldview HMI, agar kiprah HMI sebagai pelopor perubahan dan pembangunan bangsa menuju masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat diwujudkan, demikian kiranya kesimpulan malam muhasabah yang diselenggarakan pada Ahad malam (05/02) di Gedung Insan Cita, Solo itu. [IZ]